Proses Terhubungnya Emosi dengan Otak
Penulis akan memberikan contoh bagaimana proses terhubungnya emosi dengan otak.
Ketika terjadi suatu kejadian yang memicu emosi, katakanlah misalnya takut, maka amygdala mengirim pesan ke semua bagian dari otak sehingga memicu dikeluarkannya hormon yang berkenaan dengan reaksi paling primitif, apakah lawan atau berlari. Hal ini dilakukan dengan cara memicu pusat pergerakan, mengaktifkan sistem kardiovascular, mensiagakan otot dan lainnya. Selain itu amygdala juga memicu dikeluarkannya neurotransmitter norepinephrine untuk meningkatkan reaksi dari area utama otak, sehingga panca indra menjadi lebih siaga. amygdala juga mengirim pesan ke batang otak sehingga memunculkan ekspresi takut, ketegangan, meningkatkan laju detak jantung yang meninggikan tekanan darah dan membuat nafas menjadi lebih cepat dan dangkal.
Penelitian yang dilakukan oleh LeDoux mengindikasikan bahwa aliran informasi yang diterima dari panca indra terpecah menjadi dua jalur. Satu jalur menuju ke thalamus berlanjut ke neo cortex, sementara jalur yang lain mengarah ke amygdala. Jalur langsung dari thalamus ke amygdala terdiri atas rangkaian neuron yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada jalur yang menghubungkan thalamus dengan neo cortex. Rute antara thalamus ke neo cortex panjangnya dua kali lebih panjang dibandingkan rute dari thalamus ke amygdala. Informasi dari thalamus ke amygdala dapat bergerak dalam satuan 12/1000 detik (lebih singkat dari pada satu nafas). Arsitektur ini yang memungkinkan amygdala dapat merespon lebih cepat (sangat kilat) bahkan sebelum neo cortex menerima dan mengenali keseluruhan informasi yang dikirim dari thalamus.
Dari thalamus sebagian besar informasi mengalir ke neo cortex dibandingkan ke amygdala. Bagian yang mengatur aliran informasi tersebut adalah prefrontal lobes. Ketika ada suatu kejadian yang tidak diinginkan, prefrontal lobes melakukan penimbangan untung-rugi atas respon yang akan dilakukan. Pada binatang, responnya sangat terbatas, lawan atau lari. Pada manusia alternatif responnya bisa lebih banyak, mulai dari lawan, negosiasi, diskusi, merayu, hingga lari. Sama seperti amygdala, ketiadaan prefrontal lobes membuat individu tidak memiliki aspek emosional pada hidupnya.