إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِهِ
وَمُبَلِّغُ النَّاسِ شَرْعِهِ؛ فَصَلَوَاتُ اللهُ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ
وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ : أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهَ تَعَالَى ؛ فَإِنَّ تَقْوَى اللهَ جَلَّ
وَعَلَا هِيَ أَسَاسُ السَّعَادَةِ وَسَبِيْلُ الفَوْزِ وَالفَلَاحِ فِي
الدُنْيَا وَالآخِرَةِ .
Ibadallah,
Bertakwalah kepada Allah dan waspadailah tipu daya setan, berlindunglah
kepada Allah dari bisikan dan hembusannya. Ketauhilah wahai hamba Allah,
sesungguhnya setan adalah musuh bagi kita, maka jadikanlah ia dia
musuh. Setan dan bala tentaranya mengajak kita agar kita bersama-sama
mereka menjadi penghuni neraka sa’ir. Allah Jalla wa ‘Ala memerintahkan
kita untuk berlindung dari gangguan musuh ini dengan kembali kepada
Allah ‘Azza wa Jalla dan berpegang teguh kepada-Nya. Allah Ta’ala
berfirman,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ
“Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah
perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 36)
Firman-Nya juga
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ
(3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي
صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai)
manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan)
syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam
dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. (QS. An-Nas)
Dalam ayat lainnya,
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ(97) وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ
Dan katakanlah: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari
bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya
Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku”. (QS. Al-Mukminun: 97-98)
Dan dalam ayat,
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ
Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan
perselisihan di antara mereka…” (QS. Al-Isra: 53)
Dan masih banyak ayat semakna dengan ayat-ayat di atas.
Ibadallah,
Setan memiliki jalan-jalan yang ia tempuh untuk mempengaruhi seorang
muslim lalu menghalangi mereka dari agama Allah, melalaikan dari
ketaatan, dan memalingkannya dari jalan yang benar dan diridhai. Jalan
masuk setan tersebut adalah jalan syubhat dan jalan syahwat.
Pertama, jalan masuk syahwat yaitu apabila setan melihat seorang muslim
condong dan mencintai kemaksiatan, lalu setan menghiasi maksiat tersebut
dihadapan sang hamba agar ia memperturutkan syahwat hawa nafsunya dan
memalingkan dari ketaatan kepada Rabbnya.
Kedua, jalan masuk syubhat yaitu apabila setan melihat seseorang yang
berpegang teguh terhadap agama, semangat menjalankan ketaatan kepada
Rabbnya, jauh dari perkara syahwat dan maksiat, maka setan akan masuk
melalui jalan syubhat. Ia jadikan orang tersebut berlebih-lebih dalam
agama, keras dan kaku. Lalu ia pun keluar dari jalan yang lurus, dari
ketaatan kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Syubhat menjadikan seseorang
berlebih-lebihan dan kaku dalam beragama, akan tetapi pelakunya
menyangka menjaga ketaatan di jalan Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Dan setan senantiasa memalingkan seseorang dari jalan Allah yang lurus,
dan musuh kita ini tidak peduli kita terjerembab dalam jalan syubhat
atau syahwat. Kedua cara ini akan mereka tempuh, yang penting manusia
bisa dipalingkan dari ketaatan menuju kemaksiatan dan dari jalan yang
benar menuju penyimpangan.
Oleh karena itu, banyak dalil dari Alquran dan sunnah yang
memperingatkan manusia agar jangan berlebihan dalam beragama dan juga
melalaikannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّينِ
“Janganlah kalian berbuat ghuluw (berlebih-lebihan dalam agama), karena
yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah berlebih-lebihan
dalam masalah agama.”
Dalam sabdanya yang lain,
هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ
“Binasalah al-mutanaththi’un.”
Al-mutanaththi’un adalah orang-orang yang keras dalam permasalahan yang semestinya dia tidak bersikap keras.
Sikap ghuluw, keras, dan kaku dalam agama Allah merupakan jalan setan
untuk menyesatkan hamba-hamba Allah yang beriman dan taat kepada-Nya.
Musuh-musuh Allah senantiasa akan memancangkan tali-tali mereka,
menggalang penghalang-penghalang, dan menguatkan barisan tentara mereka
untuk menghadapi orang-orang yang beriman.
Ibdallah,
Renungkanlah sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam Sahihnya dengan sanad
yang kuat, dari Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَصْبَحَ إِبْلِيسُ بَثَّ جُنُودَهُ ، فَيَقُولُ: مَنْ أَضَلَّ
الْيَوْمَ مُسْلِمًا أَلْبَسْتُهُ التَّاجَ، قَالَ: فَيَخْرُجُ هَذَا،
فَيَقُولُ: لَمْ أَزَلْ بِهِ حَتَّى طَلَّقَ امْرَأَتَهُ، فَيَقُولُ:
أَوْشَكَ أَنْ يَتَزَوَّجَ، وَيَجِيءُ هَذَا فَيَقُولُ: لَمْ أَزَلْ بِهِ
حَتَّى عَقَّ وَالِدَيْهِ، فَيَقُولُ: أَوْشَكَ أَنْ يَبَرَّ، وَيَجِيءُ
هَذَا، فَيَقُولُ: لَمْ أَزَلْ بِهِ حَتَّى أَشْرَكَفَيَقُولُ: أَنْتَ
أَنْتَ، وَيَجِيءُ، فَيَقُولُ: لَمْ أَزَلْ بِهِ حَتَّى زَنَى فَيَقُولُ:
أَنْتَ أَنْتَ، وَيَجِيءُ هَذَا، فَيَقُولُ: لَمْ أَزَلْ بِهِ حَتَّى
قَتَلَ فَيَقُولُ: أَنْتَ أَنْتَ، وَيُلْبِسُهُ التَّاجَ
“Apabila tiba pagi hari, Iblis menyeru para serdadunya dengan
mengatakan, ‘Barangsiapa yang berhasil menyesatkan seorang muslim pada
hari ini, maka akan aku berikan mahkota’. Salah seorang pengikut Iblis
mengatakan, ‘Aku senantiasa bersama seorang muslim, hingga ia
menceraikannya’. Iblis menjawab, ‘Dia bisa menikah lagi’. Pasukannya
yang lain mengatakan, ‘Aku bersama seorang muslim hingga dia durhaka
kepada kedua orang tuanya’. Iblis menjawab, ‘Dia bisa kembali berbakti’.
Yang lain mengatakan, ‘Aku senantiasa bersama seorang muslim hingga ia
berbuat syirik’. Iblis berkata, ‘Kamu kamu’. Pasukannya yang lain
mengatakan, ‘Saya bersamanya hingga dia berzina’. Iblis menanggapi,
‘Kamu, kamu’. Pasukan lainnya lagi mengatakan, ‘Aku senantiasa
bersamanya hingga ia membunuh’. Iblis menjawab, ‘Kamu, kamu’. Ia pun
menyematkan mahkota tersebut.”
Lihatlah wahai hamba Allah, bagaimana pasukan-pasukan Iblis itu
berlomba-lomba mewujudkan ambisi mereka, menghalangi manusia dari agama
Allah dan memalingkan mereka dari ketaatan, baik dengan bentuk durhaka
kepada orang tua, memutus silaturahim, membuat kerusakan dan kesesatan,
membunuh dan melakukan kekacauan, atau perbuatan-perbuatan rusak lainnya
yang mereka hiasi di mata manusia.
Ibadallah,
Memang ketika eksekusi menghilangkan nyawa orang bisa jadi sarana
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara berjihad, namun akal dan agama
mana yang menyatakan bahwa membunuh seseorang yang terlindungi darahnya
lalu dikatakan ini adalah wujud mendekatkan diri kepada Allah dan
mencari ridha-Nya atas nama jihad? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِي يَضْرِبُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا وَلَا
يَتَحَاشَى مِنْ مُؤْمِنِهَا وَلَا يَفِي لِذِي عَهْدٍ عَهْدَهُ فَلَيْسَ
مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ
“Barangsiapa yang keluar, lalu membunuh umatku yang baik-baik atau yang
fajirnya serta tidak hati-hati terhadap orang yang berimannya dan tidak
menepati perjanjian kepada yang membuat perjanjian dengan mereka, maka
dia bukanlah dari golonganku dan aku bukan dari golongannya.”
Jalan-jalan demikian dihiasi oleh setan dan termasuk berlebih-lebihan dalam agama Allah dan penyimpangan dari jalan yang lurus.
Ibadallah,
Orang-orang yang melakukan perbuatan demikian merasa bahwa mereka telah
melakukan perbuatan yang baik. Mereka sangka mereka adalah orang-orang
yang melakukan perbaikan, padahal mereka adalah para pengrusak. Ini
bukanlah jihad di jalan Allah, yang demikian adalah perbuatan dosa yang
dihias-hiasi oleh setan. Mereka telah memberikan kesan buruk terhadap
agama Allah, merusak dakwah, dan merugikan orang-orang yang beriman.
Oleh karena itu, hendaknya orang-orang yang cerdas bersabar dan
orang-orang beriman mengambil pelajaran bahwa yang demikian adalah
perbuatan ghuluw.
Di antara ciri orang-orang yang menyerukan demikian adalah mereka
biasanya merupakan gerakan yang tersembunyi tidak tampil
terang-terangan, padahal Islam adalah agama yang tampak tidak
sembunyi-sembunyi. Mereka melakukan dakwah secara rahasia, tidak
menjalin hubungan dengan para ulama dan tidak mengambil manfaat dari
ilmu mereka. Padahal Allah memerintahkan untuk bertanya kepada orang
yang berilmu.
Seandainya mereka menanyakan perihal-perihal yang mereka gelisahkan
tersebut kepada para ulama, niscaya mereka akan mendapati langkah dan
sikap yang tepat untuk dilakukan. Ketika Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma
berdiskusi dengan para Khawarij, beliau menjelaskan kepada mereka
tentang agama Allah, menghilangkan syubhat yang ada pada mereka, hingga
hanya dalam beberapa saat saja ribuan dari mereka bertaubat dari jalan
yang menyimpang.
Inilah dampaknya seandainya mereka mau berkonsultasi dengan para ulama,
akan tampak kebenaran dan hidayah, akan tetapi mereka lebih
memperturutkan keinginan mereka, menempuh jalan-jalan yang dibuat setan
sebagai perangkap, mereka pun tergelincir dari jalan yang benar.
Kita memohon kepada Allah Jalla wa ‘Ala agar member petunjuk kepada umat Islam yang menyimpang dari jalan-Nya.
اَللَّهُمَّ اهْدِ ضَالَّ المُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ اهْدِ ضَالَّ
المُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ رَدَّهُمْ إِلَى الْحَقِّ رَدّاً جَمِيْلَا ،
اَللَّهُمَّ رَدَّهُمْ إِلَى الْحَقِّ رَدّاً جَمِيْلَا ، اَللَّهُمَّ
وَفِّقْنَا لِاتِّبَاعِ سَبِيْلِكَ وَلُزُوْمِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ محمد
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَأَعَذَّنَا مِنَ الْفِتَنِ كُلِّهَا
مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ، اَللَّهُمَّ وَاحْفَظْ عَلَيْنَا
أَمْنَنَا وَإِيْمَانَنَا ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ
عَمَلَنَا فِي رِضَاكَ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلَالِ
وَالإِكْرَامِ .
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالجُوْدِ
وَالاِمْتِنَانِ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛
صَلَّىاللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
Ketahuilah bahwasanya manusia itu terbagi dua: (1) kelompok yang menjadi
pembuka kebaikan dan menutup kejelekan dan (2) kelompok yang menjadi
pembuka kejelekan dan menutup kebaikan. Oleh karena itu, bertakwalah
kepada Allah Ta’ala, mohon pertolongan kepada-Nya agar menjadikan kita
sebagai orang-orang yang membuka pintu kebaikan dan menutup pintu
kejelekan. Bertakwalah kepada Allah dalam keadaan sepi maupun di tengah
keramaian, dalam keadaan menyendiri maupun diawasi.
Ibadallah,
Bershalawat dan ucapkanlah salam kepada Nabi kita Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagaimana Allah telah memerintahkan yang demikian
dalam firman-Nya
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi, wahai
orang-orang yang beriman ucapkanlah shalawat dan salam kepadanya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan membalas shalawat untuknya sebanyak sepuluh kali.”
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَةَ وَالغِنَى ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الهُدَى وَالسَّدَادَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِي
هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا اَلَّتِي فِيْهَا
مَعَاشُنَا ، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا ،
وَاجْعَلْ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَالمَوْتَ رَاحَةً
لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الخَيْرِ
كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ ،
وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ الشَرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا
مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، اَللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا
يُقَرِّبُ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ
النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ .
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا
أَخَّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ
مِنَّا ، أَنْتَ المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ وَتُبْ عَلَى
التَائِبِيْنَ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ وَتُبْ عَلَى
التَائِبِيْنَ ، وَاغْفِرْ لَنَا أَجْمَعِيْنَ ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ
الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ .