Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Akan tetapi, ada pihak-pihak yang tidak mengakui kedaulatan
pemerintahan Republik Indonesia. Ketika negara kita memproklamasikan
kemerdekaan, tentara Jepang masih ada di Indonesia. Sekutu menugaskan Jepang
untuk menjaga keadaan dan keamanan di Indonesia seperti sebelum Jepang menyerah
kepada Sekutu. Tugas tersebut berlaku saat Sekutu datang ke Indonesia. Rakyat
Indonesia yang menginginkan hak-haknya dipulihkan, berusaha mengambil alih
kekuasaan dari tangan Jepang. Usaha tersebut mendapat rintangan dari pihak
Jepang sehingga di beberapa tempat terjadi pertempuran antara tentar Jepang
dengan rakyat Indonesia. Pertempuran-pertempuran tersebut menimbulkan korban di
kedua belah pihak. Ketika rakyat Indonesia sedang menghadapi Jepang, Belanda
(NICA) datang membonceng tentara Sekutu. Tujuan Belanda ingin menjajah kembali
Indonesia. Pada tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu dan pasukan NICA tiba
di Indonesia dan mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok. Tentara Sekutu membantu
NICA yang ingin membatalkan kemerdekaan Indonesia. Rakyat Indonesia tidak ingin
lagi menjadi bangsa yang terjajah. Rakyat Indonesia bangkit melawan tentara
Sekutu dan NICA. Rakyat Indonesia menggunakan senjata rampasan dari Jepang dan
senjata tradisional yang ada. Berkobarlah pertempuran di mana-mana.
1. Pertempuran Surabaya
Tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Tanjung Perak,
Surabaya. Tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby. Kedatangan
tentara tersebut diikuti oleh NICA. Mula-mula tentara NICA melancarkan hasutan
sehingga menimbulkan kekacauan di Surabaya. Hal tersebut menimbulkan bentrokan
antara rakyat Surabaya dengan tentara Sekutu.
Tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang
hebat. Ketika terdesak, tentara Sekutu mengusulkan perdamaian. Tentara Sekutu
mendatangkan pemimpin-pemimpin Indonesia untuk mengadakan gencatan senjata di
Surabaya. Tentara Sekutu tidak menghormati gencatan senjata. Dalam insiden
antara rakyat Surabaya dan tentara Sekutu, Brigjen Mallaby terbunuh. Letnan
Jendral Christison Panglima Sekutu di Indonesia, meminta kepada pemerintah Indonesia
menyerahkan orang-orang yang dicurigai membunuh Jendral Mallaby. Permintaan
tersebut diikuti ultimatum dari Mayor Jendral Mansergh. Isi ultimatum tersebut,
Sekutu memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya.
Penyerahan paling lambat tanggal 9 November 1945 pukul 18.00 WIB. Apabila
ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Kota Surabaya akan diserang dari darat,
laut, dan udara. Gubernur Suryo, diberi wewenang oleh pemerintah pusat untuk
menentukan kebijaksanaannya. Beliau bermusyawarah dengan pimpinan TKR (Tentara
Keamanan Rakyat) dan para pemimpin perjuangan rakyat di Surabaya. Hasil
musyawarah tersebut adalah rakyat Surabaya menolak ultimatum dan siap melawan
ancaman Sekutu
Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu menggempur Surabaya
dari darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan Gubernur Suryo dan Sutomo
(Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan sejengkal tanah pun kepada
tentara Sekutu. Dengan pekik Allahu Akbar, Bung Tomo membakar semangat rakyat.
Dalam pertempuran yang berlangsung sampai awal Desember itu gugur beribu-ribu
pejuang Indonesia. Pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari
Pahlawan. Hari Pahlawan untuk memperingati jasa para pahlawan. Perlawanan
rakyat Surabaya mencerminkan tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia.
2. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945. Kurang lebih
2000 pasukan Jepang berhadapan dengan TKR dan para pemuda. Peristiwa ini
memakan banyak korban dari kedua belah pihak. Dr. Karyadi menjadi salah satu
korban sehingga namanya diabadikan menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota
Semarang sampai sekarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut maka pemerintah
membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.
3. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah
pimpinan Brigjen Bethel di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 untuk
membebaskan tentara Sekutu. Setelah itu menuju Magelang, karena Sekutu
diboncengi oleh NICA dan membebaskan para tawanan Belanda secara sepihak maka
terjadilah perlawanan dari TKR dan para pemuda. Pasukan Inggris akhirnya
terdesak mundur ke Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut Letkol Isdiman gugur
sebagai kusuma bangsa. Kemudian Kolonel Sudirman terjun langsung dalam pertempuran
tersebut dan pada tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul
mundur Sekutu sampai Semarang. Karena jasanya maka pada tanggal 18 Desember
1945 Kolonel Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR dan berpangkat
Jendral. Sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari
Infantri.
4. Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu yang diboncengi Belanda
dan NICA di bawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Medan. Pada tanggal
13 Oktober 1945 para pemuda yang tergabung dalam TKR terlibat bentrok dengan
pasukan Belanda, sehingga hal ini menjalar ke seluruh kota Medan. Hal ini
menjadi awal perjuangan bersenjata yang dikenal dengan Pertempuran Medan Area.
5. Bandung Lautan Api
Kota Bandung dimasuki pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945.
Sekutu meminta hasil lucutan tentara Jepang oleh TKR diserahkan kepada Sekutu.
Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu mengultimatum agar kota Bandung
dikosongkan. Hal ini tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum
tersebut diulang tanggal 23 Maret 1946. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan
supaya TRI mengosongkan Bandung, tetapi pimpinan TRI di Yogyakarta
mengintruksikan supaya Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya dengan berat hati
TRI mengosongkan kota Bandung. Sebelum keluar Bandung pada tanggal 23 Maret
1946 para pejuang RI menyerang markas Sekutu dan membumihanguskan Bandung
bagian selatan. Untuk mengenang peristiwa tersebut Ismail Marzuki
mengabadikannya dalam sebuah lagu yaitu Hallo-Hallo Bandung.
6. Agresi Militer Belanda
Agresi militer Belanda yaitu serangan yang dilakukan oleh Belanda
kepada Negara Republik Indonesia. Kurang lebih satu bulan setelah kemerdekaan
Indonesia, tentara sekutu datang ke Indonesia. Dalam pendaratannya di
Indonesia, tentara sekutu diboncengi NICA. Selain bermaksud melucuti tentara
Jepang, tentara sekutu membantu NICA mengembalikan Indonesia sebagai
jajahannya. dengan bantuan sekutu, NICA ingin membatalkan kemerdekaan rakyat
Indonesia. Rakyat Indonesia tidak mau dijajah lagi. Rakyat Indonesia tidak
mempunyai pilihan lain untuk mempertahankan kemerdekaannya, kecuali dengan
bertempur sampai titik darah penghabisan. Di sebagian besar wilayah Indonesia,
tentara Sekutu dan NICA harus menghadapi perlawanan pejuang-pejuang Indonesia.
Perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya, menyadarkan
tentara Sekutu bahwa bangsa Indonesia tidak dapat dikalahkan hanya dengan
kekuatan senjata. Sekutu menempuh cara lain, yaitu mempertemukan Indonesia dan
Belanda di meja perundingan. Perundingan dilaksanakan tanggal 10 November 1946
di Desa Linggarjati sebelah selatan Cirebon, Jawa Barat. Perundingan tersebut
dinamakan Perundingan Linggarjati. Hasil perundingan dinamakan Persetujuan
Linggarjati.
Perundingan ini menghasilkan pengakuan Belanda atas kedaulatan
Republik Indonesia. Kedaulatan tersebut meliputi wilayah Jawa, Madura, dan
Sumatra. Belanda ternyata melanggar isi Persetujuan Linggarjati. Tanggal 21
Juli 1947 Belanda melancarkan serangan militer ke daerah-daerah yang termasuk
wilayah RI. Serangan tersebut terkenal dengan nama Agresi Militer Belanda I.
Agresi Militer Belanda I bertujuan menguasai daerah-daerah perkebunan dan
pertambangan. Daerah-daerah tersebut antara lain Sumatra Timur, Sumatra
selatan, Priangan, Malang dan Besuki.
Menghadapi serangan Belanda itu, rakyat berjuang mempertahankan
tanah airnya. Rakyat melakukan taktik perang gerilya. Perang gerilya yaitu
taktik perang menyerang musuh yang dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) berusaha menengahi pertikaian Indonesia dengan
Belanda. PBB membentuk komisi perdamaian. Komisi itu beranggotakan tiga negara,
yaitu Australia, Belgia, dan Amerika serikat. Komisi itu disebut Komisi Tiga
Negara (KTN). Berkat usaha Komisi Tiga Negara, Indonesia dan Belanda kembali ke
meja perundingan. Perundingan dilaksanakan mulai tanggal 8 Desember 1947 di
atas kapal perang Amerika Serikat. Kapal tersebut bernama USS Renville. Hasil
perundingan tersebut dinamakan Perjanjian Renville. Dalam perundingan ini,
delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifudin dan delegasi
belanda dipimpin oleh Raden Abdul Kadir Widjojoatmodjo.
Perjanjian Renville sangat merugikan pihak Indonesia. Salah satu
isi Perjanjian Renville adalah Republik Indonesia harus mengakui wilayah yang
telah direbut Belanda dalam Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda
adalah serangan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda kepada Indonesia untuk
menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 21 Juli
1947 dan 19 Desember 1948. Tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi
Militer II. Agresi Militer Belanda II bertujuan menghapuskan pemerintahan RI
dengan menduduki kota-kota penting di Pulau Jawa. Dalam Agresi Militer II,
pasukan Belanda menyerang Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta dan menahan
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan beberapa pejabat tinggi
negara. Rakyat Indonesia pantang menyerah. Dengan semboyan sekali merdeka tetap
merdeka, rakyat berjuang sampai titik darah penghabisan. Rakyat tetap melakukan
perang gerilya. Aksi militer Belanda tersebut menimbulkan protes keras dari
kalangan anggota PBB. Oleh karena itu, Dewan keamanan PBB mengadakan sidang
pada tanggal 24 Januari 1949, dan memerintahkan Belanda agar menghentikan
agresinya. Belanda di bawah Dewan Keamanan PBB meninggalkan Yogyakarta serta
membebaskan presiden, wakil presiden dan pejabat tinggi negara yang ditawan.