Kultum Tentang Cinta kepada Allah




"Dan di antara manusia ada orang-orang yang mengangkat sembahan-sembahan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman itu lebih kuat cintanya kepada Allah...." (AL-Baqarah: 165)
Firman Allah Taala yang artinya, "Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah." (Al-Maidah: 54)
"Katakanlah: 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya'." (At-Taubah: 24).
Abu Razin al 'Uqaili bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah iman itu?" Rasulullah saw menjawab, "Yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih kamu cintai daripada selain keduanya." (HR Ahmad)
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tidak beriman (sempurna) seseorang di antara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya dan manusia seluruhnya."
Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Anas ra, katanya, "Telah bersabda Rasulullah saw, 'Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah; dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah darinya sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam api Neraka."
Disebutkan dalam riwayat lain, "Seseorang tidak akan merasakan manisnya iman, sebelum...." dst.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwa ia berkata, "Barangsiapa mencintai seseorang karena A1lah, membenci seseorang karena Allah, membela seseorang karena Allah dan memusuhi seseorang karena Allah maka sesungguhnya, kecintaan dan pertolongan dari Allah hanyalah bisa diperoleh dengan hal tersebut. Dan seorang hamba tidak akan menemukan rasa nikmatnyn iman, sekalipun banyak shalat dan shiyamnya, sehingga dia bersikap demikian. Persahabatan di antara manusia pada umunya didasarkan aras kepentingan dunia, namun hal itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka."
Ibnu Abbas dalam menafsirkan firman Allah Ta ala, "... dan putuslah segala hubungan antara mereka sama sekali." (Al-Baqarah: 166), ia mengatakan, "yaitu kasih sayang."
Sesungguhnya seseorang itu mencintai sesuatu karena pengetahuannya akan kebaikan dan kemanfaatan sesuatu itu. Membenci sesuatu itu karena pengetahuannya atas keburukan atau kejahatan sesuatu itu. Sebagian besar manusia itu lebih mencintai dunia karena pengetahuannya akan dunia yang apabila dapat meraihnya mendapatkan kenikmatan, kelezatan, dan kesenangan. Hal ini karena jika manusia dapat meraih dunia, maka hidupnya di dunia bagaikan raja dengan segala fasilitas kemudahan serta kesenangan yang menyertainya.
Seorang anak remaja mendambakan menjadi bintang idola, maka dalam aktifitas kesehariannya disibukkan pada upaya-upaya untuk meraih apa yang dicita-citakan. Ia pun berusaha dari mulai mengikuti lomba menyanyi, lomba peragawati, lomba model, lomba putri ayu dan seterusnya. Oleh karena hanya dengan cara-cara seperti atau yang sejenis itu untuk meraih ketenaran menjadi bintang idola dapat diraihnya, maka tidak peduli apa pun yang harus dijalani maka dilakukannya. Inilah satu gambaran yang sangat gamblang dari kehidupan glamour di jaman edan sekarang ini, bahwa manusia berbondong-bondong untuk meraih dunia. Itulah para pencari dunia dan pecinta dunia. Maka kecintaannya kepada dunia melebihi cintanya kepada Allah dan hari akhir yang dijanjikan, sehingga melalaikan apa yang menjadi batas-batas sepak terjang seorang Muslim yang beriman kepada Tuhannya. Hanya demi uang dan ketenaran, maksiatpun dilakukannya. Agama tidak melarang manusia mencari uang sebanyak-banyaknya, tetapi dengan jalan dan cara serta membelanjakannya yang diridoi oleh-Nya.
Adapun orang-orang yang beriman, tidak tergiur dengan manis dan lezatnya dunia yang hanya sebentar saja. Oleh karena melalui jalan dan cara-cara yang diridoi oleh Allah SWT itu adalah sulit dan bertentangan dengan pola kehidupan dengan meraih kesenangan dunia, maka hanya sebagian kecil saja orang-orang yang tahan menghadapi pahit getirnya kehidupan ini. Itulah orang-orang yang beriman.
Diriwayatkan bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Rasuullah saw, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mencintaimu." Maka Rasulullah saw menjawab, "Bersedialah untuk miskin." Orang lelaki berkata, "Aku mencintai Allah Taala." Rasulullah saw bersabda, "Bersedialah untuk menghadapi bala(cobaan)." (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Maghfal)
Orang-orang yang beriman meyakini dengan sebenar-benar iman firman Allah SWT yang artinya,
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti huan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridoan-Nya. Dan kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid: 20).
"Dan sesungguhnya kehidupan di akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, jikalau ia mau mengetahui." (Al-Ankabut: 64).
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw menceritakan dari Tuhannya Yang Maha Tinggi,
"Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh, sesuatu yang mata tidak pernah melihat, telinga tidak pernah mendengar dan tidak pula tergores pada hati manusia." (HR Bukhari).
Oleh karena hal-hal yang demikian itu adalah termasuk dari bagian-bagian perbuatan yang Allah janjikan, maka setiap Muslim hendaklah belajar, mencari tahu untuk mengetahui dan mengenal akan Tuhannya.
Maka sesungguhnya ke-Kuasaan, ke-Agungan, ke-Muliaan, ke-Perkasaan, dan segala ke-Mahatinggian Allah SWT itulah yang lebih patut seorang hamba mencintainya atas dasar yang demikian itu, sehingga orang-orang yang lebih mengenal akan Tuhannya, akan lebih mencintai-Nya.
Imam al-Hasan al-Basri berkata, "Barang siapa yang mengenal Tuhannya, niscaya ia mencintainya."