Mirror mirror on the wall..
Masih ingat dengan cerita dongeng yang mengatakan kalimat tersebut? Yah, film itu sudah tertanam di benak kita tentang bagaimana cerita Putri Salju dan ketujuh kurcacinya. Awal yang bagus untuk anda memahami isi dari artikel ini dengan mudah.
Akhir bulan Desember 2013, saya kedatangan seorang pasangan suami istri dari luar negeri, mereka sedang berlibur dan akhirnya mereka berkunjung kepada saya. Mereka asli Indonesia hanya menggantungkan hidupnya beberapa tahun ini di luar negeri. Mereka pasangan yang sangat pintar, lulus sarjana dan tinggal diluar negeri. Dan mereka memiliki masalah.
Masalahnya mereka hanya bekerja sebagai pramusaji di sebuah restoran di luar negeri, dan sudah bertahun-tahun tidak ada perubahan. Jadi mereka memutuskan berkunjung ke saya dan berbicara tentang apa yang mereka alami. Singkat cerita saya meminta sang suami menuruti kata-kata saya untuk 5 menit saja. “Bisa anda ke kamar kecil dan lihat disana ada cermin, lalu, bayangkan diri anda adalah seorang direktur, dan anda lihat orang yang ada didalam cermin itu, apakah anda mau menerima dia menjadi pegawai anda? Dan apakah dia pantas mendapatkan bayaran yang cukup fantastis diperusahaan anda?”. Dia menurut dan kembali lagi pada saya serta memberikan jawaban, “tidak saya terima”, istrinya tertawa terbahak-bahak “dia pecat dan tidak menerima dirinya sendiri”.
Saya tidak bermaksud menyudutkan sang suami atau merendahkannya, pertanyaan berikutnya saya lancarkan lagi “apa yang harus dilakukan orang yang ada didalam cermin tersebut agar dia bisa diterima perusahaan anda?”, munculah beragam jawaban positif yang intinya adalah meningkatkan kualitas hidupnya. Dia mulai bisa memperbaiki gambar dirinya yang rusak. Pertanyaannya, mengapa bisa rusak dan siapa yang merusak?
Cermin Karakter, judul diatas saya angkat karena saya ingin berbagi satu hal penting untuk kita semua di Indonesia. Seperti apa sih kita memandang diri kita sendiri saat ini? Apa sih kita ini? Pertanyaan yang cukup mengusik kita bukan?
Pembaca sekalian, dasar menentukan ketinggian. Saya ulangi “dasar menetukan ketinggian” dasar apa yang ada di hidup anda, menentukan ketinggian hidup anda. Segala sesuatu yang tinggi, secara alami memiliki dasar yang berbeda dengan yang pendek. Umumnya yang tinggi dasarnya lebih kuat.
Bangunan 8 lantai, akan berbeda dengan bangunan 2 lantai dalam ukuran dasarnya. Kecepatan komputer anda bergantung dengan dasar (prosesor dan memory) yang ada di dalam komputer anda, dan komputer anda bisa merespon game dan program yang berbeda. Versi lama untuk dasar yang rendah dan versi baru butuh dasar yang jauh lebih kuat.
Dari cerita di atas sang suami tidak memiliki gambar diri yang baik, dan walau dia memiliki gelar yang baik, tetapi dia tidak punya dasar yang baik. Tantangan hidup di dunia ini bukan sekedar embel-embel gelar anda, tetapi ada sesuatu yang tidak kelihatan tetapi menentukan, apa itu? Karakter!
Untuk segala sesuatu yang ingin anda kuasai dengan baik, anda perlu BELAJAR, itulah hukumnya dan tidak bisa ditawar. Karakter akan mendidik hidup kita untuk terus berkembang dan meninggi. Ingat, ada beberapa dari kita yang percaya dengan istilah ini “nanti dia akan tahu sendiri” atau “nanti kalau sudah tua baru dia akan mengerti”, benarkah demikian? Tidak benar. Ingat diawal paragraph di tulis “Untuk segala sesuatu yang ingin anda kuasai dengan baik, anda perlu BELAJAR”.
Jika saya tidak bisa berenang, dan tanpa saya mau belajar berenang apakah saya akan tahu sendiri dan mengerti caranya berenang? Jika saya tidak bisa bermain piano apakah mendadak begitu umur saya tua saya bisa main piano? Begitu juga bahasa ingris dan bahasa mandarin? Semoga anda yang cerdas setuju dengan ungkapan ini. Apalagi belajar tentang disiplin, belajar tentang jujur, belajar menghargai dan belajar sopan santun. Apa semua itu tiba-tiba ada di dalam diri kita jika kita tua, jika kita tidak pernah mau belajar dan melakukannya serta membiasakannya? Ada baiknya anda baca ulang dua paragraf ini sekali lagi atau dua kali lagi dan renungkan.
Mendidik karakter anak dan remaja perlu diupayakan dan diinformasikan kepada anak anda atau orang dewasa yang perlu perubahan dalam hidupnya. Bukan sekedar nanti saat tua dia akan tahu sendiri, dan terlambat lalu menyesal “kenapa saya tahunya sekarang ya, kok tidak dari dulu”. Penyesalan memang selalu di akhir, karena kalau diawal namanya pendaftaran.
E-book 7 Hari Membentuk Karakter Anak merupakan panduan bagi anda orang tua yang ingin menanamkan sesuatu dasar yang bermanfaat bagi anak anda kelak, sehingga kelak anak anda tidak perlu terjebak dan mencari-cari apa yang perlu dilakukan pada saat dia dewasa nanti, seperti rekan yang saya ceritakan diatas. Ingat dasar menentukan ketinggian.
Cermin Karakter, bisa anda gunakan secara mandiri untuk mengevaluasi diri anda apakah anda melihat seseorang yang sudah maksimal dikehidupannya, seseorang yang sudah maksimal menjadi orangtua, sebagai suami atau istri yang baik, sebagai teman yang baik. Anda bisa bertanya apalagi yang diperlukan agar pribadi didepan saya ini bisa maksimal didalam kehidupannya? Dan anda akan temukan jawabannya.
Memberikan evaluasi diri dan memberikan waktu kepada diri sendiri adalah dasar untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi diri kita. Saya sengaja membahas bagian ini untuk kita orang dewasa dahulu, sekarang apa manfaat informasi ini bagi anak-anak?
Saat anda menjadikan diri anda jauh semakin maksimal didalam kehidupan anda, maka anda bisa menjadi teladan yang baik bagi mereka. Anda bisa tularkan ini kepada mereka, anda bisa jauh lebih mudah membimbing mereka dan menular tehnik ini kepada mereka dan mereka dengan mudah tahu apa yang harus diperbaiki tanpa merasa kebingungan dengan sikap marah-marah yang sering kita lancarkan tanpa memberi tahu mereka harus berbuat apa.
Saat anda memiliki karakter yang terus mau dikembangkan, maka anda tidak perlu terkejut saat tiba-tiba anda memiliki reputasi yang baik dan kokoh. Karena dasar yang bagus, dari sana bisa dibuat apa saja yang bisa menjulang tinggi dan kokoh. Semoga satu tehnik ini bisa membantu kita semua dan membantu anak-anak yang kita cintai.
Salam
Timothy Wibowo
Timothy Wibowo