LATAR BELAKANG DAN SEJARAH PENULISAN AL-QUR'AN



A. Kondisi Keilmuan "Tata-Tulis" Bangsa Arab (25).
Tulisan Arab adalah tulisan yang dipakai oleh Bahasa Arab, huruf-hurufnya 29 buah, lebih banyak dari huruf-huruf Bahasa Indonesia yang hanya 26 buah. Sejak sekitar 200 tahun sebelum Islam(26) Bahasa ini sudah hidup dan berkembang di seluruh wilayah Jazirah Arab(27).
Menurut Ibn Ishaq berdasarkan hadits dari Abu Dzar, dari Nabi bahwa "Nabi Idris (Nabi ke 2, umurnya 482 tahun(28) yang tinggal di Babil(29) adalah yang pertama kali menulis dengan qalam"(30). Idris adalah generasi Adam (31) dan Hawa -yang mula-mula hidup di Makkah- mengembang di sekitar lembah sungai al-Furat di Irak, sampai dengan generasi Nuh (Nabi ke 3).
Sejak kira-kira 2460 tahun sebelum masehi(32). Sam putra Nuh (33), menciptakan Bahasa Arab yang dikenal dengan nama Bahasa Samiyah(34). Semula mereka mendiami wilayah Jazirah Arab bagian Utara di sekitar lembah sungai al-Furat, kemudian menyebar ke Syam, Taima'(35), Tihamah, Madain Shalih dan seterusnya sampai ke wilayah Selatan di Yaman(36). (Lihat Buku Pendamping, Silsilah para Nabi, Silsilah Nabi Nuh, Silsilah Bahasa Samiyah).




.

Pada zaman Hud (Nabi yang ke 4), nabinya kaum 'Ad yang tinggal di wilayah antara al-Ahqaf dan Hadhramaut, kemampuan mereka meningkat, tulisan Arab mulai berbentuk(37) dan berkembang ke bangsa Arab pedalaman melalui Bisyr, Abu Qais, al-Harb dan Sufyan.

Selanjutnya pada abad antara 19 dan 11 sebelum masehi(38), Ismail (Nabi yang ke 8)(39) yang lahir dan dewasa di Makkah, karena pernikahannya dengan Ra'lah binti Madhadh dari B

ani Jurhum(40). keturunan Arab 'Aribah(41) belajar berbicara dengan Bahasa Arab, dia juga membuat tulisan Arab(42), karena Ibrahim (Nabi ke 6) dan Hajar berbahasa asli Ibrani(43).

Kemampuan menulis ini dikembangkan lebih lanjut oleh putra-putranya yang menyebar ke Tihamah, Najd, dan Hijaz(44) yang bernama Nafis, Nadhar, Taima' / Atima' dan Dumah, yang membuat huruf-huruf putus / sambung(45), Qadur, Humaisa' dan Qaidzar membedakan / menyambung antara satu huruf dengan yang lain(46), sampai-sampai Alif (ا) dan Ra' (ر) juga disambung(47).

Sejak abad itu tata-bahasa dan tata-tulis mulai membudaya di Makk

ah dan sekitarnya, dan pada sekitar 7 abad sebelum hijrah Nabi, Bahasa Arab semakin mengembang. Selanjutnya, raja-raja di Madyan bernama Abjad (اَبْجَدْ), Hawaz (هَوَزْ), Hathai (حَطَيْ), Kalmuna (كَلْمُنَ), Sa'fash (سَعْفَصْ) dan Qarsyat (قَرْشَتْ) sebagai generasi yang hidup pada zaman Syu'aib (Nabi ke 14) datang ke Jazirah bersama Bani 'Adnan ibn Udad dan membuat tulisan Arab berdasarkan huruf-huruf yang ada pada nama-nama mereka, yaitu berupa huruf-hurufا أ ، ب ، ج ، د ، ه ، و ، ز dan seterusnya, seperti huruf-huruf Arab sekarang, kemudian mereka ta

mbah dengan huruf-huruf lain yaitu Ta' (ت), Tsa' (ث), Kha' (خ), Dzal (ذ), Dhad (ض), Zha' (ظ) dan Ghain (غ) yang disebut huruf "Rawadif".48.sehingga lengkap sebanyak 29 huruf, dan sesudah itu mereka mulai melahirkan syair-syair(48).

Dan pada zaman Sulaiman (Nabi ke 18) terjadi asimilasi antara warga al-Himyar di Yaman(49) dengan bangsa al-Nibthi(50) yang berbahasa Arami. Asimilasi tersebut melahirkan corak baru kehidupan budaya bangsa Arab. Di sana tata-tulis huruf-huruf Arab pun dipengaruhi oleh bahasa Bathra' Aramiyah(51).

Tata-tulis ini lebih maju lagi di tangan Maramir ibn Marrah yang menyempurnakan bentuknya, Aslam ibn Sidrah, yang menyambung dan memisahkan, sedang 'Amir ibn Jadrah yang membuat tanda-tandanya(52), mereka bertiga berkumpul di Yaqqat(53), kemudian membuat huruf-huruf putus dan sambung, pada Alif (ا), Ba' (ب), Ta' (ت), Tsa' (ث) dan seterusnya(54 ).

Sementara itu, sejak antara abad 1 dan 2 SM, Yaman juga sudah mempunyai budaya yang sangat maju, menjadi pusat kerajaan Shan'a, dengan raja-rajanya dari al-Himyar(55), berlangsung sejak 115 SM sampai tahun 525 M(56). Pada waktu itu sudah ada tata-tulis yang dinamakan al-Khath atau al-Musnad al-Himyari, yang tidak diketahui penciptanya.

Khath al-Himyari tersebut oleh Daulah al-Tababi'ah(57) yang pusat kerajaannya di Saba' dikembangkan ke Utara di wilayah Irak. (Lihat silsilah raja-raja Himyar di al-Yaman, Lihat Ibn Rasyiq op. cit. Juz II. hal. 225).

Sesudah itu warga al-Anbar belajar kepada mereka, kemudian warga al-Hirah belajar kepada al-Anbar(58), dan akhirnya al-Hirah menjadi pusat belajar tulis menulis. Selanjutnya Sufyan atau al-Harb ibn Umaiyah mempelajarinya dari Aslam lalu dibawa ke bangsa Quraisy(59) (Lihat

silsilah raja-raja al-Syam dan al-Hirah di buku Pendamping).

Berdasarkan data-data tersebut, berarti pada sekitar tahun 106 M, Jazirah Arab khususnya al-Hijaz sudah berada di tengah-tengah antara tiga budaya besar, yaitu 1. Budaya Romawi di bagian Barat(60), 2. Budaya Persi di Bagian Timur(61) dan 3. Budaya al-Himyar, Yaman di Bagian Selatan(62).

Ketiga pusat budaya tersebut sangat mempengaruhi kehidupan bangsa-bangsa di daerah-daerah sekitarnya, terutama al-Nibthi yang menjadi sentral budaya yang paling menonjol(63), sudah menjalin hubungan dagang dengan Yatsrib (Al-Madinah Al-Munawwarah) sejak 2 abad sebelum Islam(64) Akhirnya, masalah tulis-menulis tersebut membudaya di Makkah al-Mukarramah terus mengembang ke al-Madinah al-Munawwarah(65), karena bangsa Quraisy seperti yang disebutkan dalam al-Qur'an juga selalu pergi berdagang ke Syam (Bushra di Hauran) di musim dingin, dan ke Yaman di musim panas(66), bahkan sampai ke Afrika di Barat, India dan Asia di Timur, dan Asia Kecil di Utara pada abad IV masehi(67) (Lihat

Pendamping, Perjalanan tulisan Arab dari al-Anbar ke al-Nibthi, sampai ke Makkah).

Karena itu, bangsa al-Nibthi yang tata-tulisnya berasal dari Bahasa Arami adalah merupakan wujud asal tata-tulis Arab murni yang menjadi salah satu macam dari tulisan al-Qur'an(68) karena banyak kata-kata Arab terdapat di dalam Bahasa Nibthi(69).

Contoh ukiran tulisan al-Namarah, yang ditulis pada nisan makam Imri'i al-Qais ibn Amr di al-Hirah pada tahun 328 M. (Sumber, Jirji Zaidan,I:29, al-Anthaki,1969:106-107, Rafi'i,I:85, Wafi, Fiqh Lughah,1945:74, 103-104, al-Juburi 28).

Tulisan Arabnya menjadi :

هَذَا قَبْرُ امْرِئِ الْقَيْسِ بْنِ عَمْرُو مَلِكِ الْعَرَبِ كُلِّهِمْ الَّذِي تُقَلِّدُ التَّاجَ

وَ أَخْضَعَ قَبِيْلَتَيْ أَسَدَ وَ نِزَارَ وَ مُلُوْكَهُمْ وَ هَزَمَ مُذْحِجَ اِلَى الْيَوْمِ وَ قَادَ

الظَّفْرَ اِلَى أَسْوَارِ نَجْرَانَ مَدِيْنَةَ شَمَّرَ وَ أَخْضَعَ مَعْدًا وَ اسْتَعْمَلَ بَنِيْهِ

عَلَى الْقَبَائِلِ وَ أَنَابَهُمْ عَنْهُ لَدَى الْفُرْسِ وَ الرّوْمِ فَلَمْ يَبْلُغْ مَلِكٌ مَبْلَغَهُ

اِلَى الْيَوْمِ . تُوُفِّيَ سَنَةَ اثْنَيْنِ اِثْنَيْنِ ثَلاَثَةً فِي يَوْمِ الثَّّامِنِ أَيْلُوْلَ (سبتمبر) وَفَّقَ بَنُوْهُ لِلسَّعَادَةِ .

Dan sampai sekarang pun tulisan Arab tidak dapat lepas dari pengaruh tata-tulis al-Nibthi(70). (Liaht Pendamping, Perbandingan tata-tulis huruf-huruf Arab kuno, Ibrani dan Arab sekarang).

Pada tahun 490 M, tata-tulis Arab lebih pesat berkembang di Makkah(71), terutama dengan adanya kegiatan perdagangan di pasar 'Ukadz(72), al-Majannah(73). dan Dzu al-Majaz(74), yang selalu disertai dengan kegiatan lomba bersyair oleh para sastrawan. Maka sejak sekitar tahun 500 M, sudah mulai dikenal penyair-penyair Arab, bahkan mereka juga berkomunikasi dengan luar kota, seperti dengan Dinasti al-Mundzir (431-632 M). Dan pada tahun 542-570 M bersamaan dengan hancurnya bendungan Ma'arib di Saba' (Surah Saba' : 10-19)(75) bangsa Arab sudah banyak yang pandai menulis dan melahirkan para sastrawan yang berkualitas(76).

Menjelang al-Qur'an turun, dari Kabilah Quraisy sendiri setidaknya ada 10 penyair, Kabilah Qais 30, Kabilah Rabi'ah 21, Kabilah Mudhar 16(77), Kabilah Bani Tamim 12, termasuk kabilah-kabilah lain sekitarnya(78). (Lihat Pendamping, silsilah Bani Quraisy).

Ibn Rasyiq menyebutkan bahwa "yang memulai bersyair adalah Bani Rabi'ah", yang menurut Khafaji(79) "telah dimulai sejak lebih jauh dari 150 tahun sebelum Islam", kemudian mengembang ke kabilah-kabilah lain, sehingga menjadi lebih marak ketika zaman Hasyim dan 'Abd. Muthalib(80). Ibn Salam(81) membagi mereka sampai lebih dari 10 tingkatan dari 121 penyair yang ada(82), dan Ibn Rasyiq menyebutkan ada syair-syair yang disebut "al-Mu'allaqat" (المُعَلّقَاتُ)(83). Sampai-sampai al-Qur'an menyinggung kiprah dan prilaku mereka (Surah al-Syuara' : 224-227) yang suka membual memperturutkan nafsu(84).

Kondisi tersebut menjadi tanda :

1- Ramainya kehidupan sosial dan budaya terutama seni sastra,

2- Berkembangnya Bahasa Arab Fushha, yaitu bahasa yang diakui dan berlaku di kalangan bangsa Arab dari berbagai daerah dan kabilah yang ada, di samping bahasa Amiyah di mana masing-masing kabilah mempunyai dialek (لهجة) sendiri-sendiri,

3- Berkembangnya sastra Arab dalam bentuk Syair dan Natsar, dan

4- Semakin meluasnya tata-bahasa dan tata-tulis Arab. (Lampiran 10 : Data para penyair yang menggambarkan kualitas keilmuan bangsa Arab).

Di samping itu, dengan adanya lomba syair di pasar 'Ukadz dan lain-lain yang terjadi sebelum Islam juga membuktikan kualitas keilmuan mereka, sampai-sampai ada yang sengaja membuat syair untuk diperjual belikan(85). Kualitas tersebut bukan saja di bidang perdagangan dan sastra, akan tetapi juga tidak mustahil di bidang-bidang lainnya. Maka wajar ketika Islam datang, sudah banyak bangsa Arab yang mengenal tata-bahasa dan tata-tulis, lebih banyak dari hanya sekedar 17 orang seperti yang diberitahukan Rabbuh(86).

Dalam keadaan seperti itu Allah menurunkan al-Qur'an dengan Bahasa mereka, bahasa fushha yang sudah mereka pakai jauh sebelumnya seperti yang disebutkan dalam Surah Ibrahim : 4, al-Nahl : 103, al-Ahqaf : 12, Maryam : 97, dan al-Dukhan : 58. Tidak ada artinya dan tidak mungkin menyampaikan berita gembira, peringatan, pelajaran dan ajakan berpikir kalau mereka tidak mengerti Bahasa Arab, bahkan tidak ada gunanya al-Qur'an menantang mereka untuk menandingi al-Qur'an, kalau mereka tidak faham Bahasa Arab (al-Isra':88, Hud:13, al-Baqarah:23, Yunus.:38).

Di dalam al-Qur'an sendiri banyak ayat-ayat yang mengisayaratkan pengetahuan dan kemampuan mereka, bukan hanya berbahasa, tapi juga dalam hal ilmu pengetahuan dan masalah tulis-menulis, seperti perdagangan (al-Baqarah : 282, al-Taubah : 24, al-Nur : 37, al-Shaf : 10), adanya perhitungan (al-Baqarah : 212, Yunus : 5, Ibrahim : 51, al-Nur : 39, al-Zumar : 10), Malaikat yang mencatat amalan (Qaf : 18) dan lain sebagainya.

Nabi sendiri juga mengembangkan kepandaian tulis-menulis dengan cara membebaskan tawanan perang Badar pada dua tahun hijriyah, apabila mereka berhasil membebaskan anak-anak kaum muslimin dari buta huruf, setiap seorang tawanan mengajari 10 orang. (Lihat Pendamping, Silsilah tulisan Arab menurut ilmuwan bangsa Arab. Kronologi pertumbuhan dan perkembangan tata-tulis huruf Arab).

Penulis berpendapat bahwa Nabi mengambil kebijaksanaan demikian setelah 15 tahun beliau mengajarkan al-Qur'an dan dalam rangka masa depan al-Qur'an dan umatnya beliau mencetak generasi penerus yang pandai baca tulis.

(bersambung . . . . .)
Daftar bacaan :
25. Lihat Gharbal. Eds. op. cit. hlm. 1197 dan 1367.
26. Al-Shalih, Subhi. Dirasat fi fiqhi al-Lughah. (Beirut: Daar al-Ilmi li al-Malayin. 1976), hlm. 71.
27. Lihat al-Dhaif, Syauqi. al-Adab al-Arabi fi al-'Ashr al-Jahili. (Mesir: Daar al-Ma'arif. 1960), hlm. 18.
28. Al-Shabuni. Muhammad 'Ali. al-Nubuwwah wa al-Anbiya. (Beirut: Daar al-Irsyad. 1970), hlm. 235.

29. Sebuah tempat yang berada di lembah sungai al-Furat Irak. Periksa Lowis Ma'luf al-Yasu'i. al-Munjid, (Beirut: al-Matba'ah al-Katolikiyah, 1965), hlm. 56

30. Rabbuh, Ibn 'Abd (328-246 H). al-'Iqdu al-Farid. (Beirut: Daar al-Fikr. 1940), Jilid III, Juz 4, hlm. 212, al-Suyuthi. op. cit. hlm. 469.

31. Al-Shabuni. op. cit. hlm. 115, al-Nadim. op. cit. hlm. 6, al-Yasu'i, op. cit. hlm. 533, al-Suyuthi. op. cit. Juz II. hlm 469.

32. Al-Rafi'i, Mushthafa Shadiq (188-1937 M). Tarikh al-Adab al-Arabi, (Beirut: Daar al-Kitab al-'Arabi. 1974), Juz I. hlm. 47,

33. Gharbal Eds. op. cit. hlm. 1197.

34. Wafi, Fiqhu al-Lughah. (Mesir: Daar al-Nahdhah. 1945), hlm. 6.

35. Wafi, op. cit. hlm 97.

36. Al-Rafi'i, op. cit. hlm. 489.

37. Riwayat Ibn Abbas, al-Juburi. al-Khath al-'Arabi, (Baghdad: Maktabah al-Syarq. 1974), hlm. 37, Wafi, op. cit. hlm. 101-102.

38. Al-Rafi'i, op. cit. Juz I. hlm. 52

39. Umurnya 137 th, al-Shabuni. op. cit. hlm. 253.

40. Al-Yasu'i. op. cit. hlm. 135.

41. Al-Shabuni op. cit. 253-256, al-Rafi'i, op. cit. Juz I. hlm. 51-52.

42. Ibid hlm. 51.

43. Rabbuh, op. cit. Juz IV. hlm. 212, al-Nadim, op. cit. hlm. 7, al-Suyuthi, op. cit. Juz I. hlm. 469, al-Rafi'i, op. cit. Juz I. hlm. 49.

44. Gharbal. Eds. op. cit. hlm. 690.

45. Rabbuh, op. cit. Juz IV. hlm. 212.

46. Ibid, al-Nadim. op. cit. hlm. 7.

47. Rabbuh, op. cit. Juz IV. hlm. 212.

48. Al-Nadim. op. cit. hlm. 6-7, Gharbal. op. cit. hlm. 1197 dan 1558. Kaum Nabi Syuaib ini hancur pada suatu hari yang di namakan "Yaumu al-Dzullah" (al-Syuara':189) karena mendustakan Nabinya. Periksa, Rabbuh. op. cit. jilid III, Juz 3-4, hlm. 211-212, al-Nadim, op. cit. hlm. 6, al-Suyuthi. op. cit. Juz II. hlm. 469. dan al-Rafi'i. op. cit. Juz I. hlm. 5.

49. Al-Juburi. op.cit. hlm. 17.

50. Bangsa Arab kuno yang dahulu bertempat tinggal di Selatan Palestina. Mereka hidup sebagai pedagang yang selalu pergi ke Mesir, Siria, al-Furat dan Roma. Keturunan mereka menyebar di Jazirah Arab Bagian Utara. Di antara mereka terdapat para dokter dan sastrawan. (al-Yasu'i op. cit. hlm. 530). Lihat juga al-Dhaif. op. cit. hlm. 17, al-Juburi. op. cit. hlm 23.

51. Zaidan, Tarikh al-Adab al-'Arabi. (Beirut: Daar Maktabah al-Hayat. 1978), Juz I. hlm. 94. al-Yasu'i. op. cit. hlm 77.

52. Al-Nadim, op. cit. hlm. 6-7. Rabbuh. op. cit. Juz III. hlm. 211-212.

53. Yaqqah : Sebuah tempat / benteng di tepi sungai al-Furat di Irak, sejauh 2 farsakh dari Hait. Periksa Jawad Ali IV/26-27, Tarikh al-Arab qabla al-Islam, al-Juburi. op. cit. hlm. 18.

54. Rabbuh. op. cit. hlm. 212.

55. Himyar adalah sebuah desa di Yaman, yang mempunyai pengaruh pada zaman kerajaan negeri Saba', sebelum masehi sampai pada masa kedatangan Islam, mereka ini secara umum dianggap sebagai orang-orang Arab Yaman kuno, Gharbal, Eds. op. cit. hlm. 742.

56. Al-Rafi'i, op. cit. Juz. I. hlm. 49 dan 79.

57. Al-Tababi'ah adalah sebutan raja-raja Yaman zaman kuno, seperti yang disebut al-Qur'an, raja pertamanya adalah al-Harits ibn Qais ibn Shaifi ibn Saba'. Kata Tubba' berasal dari Butta', nama sebuah keluarga dari Kabilah Hamadan (al-Yasu'i, op. cit. hlm. 103 dan lihat juga Saba' ibid. hlm. 167).

58. Al-Nadim, op. cit. hlm. 7. Lihat juga al-Suyuthi. op. cit. Juz II. hlm. 469, Khaldun op. cit. hlm. 418, Gharbal. Eds. op. cit. hlm. 2, al-Yasu'i. op. cit. hlm. 38 dan 170.

59. Al-Juburi, op. cit. hlm. 37.

60. Melalui Daumah al-Jandal. Rabbuh, op. cit. Juz IV. hlm. 211-212.

61. Di bawah pimpinan Raja Theriyanus yang sedang berjaya pada waktu itu (Gharbal, Eds. op. cit. hlm. 110).

62. Yang pada th. 486-521 M memakai bahasa Arami sebagai bahasa resmi pemerintah (ibid).

63. Yang berjaya sejak tahun 115 SM, Dhaif. op. cit. hlm. 28.

64. Al-Juburi, op. cit. hlm. 25.

55. Al-Shalih. op. cit. hlm. 71. Mukarram. 1968. al-Qur'an al-Karim wa atsaruhu fi al-Dirasah al-Nahwiyah. (Mesir. Daar al-Ma'aarif. 1968), hlm. 16.

56. Rafi'i, op. cit. hlm. 94.

57. Periksa al-Yasu'i. op. cit. hlm. 415.

58. Al-Juburi. op. cit. hlm. 9.

59. Khaldun, op. cit. hlm. 418.

70. Al-Juburi. op. cit. hlm. 19.

71. Gharbal eds, op. cit. hlm. 758. Mukarram. op. cit. hlm. 16.

72. Rafi'i op. cit. Juz. I. hlm. 464. Khafaji. al-Syi'ru al-Jahili. (Beirut: Daar al-Kitab al-Lubnani. 1973), hlm. 83.

73. Ibid.

74. Gharbal, Eds. op. cit. hlm. 1035, Lihat juga Farukh, op. cit. hlm. 36-38, Rafi'i, op. cit. Juz I. hlm. 96, Khafaji, op. cit. hlm. 83.

75. Ma'rab adalah Ibukota negeri Saba' di Yaman, yang terkenal dengan bendungan Ma'rabnya yang hancur karena banjir Arim, sehingga menjadi istilah dalam peribahasa Bahasa Arab "فتفرقوا ايدي سبا" (al-Yasu'i. op. cit. hlm. 470).

76. Khafaji, op. cit. hlm. 338.

77. Al-Yasu'i. op. cit. hlm. 501. Rabbuh. op. cit. Juz III. hlm. 211-212

78. Lihat Tarikh Adab Umar Farukh dan Jirji Zaidan. Termasuk Kindah. lihat al-Yasu'i. op. cit. hlm. 445.

79. Khafaji, op. cit. hlm. 190.

80. Ibn Rasyiq. [390-456 H]. 1972. al-'Umdah. (Beirut: Dar al-Jail. 1972), Juz I. hlm. 86-88.

81. Khafaji, op. cit. hlm. 338-339.

82. Zaidan, op. cit. Juz I. hlm 93.

83. Zaidan. op. cit. Juz I. hlm. 94.

84. Ibn Rasyiq. ibid.

85. Seperti yang dilakukan al-Nabighah al-Dzubyani, Zuhair ibn Abi Sulma, Haram ibn Sinan, al-A'sya dan lain sebagainya. Lihat Tarikh Adab Umar Farukh dan Jirji Zaidan tersebut.

86. Al-Yasu'i. op. cit. hlm. 501. Rabbuh. op. cit. Juz III. hlm. 211-212