'Asyura 1 hari untuk 3 Agama, Tasu'a 1 hari untuk Islam saja


CERAMAH: Tak lama lagi kita akan memasuki momentum puasa 'asyura yakni puasa tanggal 10 muharram yang jatuh pada hari Kamis 14 Nopember 2013.

Secara historis puasa 'asyura mempunyai kaitan erat dengan perayaan kaum Bani Isra'il pada saat diselamatkannya Kaum Bani Isra'il yang dipimpin oleh Nabi Musa as dan Nabi Harun as dari kekejaman musuhnya yaitu Fir'un, oleh karena itu sebagai tanda syukur atas karunia Allah itu, Mereka berpuasa. kaum bani isra'il sangat mengagungkan hari bersejarah tersebut. (lihat: HR. Muslim, no. 1916) Berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari, Ummat Islam juga lebih berhak untuk bersyukur untuk keselamatan para Nabi Allah itu, hari 'asyura patut dirayakan, berbeda dengan puasa tasu'a yang khusus dirayakan oleh ummat Islam, cocok sekali jika judul posting ini adalah 'Asyura 1 hari untuk 3 Agama, tasu'a 1 hari untuk Islam saja
Keutamaan bagi orang yang berpuasa hari 'Asyura sangat melimpah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah Al-Anshari ra ketika Rasul saw ditanya tentang keutamaan puasa 'asyura
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ؟ فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ»
“Rasulullah saw ditanya tentang puasa hari ‘Asyura, maka beliau bersabda: “Ia dapat menghapuskan dosa-dosa kecil setahun yang lalu.”(HR. Muslim no. 1162)
Rasul saw sendiri sangat antusias berpuasa di hari 'Asyura Ibnu Abbas berkata: “Saya tidak pernah melihat Rasul saw berpuasa pada suatu hari karena ingin mengejar keutamaannya selain hari ini (bc: ‘Asyura) dan tidak pada suatu bulan selain bulan ini (bc: Ramadhan)." (HR. Al-Bukhari.)
hadits sahih di atas sudah cukup kuat untuk dijadikan sebagai dalil ummat islam disunnatkan puasa tasu'a dan 'asyura.
Lahirnya puasa tasu'a
Tasu'a itu sendiri berasal dari kata tis'ah artinya sembilan maksudnya adalah tanggal 9 dzulhijjah. Sebenarnya Rasul saw tidak pernah melakukan puasa tasu'a, tetapi hal in menjadi cita cita beliau, jika diberi usia sampai pada tahun berikutnya
لَئِنْ عِشْتُ إلَى قَابِلٍ لاَصُومَنَّ التَّاسِعَ
“Jika saya masih hidup di tahun depan, pasti akan berpuasa pada hari kesembilan.” (HR. Muslim)
Rasul saw
Berkata Imam al-Syafi’i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq dan selainnya, “Disunnahkan berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh secara keseluruhan, karena Nabi saw telah berpuasa pada hari ke-10 dan berniat puasa pada hari ke-9 di bulan Muharram
Ibnu Hajar berpendapat bahwa cita-cita beliau untuk berpuasa pada tanggal 9 dimaksudkan agar tidak persis seperti yang dilakukan oleh umat pada masa Nabi sebelumya, yakni Yahudi dan Nashrani. (Fathul Bari 4: 245)
Secara historis puasa tasu'a merupakan jawaban dari pertanyaan sahabat soal kesamaan berpuasa 'asyura dengan kaum Yahudi dan Nasrani
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: حِينَ صَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ» قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ، حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Abdullah bin Abbas ra berkata: “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam melakukan puasa ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa ‘Asyura, maka para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, ia adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.”
Maka beliau bersabda, “Jika begitu, pada tahun yang akan datang kita juga akan berpuasa pada hari kesembilan, insya Allah.”
Berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari yang berderajat sahih juga diriwayatkan ketika tiba di Madinah, Rasulullah melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura. Beliau bertanya: “Puasa apa ini?" Mereka menjawab: “Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur.” Maka beliau bersabda: “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.” (HR Bukhari)