Hukum Memakai Cincin Besi


cincin besi


Berangkat dari beberapa riwayat yang secara tekstual bertentangan maknanya, ulama berbeda pendapat dalam menghukumi cincin besi.
Imam an-Nawawi menyebutkan perselisihan ini dalam kitabnya al-Majmu’. An-Nawawi menuliskan,
قال صاحب ” الإبانة ” : يكره الخاتم من حديد أو شَبَه وهو نوع من النحاس , وتابعه صاحب ” البيان ” فقال : يكره الخاتم من حديد أو رصاص أو نحاس لحديث بريدة رضي الله عنه
Pengarang kitab al-Ibanah mengatakan, makruh memakai cincin besi atau berbahan tembaga. Pendapat ini juga diikuti oleh penulis kitab al-Bayan. Beliau mengatakan, ‘Makruh memakai cincin besi, atau timbal, atau tembaga. Berdasarkan hadis dari Buraidah.’
Kemudian beliau mencantumkan hadis dari Buraidah Radhiyallahu ‘anhu di atas.
Selanjutnya, an-Nawawi menyebutkan pendapat kedua,
وقال صاحب ” التتمة ” : لا يكره الخاتم من حديد أو رصاص ؛ للحديث في الصحيحين أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال للذي خطب الواهبة نفسها ” اطلب ولو خاتما من حديد ” قال : ولو كان فيه كراهة لم يأذن فيه به
Penulis kitab al-Tatimmah mengatakan: ‘Tidak makruh menggunakan cincin bersi atau timbal. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Bukhari Muslim, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyuruh orang yang melamar wanita untuk mencari cincin besi.’ Andai cincin besi hukumnya makruh, tentu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan meyuruhnya .
(al-Majmu’, 4/465)
Sementara itu, Lajnah Daimah lebih memilih bahwa cincin besi hukumnya boleh dan tidak makruh. Dalam salah satu fatwanya volume 24, no. 64, dinyatakan,
وبذلك يتضح أن الراجح عدم كراهة لبس الخاتم من الحديد ، ولكن لبس الخاتم من الفضة أفضل ؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم كان خاتمه من فضة كما ثبت في الصحيحين.
Berdasarkan hal ini, bahwa yang lebih kuat memakai cincin besi tidak makruh. Hanya saja, yang lebih afdhal, memakai cincin dari perak. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam cincinnya dari perak. Sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari & Muslim.
Allahu a’lam.
See : http://www.konsultasisyariah.com/dilarang-memakai-cincin-dari-besi/