21FEBA. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MEMBURUKNYA KEADAAN EKONOMI DAN KEUANGAN DI INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN
Pada akhir pendudukan Jepang dan pada awal berdirinya Republik Indonesia
keadaan ekonomi Indonesia sangat kacau. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
1. Inflasi yang sangat tinggi (Hiper-Inflasi).
Penyebab terjadinya inflasi ini adalah beredarnya mata uang pendudukan
Jepang secara tak terkendali. Pada saat itu diperkirakan mata uang Jepang yang
beredar di masyarakat sebesar 4 milyar. Dari jumlah tersebut, yang beredar di
Jawa saja, diperkirakan sebesar 1,6 milyar. Jumlah itu kemudian bertambah
ketika pasukan Sekutu berhasil menduduki beberapa kota besar di Indonesia dan
meguasai bank-bank. Dari bank-bank itu Sekutu mengedarkan uang cadangan sebesar
2,3 milyar untuk keperluan operasi mereka. Kelompok masyarakat yang paling
menderita akibat inflasi ini adalah petani. Hal itu disebabkan pada zaman
pendudukan Jepang petani adalah produsen yang paling banyak menyimpan mata-uang
Jepang.
Pemerintah Republik Indonesia yang baru berdiri, tidak dapat menghentikan
peredaran mata uang Jepang tersebut, sebab negara RI belum memiliki mata-uang
baru sebagai penggantinya. Maka dari itu, untuk sementara waktu
pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu :
a. mata-uang De Javasche
Bank;
b. mata-uang pemerintah Hindia Belanda;
c. mata-uang pendudukan Jepang.
Pada saat kesulitan ekonomi menghimpit bangsa Indonesia, tanggal 6 Maret
1946, Panglima AFNEI yang baru,Letnan Jenderal Sir
Montagu Stopford mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerah-daerah yang diduduki Sekutu. Uang NICA ini dimaksudkan sebagai pengganti
uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun. Pemerintah melalui Perdana Menteri Syahrir memproses tindakan tersebut. Karena hal
itu berarti pihak Sekutu telah melanggar persetujuan yang telah disepakati,
yakni selama belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, tidak
akan ada mata uang baru.
Oleh karena itulah pada bulan Oktober 1946 Pemerintah RI, juga melakukan
hal yang sama yaitu mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai
pengganti uang Jepang. Untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang
ekonomi dan keuangan, pemerintah membentuk Bank Negara
Indonesia pada tanggal 1 November 1946. Bank Negara ini semula adalah Yayasan Pusat Bank yang didirikan pada bulan Juli 1946 dan
dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank negara ini
bertugas mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing.
2. Adanya blokade ekonomi, oleh Belanda
(NICA). Blokade laut ini dimulai pada bulan November 1945 ini, menutup pintu
keluar-masuk perdagangan RI. Adapun alasan pemerintah Belanda melakukan blokade
ini adalah :
a. Untuk mencegah dimasukkannya senjata dan peralatan
militer ke Indonesia;
b. Mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan milik
Belanda dan milik asing lainnya;
c. Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh orang bukan Indonesia.
Akibat dari blokade ini barang-barang dagangan milik pemerintah RI tidak
dapat diekspor, sehingga banyak barang-barang ekspor yang dibumihanguskan.
Selain itu Indonesia menjadi kekurangan barang-barang impor yang sangat
dibutuhkan.
3. Kas negara kosong, pajak dan bea masuk sangat berkurang, sehingga
pendapatan pemeritah semakin tidak sebanding dengan pengeluarannya. Penghasilan
pemerintah hanya bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan petani
inilah pemerintah RI masih bertahan, sekali pun keadaan ekonomi sangat buruk.
B. USAHA MENEMBUS BLOKADE
EKONOMI
Usaha-usaha untuk menembus blokade ekonomi yang dilakukan oleh pihak
Belanda dilaksanakan oleh pemerintah dengan berbagai cara, diantaranya sebagai
berikut :
1. Diplomasi Beras ke
India
Usaha ini lebih bersifat politis daripada ekonomis. Ketika terdengar berita
bahwa rakyat India sedang ditimpa bahaya kelaparan, pemerintah RI segera
menyatakan kesediaannya untuk membantu pemerintah India dengan mengirimkan
500.000 ton beras, dengan harga sangat rendah. Pemerintah bersedia melakukan
hal ini karena diperkirakan pada musim panen tahun 1946 akan diperoleh surplus
sebesar 200.000 sampai 400.000 ton.
Sebagai imbalannya pemerintah India menjanjikan akan mengirimkan bahan
pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Keuntungan politik yang
diperoleh oleh pemerintah RI adalah dalam forum internasional India adalah
negara Asia yang paling aktif membantu perjuangan kemerdekaan RI.
2. Mengadakan Hubungan
Dagang Langsung ke Luar Negeri
Usaha untuk membuka hubungan langsung ke luar negeri, dilakukan oleh pihak
pemerintah maupun pihak swasta. Diantara usaha-usaha tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Mengadakan kontak hubungan dengan perusahaan swasta
Amerika (Isbrantsen Inc.). Usaha ini dirintis oleh
BTC (Banking and Trading Corporation), suatu badan
perdagangan semi-pemerintah yang dipimpin olehDr. Sumitro
Djojohadikusumo dan Dr. Ong Eng
Die. Dalam transaksi pertama pihak Amerika Serikat bersedia membeli
barang-barang ekspor dari Indonesia seperti gula, karet, teh, dan sebagainya.
KapalIsbrantsen Inc. yang masuk ke pelabuhan Cirebon adalah kapal Martin
Behrmann yang mengangkut barang-barang pesanan RI dan akan memuat barang-barang
ekspor dari RI. Akan tetapi kapal itu dicegat oleh kapal Angkatan Laut Belanda
dan diseret ke pelabuhan Tanjung Priuk dan seluruh muatannya disita.
b. Menembus blokade ekonomi Belanda di Sumatera dengan
tujuan Singapura dan Malaysia. Oleh karena jarak perairan yang relatif dekat,
maka usaha ini dilakukan dengan perahu layar dan kapal motor cepat. Usaha ini
secara sistimatis dilakukan sejak tahun 1946 sampai dengan akhir masa Perang
Kemerdekaan. Pelaksanaan penembusan blokade ini dilakukan oleh Angkatan Laut RI
dengan dibantu oleh pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor.
Sejak awal tahun 1947 pemerintah RI membentuk perwakilan resmi di Singapura
yang diberi nama Indonesia Office (Indoff). Secara resmi Indoff
ini merupakan badan yang memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri,
namun secara rahasia juga berusaha menembus blokade dan usaha perdagangan
barter.
Kementerian Pertahanan juga membentuk perwakilannya di luar negeri yang
disebut Kementerian Pertahanan Usaha
Luar Negeri (KPLULN) yang dipimpin oleh Ali
Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini adalah membeli senjata dan perlengkapan Angkatan
Perang. Sebagai pelaksana upaya menembus blokade ini yang terkenal adalah John Lie, O.P. Koesno, Ibrahim Saleh dan Chris Tampenawas. Selama tahun 1946 pelabuhan di
Sumatera hanya Belawan yang berhasil diduduki Belanda. Karena perairan di
Sumatera sangatlah luas, maka pihak Belanda tidak mampu melakukan pengawasan
secara ketat. Hasil-hasil dari Sumatera terutama karet yang berhasil
diselundupkan ke luar negeri, utamanya ke Singapura, mencapai jumlah puluhan
ribu ton. Selama tahun 1946 saja barang-barang yang diterima oleh Singapura
dari Sumatera seharga Straits $ 20.000.000,-.
Sedangkan yang berasal dari Jawa hanya Straits $ 1.000.000,-.
Sebaliknya barang-barang yang dikirim ke Sumatera dari Singapura seharga Straits $ 3.000.000,- dan dari Singapura ke Jawa seharga Straits $ 2.000.000,-.
C. USAHA-USAHA MENGATASI
KESULITAN EKONOMI
Pada awal kemerdekaan masih belum sempat melakukan perbaikan ekonomi secara
baik. Baru mulai Pebruari 1946, pemerintah mulai memprakarsai usaha untuk
memecahkan masalah-masalah ekonomi yang mendesak. Upaya-upaya itu diantaranya
sebagai berikut :
1. Pinjaman
Nasional
Program Pinjaman Nasional ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan. lr. Surachman dengan persetujuan BP-KNIP. Pinjaman
Nasional akan dibayar kembali selama jangka waktu 40 tahun. Besar pinjaman yang
dilakukan pada bulan Juli 1946 sebesar Rp. 1.000.000.000,00. Pada tahun pertama
berhasil dikumpulkan uang sejumlah Rp. 500.000.000,00. Sukses yang dicapai ini
menunjukkan besarnya dukungan dan kepercayaan rakyat kepada Pemerintah RI.
2. Konferensi Ekonomi, Februari 1946
Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, para gubernur dan para
pejabat lainnya yang bertanggungjawab langsung mengenai masalah ekonomi di
Jawa. Konferensi ini dipimpin oleh Menteri Kemakmuran, Ir. Darmawan Mangunkusumo. Tujuan konferensi ini adalah untuk
memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi
yang mendesak, seperti :
a. masalah produksi dan distribusi
makanan
Dalam masalah produksi dan distribusi bahan makanan disepakati bahwa sistem autarki lokal sebagai kelanjutan dari sistem ekonomi perang
Jepang, secara berangsur-angsur akan dihapuskan dan diganti dengan sistem
desentralisasi.
b. masalah sandang
Mengenai masalah sandang disepakati bahwa Badan
Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan Badan Persediaan dan Pembagian Makanan (PPBM) yang dipimpin oleh dr. Sudarsono dan dibawah pengawasan Kementerian
Kemakmuran. PPBM dapat dianggap sebagai awal dari terbentuknya Badan Urusan Logistik (Bulog).
c. status dan administrasi
perkebunan-perkebunan
Mengenai masalah penilaian kembali status dan administrasi perkebunan yang
merupakan perusahaan vital bagi RI, konferensi ini menyumbangkan beberapa pokok
pikiran. Pada masa Kabinet Sjahrir, persoalan status dan administrasi
perkebunan ini dapat diselesaikan. Semua perkebunan dikuasai oleh negara dengan
sistem sentralisasi di bawah pengawasan Kementerian Kemakmuran.
Konferensi Ekonomi kedua diadakan di Solo pada tanggal 6 Mei 1946. Konferensi
kedua ini membahas masalah perekonomian yang lebih luas, seperti program
ekonomi pemerintah, masalah keuangan negara, pengendalian harga, distribusi dan
alokasi tenaga manusia. Dalam konferensi ini Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta memberikan saran-saran yang berkaitan
dengan masalah rehabilitasi pabrik gula. Hal ini disebabkan gula merupakan
bahan ekspor yang penting, oleh karena itu pengusahaannya harus dikuasai oleh
negara. Hasil ekspor ini diharapkan dapat dibelikan atau ditukar dengan
barang-barang lainnya yang dibutuhkan RI.
Saran yang disampaikan oleh Wakil Presiden ini dapat direalisasikan pada
tanggal 21 Mei 1946 dengan dibentuknya Badan Penyelenggara Perusahaan Gula
Negara (BPPGN) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3/1946. Peraturan tersebut
disempurnakan melalui Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1946, tanggal 6 Juni
1946 mengenai pembentukan Perusahaan Perkebunan Negara
(PPN).
3. Pembentukan Planning
Board (Badan Perancang Ekonomi) pada tanggal 19 Januari 1947
Pembentukan Badan ini atas inisiatif Menteri Kemakmuran, dr. A.K. Gani. Badan ini merupakan badan tetap yang bertugas
membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2 sampai 3 tahun.
Sesudah Badan Perancang ini bersidang, A.K. Gani mengumumkan Rencana
Pembangunan Sepuluh Tahun. Untuk mendanai Rencana Pembangunan ini terbuka baik
bagi pemodal dalam negeri maupun bagi pemodal asing. Untuk menampung dana
pembangunan tersebut pemerintah akan membentuk Bank
Pembangunan.
Pada bulan April 1947, Badan Perancang ini diperluas menjadi Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang dipimpin langsung
oleh Wakil Presiden Moh. Hatta, sedangkan A.K. Gani
sebagai wakilnya. Panitia ini bertugas mempelajari, mengumpulkan data dan
memberikan saran kepada pemerintah dalam merencanakan pembangunan ekonomi dan
dalam rangka melakukan perundingan dengan pihak Belanda.
Semua hasil pemikiran ini belum berhasil dilaksanakan dengan baik, karena
situasi politik dan militer yang tidak memungkinkan. Agresi Militer Belanda
mengakibatkan sebagian besar daerah RI yang memiliki potensi ekonomi baik,
jatuh ke tangan Belanda. Wilayah RI tinggal beberapa keresidenan di Jawa dan
Sumatera yang sebagian besar tergolong sebagai daerah minus dan berpenduduk
padat. Pecahnya Pemberontakan PKI Madiun dan Agresi Militer Belanda II mengakibatkan
kesulitan ekonomi semakin memuncak.
4. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (RERA) pada tahun 1948.
Program yang diprakarsai oleh Wakil Presiden Drs. Moh.
Hatta ini, dimaksudkan untuk mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi, disamping
meningkatkan efesiensi. Rasionalisasi ini meliputi penyempurnaan administrasi
negara, Angkatan Perang dan aparat ekonomi. Sejumlah satuan Angkatan
Perang dikurangi secara dratis. Selanjutnya tenaga-tenaga bekas Angkatan Perang
ini disalurkan ke bidang-bidang produktif dan diurus oleh Kementerian
Pembangunan dan Pemuda.
5. Rencana
Kasimo (Kasimo Plan)
Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J. Kasimo. Pada dasarnya program ini berupa Rencana Produksi
Tiga Tahun, 1948-1950 mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa
petunjuk pelaksanaan yang praktis. Untuk mningkatkan produksi bahan pangan
dalam program ini, Kasimo menyarankan agar :
a. menanami tanah-tanah kosong di Sumatera timur seluas
281.277 ha.;
b. di Jawa dilakkan intensifikasi dengan menanam bibit
unggul;
c. pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan
penting bagi produksi pangan;
d. disetiap desa dibentuk kebun-kebun bibit;
e. tranmigrasi.
6. Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)
Organisasi yang dipimpin B.R.
Motik ini, bertujuan untuk menggiatkan kembali partisipasi pengusaha swasta.
Dengan dibentuknya PTE juga diharapkan dapat dan melenyapkan individualisasi di
kalangan organisasi pedagang sehingga dapat memperkokoh ketahanan ekonomi bangsa
Indonesia. Pemerintah menganjurkan agar pemerintah daerah usaha-usaha yang
dilakukan oleh PTE. Akan tetapi nampaknya PTE tidak dapat berjalan dengan baik.
PTE hanya mampu mendirikan Bank PTE di Yogyakarta dengan modal awal Rp.
5.000.000. Kegiatan PTE semakin mundur akibat dari Agresi Militer Belanda.
Selain PTE perdagangan swasta lainnya yang juga membantu usaha ekonomi
pemerintah adalah Banking and Trading Corporation (Perseroan Bank dan
Perdagangan).
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
Sejak tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah
memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan demikian bangsa Indonesia telah menjadi
bangsa yang merdeka, bebas dari belenggu penjajahan. Akan tetapi, Belanda belum
rela dengan kemerdekaan Indonesia tersebut. Melalui berbagai cara Belanda tetap
ingin menjajah Indonesia. Bagaimana sikap Bangsa Indonesia? Tentu saja, bangsa
Indonesia tidak tinggal diam. Dengan berbagai upaya, bangsa Indonesia tetap
mempertahankan kemerdekaannya. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan bangsa
Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya?
A. Perjuangan Bangsa Indonesia Mempertahankan Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Akan tetapi, ada pihak-pihak yang tidak mengakui kedaulatan
pemerintahan Republik Indonesia. Ketika negara kita memproklamasikan
kemerdekaan, tentara Jepang masih ada di Indonesia. Sekutu menugaskan Jepang
untuk menjaga keadaan dan keamanan di Indonesia seperti sebelum Jepang menyerah
kepada Sekutu. Tugas tersebut berlaku saat Sekutu datang ke Indonesia. Rakyat
Indonesia yang menginginkan hak-haknya dipulihkan, berusaha mengambil alih
kekuasaan dari tangan Jepang. Usaha tersebut mendapat rintangan dari pihak
Jepang sehingga di beberapa tempat terjadi pertempuran antara tentar Jepang
dengan rakyat Indonesia. Pertempuran-pertempuran tersebut menimbulkan korban di
kedua belah pihak. Ketika rakyat Indonesia sedang menghadapi Jepang, Belanda
(NICA) datang membonceng tentara Sekutu. Tujuan Belanda ingin menjajah kembali
Indonesia. Pada tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu dan pasukan NICA tiba
di Indonesia dan mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok. Tentara Sekutu membantu
NICA yang ingin membatalkan kemerdekaan Indonesia. Rakyat Indonesia tidak ingin
lagi menjadi bangsa yang terjajah. Rakyat Indonesia bangkit melawan tentara
Sekutu dan NICA. Rakyat Indonesia menggunakan senjata rampasan dari Jepang dan
senjata tradisional yang ada. Berkobarlah pertempuran di mana-mana.
1. Pertempuran Surabaya
Tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Tanjung Perak,
Surabaya. Tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby. Kedatangan
tentara tersebut diikuti oleh NICA. Mula-mula tentara NICA melancarkan hasutan
sehingga menimbulkan kekacauan di Surabaya. Hal tersebut menimbulkan bentrokan
antara rakyat Surabaya dengan tentara Sekutu.
Tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang
hebat. Ketika terdesak, tentara Sekutu mengusulkan perdamaian. Tentara Sekutu
mendatangkan pemimpin-pemimpin Indonesia untuk mengadakan gencatan senjata di
Surabaya. Tentara Sekutu tidak menghormati gencatan senjata. Dalam insiden
antara rakyat Surabaya dan tentara Sekutu, Brigjen Mallaby terbunuh. Letnan
Jendral Christison Panglima Sekutu di Indonesia, meminta kepada pemerintah Indonesia
menyerahkan orang-orang yang dicurigai membunuh Jendral Mallaby. Permintaan
tersebut diikuti ultimatum dari Mayor Jendral Mansergh. Isi ultimatum tersebut,
Sekutu memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya.
Penyerahan paling lambat tanggal 9 November 1945 pukul 18.00 WIB. Apabila
ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Kota Surabaya akan diserang dari darat,
laut, dan udara. Gubernur Suryo, diberi wewenang oleh pemerintah pusat untuk
menentukan kebijaksanaannya. Beliau bermusyawarah dengan pimpinan TKR (Tentara
Keamanan Rakyat) dan para pemimpin perjuangan rakyat di Surabaya. Hasil
musyawarah tersebut adalah rakyat Surabaya menolak ultimatum dan siap melawan
ancaman Sekutu
Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu menggempur Surabaya
dari darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan Gubernur Suryo dan Sutomo
(Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan sejengkal tanah pun kepada
tentara Sekutu. Dengan pekik Allahu Akbar, Bung Tomo membakar semangat rakyat.
Dalam pertempuran yang berlangsung sampai awal Desember itu gugur beribu-ribu
pejuang Indonesia. Pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari
Pahlawan. Hari Pahlawan untuk memperingati jasa para pahlawan. Perlawanan
rakyat Surabaya mencerminkan tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia.
2. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945. Kurang lebih
2000 pasukan Jepang berhadapan dengan TKR dan para pemuda. Peristiwa ini
memakan banyak korban dari kedua belah pihak. Dr. Karyadi menjadi salah satu
korban sehingga namanya diabadikan menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota
Semarang sampai sekarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut maka pemerintah
membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.
3. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah
pimpinan Brigjen Bethel di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 untuk
membebaskan tentara Sekutu. Setelah itu menuju Magelang, karena Sekutu
diboncengi oleh NICA dan membebaskan para tawanan Belanda secara sepihak maka
terjadilah perlawanan dari TKR dan para pemuda. Pasukan Inggris akhirnya
terdesak mundur ke Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut Letkol Isdiman gugur
sebagai kusuma bangsa. Kemudian Kolonel Sudirman terjun langsung dalam pertempuran
tersebut dan pada tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul
mundur Sekutu sampai Semarang. Karena jasanya maka pada tanggal 18 Desember
1945 Kolonel Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR dan berpangkat
Jendral. Sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari
Infantri.
4. Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu yang diboncengi Belanda
dan NICA di bawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Medan. Pada tanggal
13 Oktober 1945 para pemuda yang tergabung dalam TKR terlibat bentrok dengan
pasukan Belanda, sehingga hal ini menjalar ke seluruh kota Medan. Hal ini
menjadi awal perjuangan bersenjata yang dikenal dengan Pertempuran Medan Area.
5. Bandung Lautan Api
Kota Bandung dimasuki pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945.
Sekutu meminta hasil lucutan tentara Jepang oleh TKR diserahkan kepada Sekutu.
Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu mengultimatum agar kota Bandung
dikosongkan. Hal ini tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum
tersebut diulang tanggal 23 Maret 1946. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan
supaya TRI mengosongkan Bandung, tetapi pimpinan TRI di Yogyakarta
mengintruksikan supaya Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya dengan berat hati
TRI mengosongkan kota Bandung. Sebelum keluar Bandung pada tanggal 23 Maret
1946 para pejuang RI menyerang markas Sekutu dan membumihanguskan Bandung
bagian selatan. Untuk mengenang peristiwa tersebut Ismail Marzuki
mengabadikannya dalam sebuah lagu yaitu Hallo-Hallo Bandung.
6. Agresi Militer Belanda
Agresi militer Belanda yaitu serangan yang dilakukan oleh Belanda
kepada Negara Republik Indonesia. Kurang lebih satu bulan setelah kemerdekaan
Indonesia, tentara sekutu datang ke Indonesia. Dalam pendaratannya di
Indonesia, tentara sekutu diboncengi NICA. Selain bermaksud melucuti tentara
Jepang, tentara sekutu membantu NICA mengembalikan Indonesia sebagai
jajahannya. dengan bantuan sekutu, NICA ingin membatalkan kemerdekaan rakyat
Indonesia. Rakyat Indonesia tidak mau dijajah lagi. Rakyat Indonesia tidak
mempunyai pilihan lain untuk mempertahankan kemerdekaannya, kecuali dengan
bertempur sampai titik darah penghabisan. Di sebagian besar wilayah Indonesia,
tentara Sekutu dan NICA harus menghadapi perlawanan pejuang-pejuang Indonesia.
Perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya, menyadarkan
tentara Sekutu bahwa bangsa Indonesia tidak dapat dikalahkan hanya dengan
kekuatan senjata. Sekutu menempuh cara lain, yaitu mempertemukan Indonesia dan
Belanda di meja perundingan. Perundingan dilaksanakan tanggal 10 November 1946
di Desa Linggarjati sebelah selatan Cirebon, Jawa Barat. Perundingan tersebut
dinamakan Perundingan Linggarjati. Hasil perundingan dinamakan Persetujuan
Linggarjati.
Perundingan ini menghasilkan pengakuan Belanda atas kedaulatan
Republik Indonesia. Kedaulatan tersebut meliputi wilayah Jawa, Madura, dan
Sumatra. Belanda ternyata melanggar isi Persetujuan Linggarjati. Tanggal 21
Juli 1947 Belanda melancarkan serangan militer ke daerah-daerah yang termasuk
wilayah RI. Serangan tersebut terkenal dengan nama Agresi Militer Belanda I.
Agresi Militer Belanda I bertujuan menguasai daerah-daerah perkebunan dan
pertambangan. Daerah-daerah tersebut antara lain Sumatra Timur, Sumatra
selatan, Priangan, Malang dan Besuki.
Menghadapi serangan Belanda itu, rakyat berjuang mempertahankan
tanah airnya. Rakyat melakukan taktik perang gerilya. Perang gerilya yaitu
taktik perang menyerang musuh yang dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) berusaha menengahi pertikaian Indonesia dengan
Belanda. PBB membentuk komisi perdamaian. Komisi itu beranggotakan tiga negara,
yaitu Australia, Belgia, dan Amerika serikat. Komisi itu disebut Komisi Tiga
Negara (KTN). Berkat usaha Komisi Tiga Negara, Indonesia dan Belanda kembali ke
meja perundingan. Perundingan dilaksanakan mulai tanggal 8 Desember 1947 di
atas kapal perang Amerika Serikat. Kapal tersebut bernama USS Renville. Hasil
perundingan tersebut dinamakan Perjanjian Renville. Dalam perundingan ini,
delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifudin dan delegasi
belanda dipimpin oleh Raden Abdul Kadir Widjojoatmodjo.
Perjanjian Renville sangat merugikan pihak Indonesia. Salah satu
isi Perjanjian Renville adalah Republik Indonesia harus mengakui wilayah yang
telah direbut Belanda dalam Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda
adalah serangan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda kepada Indonesia untuk
menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 21 Juli
1947 dan 19 Desember 1948. Tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi
Militer II. Agresi Militer Belanda II bertujuan menghapuskan pemerintahan RI
dengan menduduki kota-kota penting di Pulau Jawa. Dalam Agresi Militer II,
pasukan Belanda menyerang Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta dan menahan
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan beberapa pejabat tinggi
negara. Rakyat Indonesia pantang menyerah. Dengan semboyan sekali merdeka tetap
merdeka, rakyat berjuang sampai titik darah penghabisan. Rakyat tetap melakukan
perang gerilya. Aksi militer Belanda tersebut menimbulkan protes keras dari
kalangan anggota PBB. Oleh karena itu, Dewan keamanan PBB mengadakan sidang
pada tanggal 24 Januari 1949, dan memerintahkan Belanda agar menghentikan
agresinya. Belanda di bawah Dewan Keamanan PBB meninggalkan Yogyakarta serta
membebaskan presiden, wakil presiden dan pejabat tinggi negara yang ditawan.
AGRESI MILITER BELANDA I
21 JULI 1947
21 JULI 1947
Dalih yang digunakan Belanda guna menyerang RI antara lain :
- Membentuk pemerintahan federal sementara yang akan berkuasa di seluruh Indonesia sampai RIS terbentuk
- Membentuk gendarmerie (pasukan keamanan) bersama yang juga akan masuk ke daerah RI
Belanda mulai menyerang RI tanggal 21 Juli 1947 dengan menyerang
beberapa kota besar al : Jakarta, Surabaya, Medan, Padang Palembang, dll.
Reaksi Pihak Indonesia :
Menerapkan sistem pertahanan Linier yaitu dengan mengadakan
gerakan defensif (bertahan) secara total
Reaksi dunia Internasional: mengecam tindakan agresi Belanda
dan akhirnya PBB membentuk KTN (Komisi Tiga Negara )yaitu :
n Amerika Serikat (Dr. Frank Graham)
n Australia ( Richard
Kirby)
n Belgia ( Paul van Zeeland
AGRESI MILITER BELANDA II
19 Desember 1948
19 Desember 1948
Disebut
juga Aksi Polisionil yaitu aksi
yang dilakukan Belanda dengan tujuan menjaga wilayah kekuasaannya. Aksi dimulai dengan menyerang Lapangan udara Maguwo, Yogyakarta. Taktik
yang digunakan Belanda dengan mengadakan serangan kilat atau Blitzkrieg.
Hasil : Kota Yogya dapat dikuasi dan para pemimpin
RI dapat di tawan ( Soekarno, Hatta, H. Agus Salim).
Reaksi pihak RI :
A. Bidang Militer
Menghadapi serangan Belanda, TNI menerapkan taktik Pertahanan Rakyat
Semesta yaitu Perang gerilya secara
total deangan cara menyebarkan kekuatan di seluruh wilayah yang disebut
kantong-kantong perlawananan dijabarkan dalam
Perintah Kilat no.1 tgl 12 Juni 1948 dari Jenderal Sudirman yang
berisi antara lain :
1. Kita telah diserang oleh Belanda dengan
menyerang Yogyakarta dan LapanganTerbang
Maguwo
2. Pemerintah Belanda telah membatalkan
persetujuan gencatan senjata
3. Semua angkatan perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk
menghadapi serangan tersebut
Juga dibentuk adanya struktur pemerintahan militer antara lain :
n Markas Besar Komando Djawa (MBKD)
berpusat di Kepurun, Manisrenggo,
Klaten dibawah pimpinan Kolonel AH. Nasution
n Markas
Besar Komando Sumatera (MBKS) berpusat di Medan, Sumatera Utara dipimpin
Kolonel Hidayat
Tugas : Melaksanakan pemerintahan militer dan
merencanakan perlawanan bersenjata terhadap Belanda
Taktik yang digunakan
o Wingate yaitu gerakan untuk melakukan penyusupan ke
dalam wilayah musuh
o
Wehrkreise (
dari kata wehr “perlawanan” dan kreise“lingkaran” ) artinya membentuk
daerah-daerah perlawanan yang tersebar
dibanyak tempat sehingga kekuatan
Belanda terpecah-pecah dalam daerah
perlawanan yang luas
Hasil : Dalam serangan Umum 1 Maret 1949 TNI mampu menguasai kota Yogya selama 6
Jam yang secara taktik militer TNI dapat mengalahkan Belanda dengan menguasai
Yogya selama 6 Jam dibawah pimpinan Letkol Soeharto (Komandan Wehrkreise
III/Brigade X Yogyakarta
B. Bidang Politik
Untuk tetap menjaga kelangsungan pemerintahan RI, dibentuklah :
1. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
dibentuk 19 Desember 1948 berpusat di Bukittinggi, Sumatera Barat dipimpin Mr.
Syafruddin Prawiranegara ( Menteri Kemakmuran )
2. Jika gagal maka membentuk Pemerintahan Republik Indonesia di India
dibawah pimpinan Mr. AA.Maramis (Menteri Keuangan), LN Palar dan dr. Sudarso
Hasil Perjuangan diplomasi
n Perjanjian
Linggarjati (25 Maret 1947)
Belanda mengakui kedaulatan RI secara de
facto atas wilayah Jawa, Sumatera, dan Madura dan harus meninggalkan daerah
de facto paling lambat 1 Januari 1949
Pemerintah RI dan Belanda bersama-sama
membentuk negara federasi bernama Republik Indonesia Serikat
Republik Indonesia Serikat tetap mengikat
diri dalam ikatan kerjasama dengan kerajaan Belanda, dengan wadah Uni
Indonesia-Belanda yang diketuai oleh Ratu Belanda
ý
Perjanjian Renville (17 Januari 1948)
n Belanda tetap
berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia,
dan berakhir setelah kedaulatannya diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat
(RIS)
n RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan negara Belanda dalam Uni
Indonesia-Belanda
n RI merupakan
bagian dari RIS
n Daerah RI yang diduduki
Belanda sebagai hasil Agresi Militer I, harus diakui sebagai daerah pendudukan
Belanda
n Pasukan RI yang berada di daerah kantong ( daerah pendudukan
Belanda) harus ditarik ke daerah Republik Indonesia
ý
Perjanjian Roem-Royen (7 Mei 1949)
n Penghentian
tembak menembak antara Indonesia-Belanda
n Pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta
n Pembebasan para pemimpin RI yang ditahan Belanda
n Segera diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda
ý Konferensi Meja Bundar (KMB) (2 November 1949)
n Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara yang
merdeka dan berdaulat
n Penyelesaian soal Irian Barat akan dibahas satu tahun setelah KMB
n RIS sebagai negara yang berdaulat penuh bekerjasama dengan Belanda dalam
suatu perserikatan yang dipimpin oleh Ratu Belanda atas dasar sukarela dengan
kedudukan dan hak yang sama
n RIS
mengembalikan semua hak milik Belanda, memberikan hak konsesi, dan izin baru
bagi perusahaan-perusahaan Belanda
n Semua utang bekas Hindia Belanda harus dibayar oleh RIS
n Dalam bidang militer akan dibentuk Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat ( APRIS) dengan TNI sebagai intinya
Konflik Indonesia-Belanda
Menyangkut Masalah Papua
Menyangkut Masalah Papua
A. Perjuangan Diplomasi
Usaha-usaha yang ditempuh antara lain :
- Kabinet Ali Sastroamidjojo I Membawa masalah Irian Barat ke forum PBB namun belum berhasil
- Kabinet Burhanuddin Harahap Membawa masalah Irian Barat dalam Sidang Majelis Umum PBB namun juga gagal
Alasan : Belanda
menyatakan masalah Ir-Bar adalah masalah bilateral Indonesia-Belanda sehingga
harus diselesaikan melalui Uni Indonesia-Belanda
- Kabinet Ali Sastroamidjojo II Membatalkan seluruh isi persetujuan dalam KMB yang diikuti dengan pembentukan Propinsi Irian Barat ( 17 Agustus 1956) dengan ibukota di Soa Siu, Tidore serta mengangkat Zainal Abidin Syah sebagai gubernur
B. Konfrontasi Ekonomi
Pihak Indonesia memutuskan segala aktivitas hubungan perekonomian yang
berkaitan dengan Belanda dengan cara :
1)
18 Nopember 1957 diadakan rapat umum di jakarta yang dilanjutkan dengan aksi mogok para
buruh yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda pada 2 Desember 1957
2)
Melarang aktivitas
maskapai penerbangan Belanda (KLM) di wilayah Indonesia
3)
Pengambilalihan aset-aset milik Belanda
al
:
a. 9
Desember 1957 Bank Escompto diambil alih oleh pemerintah
RI
b. Perusahaan Perkebunan Belanda ( Netherlandsche Handel Maatschappij
/NHM) diambil alih dan diganti menjadi Bank Dagang Negara
c. Percetakan De Unie
diganti menjadi percetakan negara
( Diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 23 tahun 1958)
C. Upaya Militer
Pada 19 Desember 1961 dikeluarkan TRIKORA ( Tiga Komando Rakyat ) yang
berisi :
q Gagalkan pembentukan Negara Papua
bikinan kolonial Belanda
q Kibarkan Sang Merah Putih
di Irian Barat Tanah Air Indonesia
q Bersiaplah untuk mobilisasi umum
mempertahankan kemerdekaan
dan kesatuan tanah air Indonesia
Realisasi
TRIKORA : Dibentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
pada 2 Januari 1962. Tugas-tugas Komando
Mandala :
q
Merencanakan, mempersiapkan dan menyelenggarakan operasi-operasi militer
dengan tujuan pengembalian wilayah propinsi Irian Barat dalam wilayah NKRI
q Mengembangkan situasi di wilayah Irian Barat sesuai dengan taraf
perjuangan
diplomasidan dalam waktu yang singkat agar di wilayah Irian Barat dapat
diciptakan de facto
wilayah-wilayah yang bebas/didudukkan unsur kekuasaan pemerintahan RI
Fase-fase dalam Operasi Komando Mandala
n
Fase Infiltrasi (
Sampai akhir 1962) Merencanakan,
mempersiapkan dan melaksanakan operasi militer guna mengembalikan wilayah Irian
Barat dengan nama sandi Operasi Jayawijaya
n Fase Eksploitasi ( Awal tahun 1963) Mengadakan serangan
terbuka terhadap
pos-pos musuh yang penting
n
Fase Konsolidasi
(Tahun 1964) Mendudukkan kekuasaan RI
secara mutlak di
wilayah Irian Barat
PENYELESAIAN MASALAH IRIAN BARAT
Diselesaikan melalui Persetujuan New York
( 15 Agustus 1962) atas ide dari Ellsworth Bunker ( Diplomat AS)
yang berisi antara lain :
n
Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Penguasa Pelaksana Sementara PBB atau UNTEA ( United Nations
Temporary Executive Authority) pada 1 Oktober 1962
n Pada 1 Oktober 1962 akan berkibar bendera PBB dengan Belanda dan kemudian
diturunkan pada 31 Desember 1962 untuk digantikan bendera RI dan PBB
n Pemerintahan UNTEA berakhir pada 1 Mei 1963 yang kemudian diserahkan pada
pihak Indonesia
n Selama masa UNTEA, pegawai Indoneisa akan digunakan sebanyak-banyaknya dan
pegawai dan tentara Belanda dipulangkan selambat-lambatnya 1 Mei 1962
n Tahun 1969, rakyat Irian Barat akan diberi kesempatan untuk menentukan
nasibnya sendiri yaitu bergabung dengan NKRI atau memisahkan diri
Penentuan Pendapat Rakyat
(PEPERA)
(PEPERA)
Dilaksanakan
dalam tiga tahap :
n Tahap pertama dimulai pada 24 Maret 1969,
bentuk kegiatan
konsultasi dengan Dewan Kabupaten
di kota
Jayapura mengenai
tata cara
penyelenggaraan pepera
n Tahap kedua berupa pemilihan Dewan Musyawarah
Pepera yang
berakhir pada bulan Juni 1969
n Tahap ketiga dilaksanakan Pepera
dari Kabupaten Merauke dan
berakhir pada 4 Agustus 1969 di
Jayapura
Hasil :
PBB menerima hasil Pepera dengan hasil rakyat Irian Barat tetap menginginkan
bergabung dengan NKRI