Dampak Hubungan Emosi Terhadap Otak Manusia


Dampak dari hubungan emosi bisa positif ataupun negatif. Pada umumnya dampak positif bisa ada ketika seseorang menyikapi emosi itu dengan baik dan terkontrol, sebagai contoh ketika kita sedang marah, karena emosinya terkontrol maka tidak terjadi kemarahan yang dapat mengakibatkan konflik antar manusia. Rasul mengajarkan kepada manusia untuk menyikapi suatu masalah penuh dengan kesabaran. Kenapa pada zaman Rasul Islam bisa tegak? Hal ini dikarenakan sikap Rasul yang sabar dalam menghadapi orang Quraisy, beliau dengan penuh rasa sabar berdakwah kepada ummatnya untuk memeluk agama Islam walaupun pada awalnya bangsa Quraisy banyak yang tidak menerima, bahkan sampai ada yang mencaci dan memaki beliau, namun beliau tetap sabar dalam situasi yang ada.
Mungkin Anda pernah bertengkar dengan kerabat Anda, kebanyakan dari pertengkaran itu bisa saja terjadi karena adanya pendapat yang saling bertolak belakang dan saling mempertahankan satu sama lainnya. Tapi karena Anda dan kerabat anda mempertahankan pendapatnya masing-masing tapi menghalalkan segala cara untuk disetujui oleh orang lain, akhirnya keduanya saling bertikai. Coba jika hal tadi dipikirkan dengan pikiran yang jernih tanpa dikotori hal serupa tadi, mungkin Anda dan kerabat Anda akan mencapai satu kesepakatan tanpa adanya konflik.
Jadi emosi bisa berdampak positif atau negatif, tergantung dari bagaimana cara menyikapi emosi tersebut. Sebenarnya emosi positif ataupun negatif tidak masalah jika kita menyikapi emosi itu secara positif.

2.2 Menurut Al-Qur’an
a.Emosi dan Otak adalah Potensi dari Sang Pencipta
Allah berfirman dalam Qs. As-Sajdah:9
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
Atau dalam Qs. Al-Mukminun:78 yang berbunyi:
“Dan Dia lah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran,penglihatan dan hati, tapi sedikit sekali yang bersyukur.”
Salah satu potensi yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia adalah hati. Kita bisa menyikapi emosi kita secara positif dan memang sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh Allah, ini membuktikan bahwa kita memberdayakan potensi yang diberikan oleh Allah dengan baik dan benar. Itulah bentuk syukur yang dimaksudkan. Banyak manusia yang tidak mempergunakan potensi itu dengan baik dan benar. Padahal Allah menyuruh kepada manusia untuk senantiasa mempergunakan potensi yang di berikan dengan sebaik mungkin. Mulai dari memahami sampai mengaplikasikan bagaimana mempergunakan potensi besar yang sudah diberikan oleh Allah tersebut.
Dalam Qs. Al-A’rof ayat 179 di sebutkan perumpamaan bagi orang yang tidak mempergunakan potensinya dengan baik.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar, mereka itu seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Dari ayat di atas sudah jelas bahwa orang yang tidak mempergunakan potensinya dengan baik oleh Allah diumpamakan seperti binatang ternak yang tidak diberi potensi. Binatang ternak tidak di beri potensi yang sempurna seperti manusia. Jangan sampai diri kita termasuk ke dalamnya. Allah yang telah memberikan potensi tersebut dengan sebaik dan sesempurna mungkin, maka kita yang di beri harus mempergunakan potensi tersebut dengan sebaik dan sesempurna mungkin pula.