Surat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas manusia
pada zaman modern ini. Didorong oleh tuntutan kebutuhan ekonomi dan
sosialnya, manusia akan menjalin hubungan yang semakin luas dengan
berbagai individu, baik yang berada disekitarnya maupun ditempat lain.
1. Falsafah dasar
Suatu organisasi atau perusahaan harus mengadakan hubungan dengan organisasi atau perusahaan lain agar
aktivitas bisnisnya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Didalam
upaya menjalin dan membina hubungan tersebut ‘surat’ masih memegang
peranan yang penting disamping penggunaan sarana komunikasi lainnya
seperti telepon, faxcimili, internet dan lainnya. Jadi yang dimaksud
dengan ‘korespondensi bisnis’ pada dasarnya adalah berbagai macam
aktivitas pertukaran informasi dan data melalui media surat-menyurat
dalam menunjang aktivitas bisnis diantara suatu perusahaan dengan
perusahaan lainnya.
Surat merupakan alat
komunikasi tertulis yang berguna untuk menyampaikan informasi dari suatu
pihak kepada pihak lain. Informasi tersebut dapat berupa pemberitahuan,
pengumuman, pernyataan, permohonan, permintaan, laporan dan sebagainya.
Dengan perantaraan surat, setiap orang dapat langsung berkomunikasi
dengan sesamanya tanpa harus bertatap muka terlebih dahulu.
Surat
biasanya juga sering dijadikan sebagai bukti otentik tertulis ‘hitam
diatas putih’. Oleh karena itu, kata-kata dan kalimat dalam surat
tersebut harus disusun secara efektif dan efisien serta disusun dengan
baik dan teliti. Ketelitian dan kecermatan tersebut dibutuhkan untuk
menjamin ketepatan isi surat sebagaimana yang diinginkan oleh
pengirimnya.
Surat dapat mencerminkan ‘citra diri’ dari
pengirimnya, menyadari hal tersebut perusahaan perlu bersikap selektif
dalam memilih sekretaris yang akan menangani aktivitas korespondensi
atau surat menyurat tersebut, Citra perusahaan dapat tercemar dan
tercoreng apabila urusan korespondensi dalam kegiatan bisnisnya
ditangani oleh sekretaris yang tidak menguasai teknik dan etika
korespondensi. Surat sebagai suatu pesan yang tertuang dalam bentuk
tertulis kadang kala akan dibaca berulang-ulang oleh penerimanya, oleh
karena itu pengirim harus berusaha agar dapat memberikan kesan yang baik
dalam benak si penerima surat tersebut.
Menulis ‘surat’ yang
baik tidak menuntut keahlian khusus seperti seorang pengarang novel,
puisi, cerpen atau karya sastra lainnya, karena pada dasarnya ‘surat’
bukanlah sebuah karya sastra. Meskipun demikian, menyususn surat yang
baik tidaklah sesederhana yang sering dibayangkan orang, karena ada
aturan dan kebiasaan tertentu yang secara umum berlaku dan harus
dipenuhi oleh setiap penulis surat.
Dalam mata kuliah ini cq. ‘korespondensi bisnis’ akan dibahas tata cara penulisan surat yang baik ditinjau dari bentuk, isi,
jenis, model serta bahasa yang lazim dipakai dalam penulisan surat.
Disamping itu akan disajikan juga beberapa contoh untuk masing-masing
jenis surat yang dibahas dalam kuliah ini agar mahasiswa lebih mudah
mempelajari dan memahaminya.
2. Fungsi Surat
Surat
berfungsi sebagai alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan pesan atau
informasi dari suatu pihak kepada pihak yang lainnya, oleh karena itu
isi surat juga dapat mencerminkan citra diri, kualitas serta wibawa dari
pengirimnya. Dalam dunia ‘bisnis’ maupun ‘dinas’ instansi pemerintahan,
dokumentasi surat sangatlah penting dilakukan, karena surat yang
keluar/masuk dpat dijadikan sebagai :
1. Bukti otentik tertulis
dan mempunyai kekuatan hokum yang sifatnya mengikat, misalnya : Surat
Perjanjian, Kuitansi, Bukti tanda terima, Faktur, dan sebagainya.
2.
Sebagai Referensi, dalam merencanakan atau menindaklanjuti suatu
aktivitas tertentu. Misalnya : Kumpulan surat yang didokumentasikan dan
diarsipkan dengan baik merupakan sumber data yang kelak akan diperlukan
dalam kegiatan perencanaan maupun untuk menentukan sikap,
menindaklanjuti suatu kegiatan/keputusan tertentu.
3. Jaminan Keamanan dan Kepemilikan, missal : Surat Jalan, Sertifikat dll.
4.
Sarana Promosi (Iklan) bagi pihak pengirim, khususnya dalam banyak
jenis surat-surat penawaran bisnis seperti brosur, leaflet, price list
dan sebagainya.
5. Sarana efektif untuk mengatasi kendala waktu, jarak dan tenaga. Dll.
3. Surat yang Baik
Penulis
surat dapat menyusun surat yang baik dan benar dalam aktifitas
korespondensi bisnis apabila penulis surat tersebut mengetahui adanya
beberapa syarat maupun ciri-ciri tertentu dari sebuah surat yang baik.
Berikut ini beberapa syarat dan ciri-ciri dari surat yang baik tersebut :
a. Bentuk surat harus disesuaikan dengan isi, pesan dan tingkat urgensinya
b. Bahasa yang dipergunakan tidak boleh kasar atau menyinggung perasaan, dan tetap menjaga sopan santun.
c.
Kalimat-kalimat dalam surat harus mematuhi kaidah-kaidah tata bahasa
Indonesia yang benar (EYD). Oleh sebab itu pengetahuan mengenai tata
bahasa yang baik dan benar mutlak dibutuhkan.
d. Isi Surat tidak
perlu terlalu panjang dan bertele-tele, tetapi menggunakan bahasa yang
efisien, efektif dan lugas namun harus tetap menjaga etika kesopanan
sehingga menjadi lebih mudah dipahami dan berkesan mendalam.
Dalam penyusunan ‘surat’ yang sifatnya ‘dinas’ atau ‘resmi’ penulis surat juga perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a. Mempersiapkan dan merencanakan rancangan surat dengan baik (draft)
b. Menetapkan dan menguasai permasalahan yang akian diungkapkan
c. Menetapkan bahan rujukan : dokumen/arsip dan berbagai macam data pendukung yang diperlukan
4. Pentingnya Korespondensi Bisnis
Beberapa
survey mengenai transaksi bisnis internasional menjelaskan bahwa
sekitar 80% kegiatan komunikasi & Interaksi bisnis ekspor-impor
biasanya dilakukan melalui korespondensi (surat menyurat) terutama
melalui sarana teleks, faxcimili dan terutama sekali lewat e-mail.
Sedangkan sisanya biasanya dilakukan melalui negosiasi tatap muka
langsung ‘face to face negotiation’. Hal ini berarti bahwa korespondensi
memegang peranan yang amat penting dalam perdagangan international pada umumnya.
Hasil
negosiasi tatap muka ‘face to face negotiation’ pada akhirnya juga akan
dirumuskan dan didokumentasikan dalam bentuk surat menyurat atau
korespondensi. Karena hasil pertemuan tatap muka dari kedua belah pihak
yang bernegosiasi akan dituangkan dalam bentuk catatan ‘notulen’ atau
minutes. Notulen sebagai catatan tertulis tersebut biasanya akan diparaf
(diberi initial) dari masing-masing pihak yang bernegosiasi, sebagai
tanda kesepakatan sementara.
Apabila perundingan tersebut
dilakukan dalam beberapa kali tatap muka dan berkesinambungan, maka
semua catatan notulen dari setiap pertemuan tersebut akan dituangkan
dalam suatu kesimpulan akhir yang disebut dengan “Persetujuan Prinsip”
atau Memorandum Of Understanding yang dikenal dengan singkatan ‘MOU’.
MOU tersebut selanjutnya akan ditandatangani bersama oleh kedua belah
pihak yang membuat kesepakatan dalam suatu upacara sederhana yang
disebut dengan ‘Assigment of MOU’.
Dengan demikian jelaslah bahwa
kendatipun suatu transaksi dilakukan dengan cara tatap muka, pada
akhirnya tetap akan dirumuskan dalam bentuk tertulis, atau dalam bentuk
dokumen surat menyurat. Maka cara apapun yang dipakai dalam transaksi
apakah melalui korespondensi atau negosiasi tatap muka, pada akhirnya
korespondensi tetap akan memegang peranan yang terpenting, sebab tanpa
adanya korespondensi baik melalui media
surat biasa, teleks, faksimili, email, dll maka suatu transaksi
perdagangan khususnya ekspor-impor rasanya mustahil dapat dilaksanakan.
a. Korespondensi dan Citra Baik (Favourable Image)
Pada
prakteknya hampir sebagian besar relasi bisnis kita bisa jadi hanya
mengenal perusahaan kita melalui surat-surat (brosur, leaflet, price
list) yang telah kita kirimkan. Mereka tidak menganal kita secara
pribadi atau personal. Oleh karena itu, desain bentuk dan isi surat
mulai dari kop surat, isi surat dan bahasa yang digunakan akan menjadi
cerminan awal dari eksistensi perusahaan kita.
Citra perusahaan
pada tahap awal perkenalan mungkin sekilas hanya diwakili oleh bentuk
sampul amplop ataupun kop suratnya, oleh karena itu desain amplop maupun
kop surat perlu dibuat dengan desain yang anggun dan indah yang dapat
memberikan informasi dasar mengenai perusahaan, terutama yang dapat
menunjukkan sejauh mana integritas dan bonafiditas perusahaan
b. Korespondensi dan Reputasi (Good Reputation)
Apabila
perusahaan kita telah mendapatkan pesanan pertama (first order = trial
order) maka hal ini berarti kita mulai memasuki tahap yang amat penting
dalam kehidupan usaha bisnis tersebut. Pesanan pertama merupakan ujian
atas bonafiditas perusahaan, dan salah satu ukuran yang dapat dipakai
adalah apakah perusahaan dapat memegang komitmen, khususnya tentang
‘tepat mutu dan tepat waktu’ sebagaimana yang disepakati dalam dokumen
‘MOU’.
c. Korespondensi dan Kepercayaan (Reliability)
Citra
yang baik muncul dari penampilan lahir yang baik, sedangkan reputasi
yang baik akan terlahir dari kemampuan perusahaan dalam memegang janji
komitmen atau dalam menunjukkan kinerja yang baik. Apabila perusahaan
dapat mencapai kedua sasaran diatas maka secara otomatis para pelanggan
akan menaruh kepercayaan kepada perusahaan dalam aktifitas transaksi
bisnisnya. Peranan korespondensi sangatlah penting untuk dapat menunjang
mewujudkan tercapainya ketiga sasaran tersebut yaitu tercapainya :
citra, reputasi dan kepercayaan dari mitra bisnis perusahaan.
5. Etika Korespondensi
Berdasarkan
uraian diatas telah kita ketahui betapa pentingnya peranan
korespondensi dalam menunjang aktifitas bisnis perusahaan, berikut ini
adalah beberapa hal yang perlu dikemukakan berkaitan dengan ‘tata cara
dan etika’ dalam korespondensi bisnis, antara lain :
1. Isi Surat
Tujuan
dari setiap korespondensi adalah mengkomunikasikan atau menyampaikan
pesan, amanat, berita maupun informasi dan data kepada relasi bisnis
kita dengan baik dan benar serta dengan cara yang sopan. Pada dasarnya
‘isi surat’ yang baik harus memenuhi tiga syarat sebagai berikut :
a. Jelas, isi pesan dan berita yang disampaikan
b. Tepat (data & informasi), terlebih apabila menyangkut angka-angka.
c. Benar (tata bahasanya) serta singkat padat penyampaiannya.
2. Bahasa yang Baik dan Benar
Kata-kata, kalimat dan bahasa yang dipakai dalam korespondensi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.
Jelas ejaannya, biasakan menggunakan kata-kata yang tepat untuk konteks
kalimat tertentu, jika diperlukan anda dapat menggunakan kamus untuk
mencari kata-kata yang tepat (terutama untuk korespondensi yang
berbahasa Inggris)
b. Tidak menggunakan kata-kata yang mempunyai
arti ganda dan bias menimbulkan kerancuan salah penafsiran yang
membingungkan penerima surat.
c. Gunakan tata bahasa yang runtut
dan tidak perlu menambahi dengan embel-embel dan basa-basi yang tidak
diperlukan. Pada dasarnya gramatika bahasa Inggris hamper sama dengan
bahasa Indonesia, karena itu jika kita dapat menyusun kalimat bahasa
Indonesia yang baik dan benar, maka akan sangat mudah untuk dapat
ditrabslate atau diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan baik dan
benar pula.
3. Tulis dan Ketik yang Rapi
Ingatlah selalu
bahwa surat yang kita kirimkan akan mencerminkan citra diri dan
kepribadian kita. Ketikan atau tulisan yang rapi akan memberikan kesan
bahwa penulis surat itu atau orang yang menandatangani surat itu adalah
seorang yang teliti, bersih, rapih dan efisien. Hindari penggunaan
penghapus (tip-ex) atau correction pen, karena surat bisnis resmi harus
bias menampilkan ketelitian dan keprofesionalan pengirimnya.
4. Perhatikan Tata Letak Surat
Susunan isi surat dan lay outnya pada umumnya dapat dibagi-bagi dalam beberapa bagian sebagai berikut :
Ruang
referensi, ruang nama & alamat, kalimat pembuka, Isi surat, kalimat
penutup, nama pengirim, tanda tangan pengirim dan jabatan pengirim.
Pembahasan lebih lanjut mengenai masalah ini akan dibahas pada bab-bab
selanjutnya. (Bab-2).
5. Membaca Kembali (Koreksi)
Sebelum
anda mengirimkan atau menandatangani surat tertentu, terlebih dahulu
luangkan waktu anda untuk membaca kembali surat tersebut, hal ini
penting untuk menghindari kesalahan-kesalahan fatal yang seharusnya
tidak perlu terjadi. Jika anda seorang manajer sebaiknya jangan 100%
percayakan urusan korespondensi kepada sekretaris anda, telitilah
sebelum surat tersebut anda tanda tangani, karena andalah yang menjadi
penanggung jawab atas isi surat itu, Ingatlah isi surat tersebut kelak
bisa dijadikan barang bukti di pengadilan apabila terjadi perselisihan
dan sengketa bisnis dengan relasi anda, oleh karena itu baca lagi dan
sekali lagi sebelum anda menandatanganinya.
6. Balas Segera
Usahakan
membalas setiap surat yang masuk ‘segera’ setelah surat itu diterima.
Apabila perlu surat yang masuk dibalas pada hari yang sama. Jangan tunda
hingga esok apa yang bisa anda selesaikan hari ini. Mungkin sebagian
besar pelanggan memutuskan membeli produk dari perusahaan anda bukan
atas dasar pertimbangan harga atau mutu barang, namun lebih didasari
oleh kecepatan pelayanan dan perhatian kita terhadap kepuasan kebutuhan
pelanggan. Segeralah berikan respon jawaban atas pesanan yang masuk,
lazimnya jawaban sementara atas pesanan yang masuk meskipun hanya berupa
pemberitahuan bahwa surat pesanan yang dikirim pelanggan sudah kita
terima disebut Acknowlwdgement Receipt, selanjutnya paling lambat 7 hari
kerja sejak surat pemesanan diterima kita sudah harus dapat memberikan
jawaban & kepastian tentang bisa tidaknya pesanan tersebut dipenuhi.