"Maka
demi Tuhannmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu (wahai Muhammad) hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka
terhadap keputusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan
sepenuhnya" (QS. An-Nisa':65)
Rasulullah
SAW membimbing ummatnya agar mentaatinya dan mengikuti jalannya. Hanya
dengan itu kita selamat. Beliau bersabda, "Kalian harus berpegang teguh
dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk
sesudahku, berpeganglah dengan sunnah itu dan gigitlah dengan gigi
gerahammu sekuat-kuatnya, serta jauhilah perbuatan baru (dalam agama),
karena setiap hal yang baru dalam agama itu tergolong bid'ah dan setiap
yang bid'ah itu sesat" (HR. Abu Dawud dan At-Turmudzi).
Atas dasar itu kita diperintahkan hanya mengikuti dan tidak boleh membelakangi ajarannya (QS: Al-Hasyr:7, Al-Ahzab: 21).
Dan
agama Islam ini telah sempurna sehingga tidak perlu ditambah-tambah
(QS: Al-Maidah: 3). Resiko setiap amalan ibadah yang tidak ada dasar
contoh dari Nabi SAW, pasti tertolak. Rasulullah SAW memperingatkan
keras, "Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu hal baru dalam agama
yang tidak ada petunjuk dari kami, maka tertolak" (HR: Bukhari dan
Muslim).
Kita
wajib mencintai Rasulullah SAW seperti diperintahkan Allah SWT dalam
Al-Qur'an Surah At-Taubah:24 dan Al-Ahzab:6. Bahkan kita harus mencintai
beliau melebihi cinta kita kepada diri kita, bapak kita, anak kita, dan
seluruh manusia (HR: Bukhari dan Muslim). Kenapa demikian?
Karena
cinta kepada Nabi Muhammad SAW sebagai prasyarat cinta kepada Allah SWT
(QS: Al-Imran: 31). Bagaimana kita mencintai Rasulullah SAW?
1. Mentaati Rasulullah SAW dan mengikuti ajarannya (Al-Imran:31).
2.
Mengagungkan dan menghormati Rasulullah SAW baik dengan hati, lisan,
dan fisik kita sesuai dengan petunjuk beliau dan contoh yang diberikan
oleh para sahabat (QS: Al-A'raaf:157, Al-Fath:9.
3.
Banyak menyebutnya, berharap untuk bisa melihatnya dalam mimpi, dan
rindu bertemu dengan beliau di surga nanti (QS: Al-Ahzab: 56).
"Barangsiapa bersalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersalawat
(memberi rahmat) kepadanya sepuluh kali lipat."Demikian sabda beliau.
4. Mencintai keluarga, kerabat, isteri, dan sahabatnya (QS: At-Taubah:100, Al-Fath:10, dan Al-Hasyr 8-10).
Tapi
apabila ungkapan cinta itu berlebihan, maka akibatnya justru merusak
dan tidak baik. Apalagi sampai menempatkan Nabi SAW seperti Tuhan,
naudzu billahi min dzalik.
Perhatikan bait-bait syiir yang biasa dibaca dalam acara maulidan itu:
Ya akramal khalqi man lii aludzu bihi
Siwaaka inda hululil haaditsil amami
Fainna min juudika dunya wa dhorrotiha
Wa min ulumika ilmul lauhi wal qalam
Artinya:
Wahai makhluk yang paling mulia, siapa lagi yang akan gantungkan perlindungan kepadanya
Selain kepadamu ketika terjadi peristiwa besar
Sungguh kedermawananmu itu dunia dan akhirat
Dan ilmumu mencakup ilmu lauhul mahfudh dan pena
Pujian
diatas jelas menempatkan Nabi SAW seperti Tuhan yang memiliki segala
yang ghaib. Padahal Nabi SAW adalah seorang manusia yang mendapatkan
kehormatan sebagai Rasulullah dan tidak tahu yang ghaib kecuali
diberitahu oleh Allah SWT (QS: Al-An'am: 50 dan An-Naml: 65).
Makanya
seluruh rangkaian pembelaan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pro
peringatan maulid yang mengemukakan 21 alasan kenapa mereka mengadakan
maulid, dengan tegas mereka mengatakan perbuatan tersebut bukan sunnah.
(lihat pembelaan Muhammad Alawi bin Abbas Al-Maliki dalam muqaddimah
mukhtashar fissirah Nabawiyyah, oleh Abdurrahman bin Al Daiba', hal. 4).
Berhubung
peringatan maulid Nabi tersebut tidak ada dasarnya dalam agama Islam,
maka tidak sepantasnya dipertahankan, dan masa reformasi ini, termasuk
bidang ini yang harus direformasi. Wallahu A'lam.
Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Maulid Nabi
"Maka
demi Tuhannmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu (wahai Muhammad) hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka
terhadap keputusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan
sepenuhnya" (QS. An-Nisa':65)
Rasulullah
SAW membimbing ummatnya agar mentaatinya dan mengikuti jalannya. Hanya
dengan itu kita selamat. Beliau bersabda, "Kalian harus berpegang teguh
dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk
sesudahku, berpeganglah dengan sunnah itu dan gigitlah dengan gigi
gerahammu sekuat-kuatnya, serta jauhilah perbuatan baru (dalam agama),
karena setiap hal yang baru dalam agama itu tergolong bid'ah dan setiap
yang bid'ah itu sesat" (HR. Abu Dawud dan At-Turmudzi).
Atas dasar itu kita diperintahkan hanya mengikuti dan tidak boleh membelakangi ajarannya (QS: Al-Hasyr:7, Al-Ahzab: 21).
Dan
agama Islam ini telah sempurna sehingga tidak perlu ditambah-tambah
(QS: Al-Maidah: 3). Resiko setiap amalan ibadah yang tidak ada dasar
contoh dari Nabi SAW, pasti tertolak. Rasulullah SAW memperingatkan
keras, "Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu hal baru dalam agama
yang tidak ada petunjuk dari kami, maka tertolak" (HR: Bukhari dan
Muslim).
Kita
wajib mencintai Rasulullah SAW seperti diperintahkan Allah SWT dalam
Al-Qur'an Surah At-Taubah:24 dan Al-Ahzab:6. Bahkan kita harus mencintai
beliau melebihi cinta kita kepada diri kita, bapak kita, anak kita, dan
seluruh manusia (HR: Bukhari dan Muslim). Kenapa demikian?
Karena
cinta kepada Nabi Muhammad SAW sebagai prasyarat cinta kepada Allah SWT
(QS: Al-Imran: 31). Bagaimana kita mencintai Rasulullah SAW?
1. Mentaati Rasulullah SAW dan mengikuti ajarannya (Al-Imran:31).
2.
Mengagungkan dan menghormati Rasulullah SAW baik dengan hati, lisan,
dan fisik kita sesuai dengan petunjuk beliau dan contoh yang diberikan
oleh para sahabat (QS: Al-A'raaf:157, Al-Fath:9.
3.
Banyak menyebutnya, berharap untuk bisa melihatnya dalam mimpi, dan
rindu bertemu dengan beliau di surga nanti (QS: Al-Ahzab: 56).
"Barangsiapa bersalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersalawat
(memberi rahmat) kepadanya sepuluh kali lipat."Demikian sabda beliau.
4. Mencintai keluarga, kerabat, isteri, dan sahabatnya (QS: At-Taubah:100, Al-Fath:10, dan Al-Hasyr 8-10).
Tapi
apabila ungkapan cinta itu berlebihan, maka akibatnya justru merusak
dan tidak baik. Apalagi sampai menempatkan Nabi SAW seperti Tuhan,
naudzu billahi min dzalik.
Perhatikan bait-bait syiir yang biasa dibaca dalam acara maulidan itu:
Ya akramal khalqi man lii aludzu bihi
Siwaaka inda hululil haaditsil amami
Fainna min juudika dunya wa dhorrotiha
Wa min ulumika ilmul lauhi wal qalam
Artinya:
Wahai makhluk yang paling mulia, siapa lagi yang akan gantungkan perlindungan kepadanya
Selain kepadamu ketika terjadi peristiwa besar
Sungguh kedermawananmu itu dunia dan akhirat
Dan ilmumu mencakup ilmu lauhul mahfudh dan pena
Pujian
diatas jelas menempatkan Nabi SAW seperti Tuhan yang memiliki segala
yang ghaib. Padahal Nabi SAW adalah seorang manusia yang mendapatkan
kehormatan sebagai Rasulullah dan tidak tahu yang ghaib kecuali
diberitahu oleh Allah SWT (QS: Al-An'am: 50 dan An-Naml: 65).
Makanya
seluruh rangkaian pembelaan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pro
peringatan maulid yang mengemukakan 21 alasan kenapa mereka mengadakan
maulid, dengan tegas mereka mengatakan perbuatan tersebut bukan sunnah.
(lihat pembelaan Muhammad Alawi bin Abbas Al-Maliki dalam muqaddimah
mukhtashar fissirah Nabawiyyah, oleh Abdurrahman bin Al Daiba', hal. 4).
Berhubung peringatan maulid Nabi
tersebut tidak ada dasarnya dalam agama Islam, maka tidak sepantasnya
dipertahankan, dan masa reformasi ini, termasuk bidang ini yang harus
direformasi. Wallahu A'lam.