“Sesungguhnya Saya tak tau Apa itu Ikhlas, Apa itu mengikhlaskan dan apa itu berbuat ikhlas, Yang saya tau bahwa dalam ikhlas ada ilmunya. Yaitu ilmu IKHLAS”Dalam sebuah cerita,: suatu hari di sebuah acara ospek perguruan tinggi, senior mengatakan,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alihi wa sallam telah bersabda,”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”. (Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas ).
Al Harawi mengatakan : “Ikhlas ialah, membersihkan amal dari setiap noda.” Yang lain berkata : “Seorang yang ikhlas ialah, seorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka memperbaiki hatinya di hadapan Allah, dan tidak suka seandainya manusia sampai memperhatikan amalnya, meskipun hanya seberat biji sawi”.
Ikhlas, kata sederhana yang selalu diucapkan oleh banyak orang, termasuk diri saya. Sering saya mengucapkan “Ikhlas” dalam setiap dinamika kehidupan.Tapi kenyataannya selalu saja masih muncul rasa was-was dan ketidak tenangan. Itu artinya, sudah adakah ikhlas yang sesungguhnya dalam diri saya?
Menurut Para ahli Fiqih, ikhlas ada ilmunya. Konon ikhlas adalah puncak ilmu tertinggi dalam dunia. Saya tak tau sejauh apa itu semua. Saya hanya akan mendiskripsikan sebatas kemampuan saya sebagai orang awam yang ingin mencoba mengulas tentang sebuah keikhlasan.
Dalam Hidup, ikhlas itu sangat sulit, perasaan tak ikhlas itu seperti lilitan hewan kaki seribu pada salah satu jari. Kenapa tidak????? saat kita berontak, dia akan semakin kuat melilitkannya, begitu pula dengan sebuah Perasaan tidak ikhlas.
Bagaimana Allah menguji keikhlasan kita???
Ingatkah kita?? Dalam hidup kita pasti ada hal yang paling berharga dan bernilai. Tentulah kita akan semakin sulit menerima sebuah kehilangan bila sesuatu itu semakin tinggi penghargaan kita terhadapnya.
“carilah teman terbaik anda, selama ospek disini, setelah anda menemukan. Berdirilah kalian berhadap-hadapan”
Akhirnya para mahasiswa itu pun berhadap-hadapan.
Instruksi senior selanjutnya “Aku yakin, kalian punya satu barang yang pualing kalian anggap berharga dalam hidup ini???iya kan???”
“Iyaaaaaaaaaaaa…….” jawab calon mahasiswa.
“Coba kamu keluarkan barang itu, tunjukan pada sahabat yang dihadapanmu sekarang, ceritakan alasanya, kenapa dia menjadi yang paling berharga??? Dan apa yang akan terjadi bila anda kehilanganya suatu hari nanti??? Lakukan bergantian ya”
“Iyaaaaaaaaa……….” jawab mahasiswa antusias.
Banyak sekali alasan mereka,
“Ini adalah sebuah cincin, …. cincin ini dari pacar saya… jelas saya akan kehilangan bila cincin ini hilang.”
“Ini adalah laptop saya, saya bisa mati kalau sampaek ini hilang, karena semua data-data penting saya ada disini”
“ini adalah tas favorit saya, saya bisa sedih bila ini hilang, karena ini belinya diluar negeri”
Kira-kira itulah jawaban dari sebagian mereka.
“Jadi sepakat ya kalian tidak inggin kehilanganya??? Dalam acara ini akan ada acara tukar kado yaitu, Tolong Serahkan barang yang paling kalian anggap berharga itu kepada teman yang dihadapan kalian sekarang” ujar senior…
Dan semua calon mahasiswa tertegun,…..
Begitulah sekilas tentang ikhlas, Allah akan mengambil apa-apa yang kita anggap berharga untuk meguji keikhlasan kita. Saat Allah mengambil satu kebahagianmu tapi kita justru mengeluh, maka akan diambilah kebahagianmu yang lain. Lalu kita masih mengeluh, maka allah akan mengambil kebahagiaanmu yang lain lagi. Lalu kita berkata “Aku Ikhlas ya Allah…”
Namun, kenapa Allah masih mengambil kebahagian kita yang lain lagi?????
Ingat Allah yang maha tahu segalanya, bukankah kalo sudah begini hanya tinggal mawas diri????? Jelas mungkin kita ikhlas hanya di lisan saja, Sudahkah kita ikhlas dihati???? .
Semuanya akan menemukan titik keseimbangannya saat segala yang berharga hilang semua sampai pada akhirnya kita merasa tak ada yang lebih berharga lagi (Kecuali Allah) sehingga muncul ucapan yang rela untuk berkata “Ya sudah, berikanlah saja dan Lupakan…”
Karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a:
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
Ya, Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agamaMu.
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ العَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصاً وَ ابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang ikhlas dan dimaksudkan (dengan amal perbuatan itu) mencari wajah Allah. [HR Nasa-i, VI/25 dan sanad-nya jayyid sebagaimana perkataan Imam Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib, I/26-27 no. 9. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib Wat Tarhib, I/106, no. 8].