Pengertian Pelatihan
Menurut
Gomes (1997 : 197), “Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki
prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi
tanggung jawabnya. Idealnya, pelatihan harus dirancang untuk mewujudkan
tujuan – tujuan organisasi, yang pada waktu bersamaan juga mewujudkan
tujuan – tujuan para pekerja secara perorangan. Pelatihan sering
dianggap sebagai aktivitas yang paling umum dan para pimpinan mendukung
adanya pelatihan karena
melalui pelatihan, para pekerja akan menjadi
lebih trampil dan karenanya akan lebih produktif sekalipun manfaat –
manfaat tersebut harus diperhitungkan dengan waktu yang tersita ketika
pekerja sedang dilatih” .
Pelatihan menurut Gary Dessler (1997 : 263)
adalah “Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang,
ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan
mereka”. Sedangkan menurut John R. Schermerhorn, Jr (1999 : 323),
pelatihan merupakan “Serangkaian aktivitas yang memberikan kesempatan
untuk mendapatkan dan meningkatkan
ketrampilan yang berkaitan dengan pekerjaan”.
Pelatihan
merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia
dalam dunia perhotelan. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah
bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang
dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain
sebagainya.
Tujuan Pelatihan
Menurut Moekijat (1991:55) tujuan umum dari pada pelatihan adalah:
a. Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.
b. Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional.
c. Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kerja sama dengan teman-teman pegawai dan pimpinan.
Pada
umumnya disepakati paling tidak terdapat tiga bidang kemampuan yang
diperlukan untuk melaksanakan proses manajemen Hersey dan Blanchart
(1992: 5) yaitu :
a. Kemampuan teknis (technical and skill),
kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas tertentu yang diperoleh dari
pengalaman, pendidikan dan training.
b. Kemampuan sosial (human
atau social skill), kemampuan dalam bekerja dengan melalui orang lain,
yang mencakup pemahaman tentang motivasi dan penerapan kepemimpinan yang
efektif.
c. Kemampuan konseptual (conceptual skill)
yaitu:kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi dan penyesuaian
bidang gerak unit kerja masing-masing ke dalam bidang operasi secara
menyeluruh. Kemampuan ini memungkinkan seseorang bertindak selaras
dengan tujuan organisasi secara menyeluruh dari pada hanya atas dasar
tujuan kebutuhan keluarga sendiri.
Tujuan-tujuan tersebut diatas
tidak dapat dilaksanakan atau dicapai, kecuali apabila pimpinan
menyadari akan pentingnya latihan yang sistematis dan karyawan-karyawan
sendiri percaya bahwa mereka akan memperoleh keuntungan. Tujuan
pengembangan pegawai jelas bermanfaat atau berfungsi baik bagi
organisasi maupun karyawan sendiri.
Alasan Pentingnya Diadakan Pelatihan
Menurut Hariandja (2002 : 168), ada beberapa alasan penting untukmengadakan pelatihan, yaitu:
a. Karyawan yang baru direkrut sering kali belum memahami secara benar bagaimana melakukan pekerjaan.
b.
Perubahan – perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja. Perubahan –
perubahan disini meliputi perubahan – perubahan dalam teknologi proses
seperti munculnya teknologi baru atau munculnya metode kerja baru.
Perubahan dalam tenaga kerja seperti semakin beragamnya tenaga kerja
yang memiliki latar belakang keahlian, nilai, sikap yang berbeda yang
memerlukan
pelatihan untuk menyamakan sikap dan perilaku mereka terhadap pekerjaan.
c.
Meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas. Saat
ini daya saing perusahaan tidak bisa lagi hanya dengan mengandalkan aset
berupa modal yang dimiliki, tetapi juga harus sumber daya manusia yang
menjadi elemen paling penting untuk meningkatkan daya saing sebab sumber
daya manusia merupakan aspek penentu utama daya saing yang langgeng.
d.
Menyesuaikan dengan peraturan – peraturan yang ada, misalnya standar
pelaksanaan pekerjaan yang dikeluarkan oleh asosiasi industri dan
pemerintah, untuk menjamin kualitas produksi atau keselamatan dan
kesehatan kerja.
Teknik-Teknik Pelatihan
Program
latihan menurut Handoko (1995:110) dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki
kepuasan kerja. Ada dua kategori pokok program latihan manajemen:
a. Metode praktis.
Teknik-teknik
“on the job trainning” merupakan metode latihan yang paling banyak
digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan yang baru dengan supervisi
langsung, seorang “pelatih” yang berpengalaman. Berbagai macam teknik
ini yang biasa digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut:
1.
Rotasi jabatan merupakan latihan dengan memberikan kepada karyawan
pengetahuan tentang bagian-bagian organisasi yang berbeda dan praktek
berbagai macam ketrampilan manajerial.
2. Latihan instruksi pekerjaan
merupakan latihan dengan memberikan petunjuk-petunjuk pekerjaan
diberikan secara langsung pada pekerjaan dan digunakan terutama untuk
melatih para karyawan tentang cara pelaksanaan pekerjaan sekarang.
3. Magang merupakan latihan dengan memberikan proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang telah berpengalaman.
Pendekatan
itu dapat dikombinasikan dengan latihan “off job trainning”. Hampir
semua karyawan pengrajin (care off), seperti tukang kayu dan ahli pipa
atau tukang ledeng, dilatih dengan program-program magang formal.
Aksestensi dan internship adalah bentuk lain program magang.
4.
Pengarahan merupakan latihan dengan penyelia atau atasan memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja rutin
mereka. Hubungan penyelia dan karyawan sehingga bawahan serupa dengan
hubungan kotor-mahasiswa.
5. Penugasan sementara merupakan latihan
dengan memberikan penempatan karyawan pada posisi manajerial atau
sebagai anggota panitia tertentu untuk jangka waktu yang ditetapkan
b. Metode simulasi.
Dengan
metode ini karyawan peserta latihan representasi tiruan (artificial).
Suatu aspek organisasi dan diminta untuk menanggapinya seperti dalam
keadaan sebenarnya. Diantara metode-metode simulasi yang paling umum
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Metode Studi Kasus.
Deskripsi
tertulis suatu situasi pengambilan keputusan nyata disediakan. Aspek
organisasi terpilih diuraikan pada lembar kasus.Karyawan yang terlibat
dalam tipe latihan ini diminta untuk mengidentifikasikan
masalah-masalah, menganalisa situasi dan merumuskan
penyelesaian-penyelesaian alternatif. Dengan metode kasus, karyawan
dapat mengembangkan ketrampilan pengambilan keputusan.
2. Permainan Rotasi Jabatan.
Teknik
ini merupakan suatu peralatan yang memungkinkan para karyawan (peserta
latihan) untuk memainkan berbagai peranan yang berbeda. Peserta
ditugaskan untuk individu tertentu yang digambarkan dalam suatu periode
dan diminta untuk menanggapi para peserta lain yang berbeda perannya.
Dalam hal ini tidak ada masalah yang mengatur pembicaraan dan perilaku.
Efektifitas metode ini sangat bergantung pada kemampuan peserta untuk
memainkan peranan (sedapat mungkin sesuai dengan realitas) yang
ditugaskan kepadanya. Teknik role playing dapat mengubah sikap peserta
seperti misal menjadi lebih toleransi terhadap perbedaan individual, dan
mengembangkan ketrampilan, ketrampilan antar pribadi (interpersonal
skill).
3. Permainan Bisnis.
Bussiness (management) game
adalah suatu simulasi pengambilan keputusan skala kecil yang dibuat
sesuai dengan kehidupan bisnis nyata. Permainan bisnis yang komplek
biasanya dilakukan dengan bantuan komputer untuk mengerjakan
perhitungan-perhitungan
yang diperlukan. Permaianan di sistem dengan
aturan-aturan tentunya yang diperoleh dari teori ekonomi atau dari study
operasi-operasi bisnis atau industri secara terperinci. Para peserta
memainkan “game” dengan memutuskan harga produk yang akan dipasarkan,
berapa besar anggaran penjualan, siapa yang akan ditarik dan sebagainya.
Tujuannya adalah untuk melatih parakaryawan (atau manajer) dalam
pengambilan keputusan dan cara mengelola operasi-operasi perusahaan.
4. Ruang Pelatihan.
Agar
program latihan tidak mengganggu operasi-operasi normal, organisasi
menggunakan vestibule trainning. Bentuk latihan ini bukan dilaksanakan
oleh atasan (penyelia), tetapi oleh pelatih-pelatih khusus. Area-area
yang terpisah dibangun dengan berbagai jenis peralatan sama seperti yang
akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya.
5. Latihan Laboratorium.
Teknik
ini adalah suatu bentuk latihan kelompok yang terutama digunakan untuk
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan antar pribadi. Salah satu bentuk
latihan laboratorium yang terkenal adalah latihan sensitivitas dimana
peserta belajar menjadi lebih
sensitif (peka) terhadap perasaan orang
lain dan lingkungan. Latihan ini berguna untuk mengembangkan berbagai
perilaku bagi tanggung jawab pekerjaan diwaktu yang akan datang.
6. Program-program pengembangan eksekutif.
Program-program
ini biasanya diselenggarakan di Universitas atau lembaga-lembaga
pendidikan lainnya. Organisasi bisa mengirimkan para karyawannya untuk
mengikuti paket-paket khusus yang ditawarkan ; atau bekerjasama dengan
suatu lembaga pendidikan untuk menyelenggarakan secara khusus suatu
bentuk penataran, pendidikan atau latihan sesuai kebutuhan organisasi.
Manfaat Pelatihan
Manullang
(1990:47) memberikan batasan tentang manfaat nyata yang dapat diperoleh
dengan adanya program pelatihan yang dilaksanakan oleh
organisasi/perusahaan terhadap karyawannya, yaitu sebagai berikut:
a) Meningkatkan rasa puas karyawan.
b) Pengurangan pemborosan.
c) Mengurangi ketidakhadiran dan turn over karyawan.
d) Memperbaiki metode dan sistem kerja.
e) Menaikkan tingkat penghasilan.
f) Mengurangi biaya-biaya lembur.
g) Mengurangi biaya pemeliharaan mesin-mesin.
h) Mengurangi keluhan-keluhan karyawan.
i) Mengurangi kecelakaan kerja.
j) Memperbaiki komunikasi.
k) Meningkatkan pengetahuan karyawan
l) Memperbaiki moral karyawan.
m) Menimbulkan kerja sama yang lebih baik.
Manfaat
lain yang diperoleh dari latihan kerja yang dilaksanakan oleh setiap
organisasi perusahaan menurut Soeprihanto (1997:24) antara lain:
a. Kenaikan produktivitas.
Kenaikan
produktivitas baik kualitas maupun kuantitas. Tenaga kerja dengan
program latihan diharapkan akan mempunyai tingkah laku yang baru,
sedemikian rupa sehingga produktivitas baik dari segi jumlah maupun mutu
dapat ditingkatkan.
b. Kenaikan moral kerja.
Apabila
penyelenggara latihan sesuai dengan tingkat kebutuhan yang ada dalam
organisasi perusahaan, maka akan tercipta suatu kerja yang harmonis dan
semangat kerja yang meningkat.
c. Menurunnya pengawasan.
Semakin
percaya pada kemampuan dirinya, maka dengan disadarinya kemauan dan
kemampuan kerja tersebut, para pengawas tidak terlalu dibebani untuk
setiap harus mengadakan pengawasan.
d. Menurunnya angka kecelakaan.
Selain
menurunnya angka pengawasan, kemauan dan kemampuan tersebut lebih
banyak menghindarkan para pekerja dari kesalahan dan kecelakaan.
e. Kenaikan stabilitas dan fleksibilitas tenaga kerja.
Stabilitas disini diartikan dalam hubungan dengan pergantian sementara karyawan yang tidak hadir atau keluar.
f. Mengembangkan pertumbuhan pribadi.
Pada
dasarnya tujuan perusahaan mengadakan latihan adalah untuk memenuhi
kebutuhan organisasi perusahaan, sekaligus untuk perkembangan atau
pertumbuhan pribadi karyawan.