Makalah Kenakalan Remaja

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses penerangan yang memungkinkan tersentuhnya pengembangan daya untuk mengetahui kemudian membentuk sikap tanggung jawab kepada diri sendiri, lingkungan masyarakat, dan Dzat Pencipta, yang dalam kelanjutannya melahirkan kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam rangka memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dirinya dan masyarakatnya untuk mencapai sesuatu yang lebih baik.
Keadaan seperti itu, tidak terjadi dikarenakan suatu proses yang lahir dari rencana rinci yang tersusun dalam suatu silabus yang mencerminkan ruang lingkup, susunan, tingkat materi, atau teknik belajar mengarang demi tercapainya tujuan yang telah dirumuskan secara normatif, melainkan merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya interaksi sosial yang mempengaruhi.
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua pihak manusia atau lebih, yang salah satu pihaknya mempengaruhi, bahkan mengubah perilaku yang lain, baik yang terjadi antar individu, antar kelompok, antar kelompok masyarakat dengan seseorang atau sebaliknya.
Proses interaksi sosial dapat terjadi karena adanya keinginan untuk percaya dan dapat pula terjadi dikarenakan oleh proses imitasi atau peniruan seseorang yang menjadi tipe idealnya, baik dalam perilaku ucapan maupun tindakan. Dalam hal ini, orang tua berada dalam posisi yang sangat penting dipandang dari anaknya sebab proses pengimitasian ini dapat terjadi pertama kali dalam lingkungan keluarga.
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Dikarenakan keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam pandangan anak, maka ruang lingkup permasalahan makalah ini meliputi hal sebagai berikut:
1.2.1        Mengapa pendidikan Islam itu sangat penting?
1.2.2        Mengapa penanamannya harus diawali dari keluarga?
1.2.3        Bagaimanakah cara penerapannya?
1.2.4        Dampak apakah yang dapat ditimbulkan, apabila pendidikan Islam tidak ditanamkan dalam keluarga?
1.3 Tujuan Penulisan
Pada dasarnya penulisan ini bertujuan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang timbul seperti yang telah disebutkan dalam ruang lingkup permasalahan.
1.4 Metoda Penulisan
Metoda yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metoda kepustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN

Secara umum, pendidikan adalah suatu kegiatan yang merubah dan membentuk individu menjadi bercorak diri (memiliki kepribadian/ personality) yang bernilai tinggi. Kepribadian yang tertinggi ini tergantung pada filsafat hidup yang dianjut yang dijadikan landasan tujuan pendidikan itu sendiri.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi seseorang yang bercorak diri atau yang memiliki kepribadian yang berderajat tinggi menurut ukuran Allah SWT. Isi dari pendidikan Islam tersebut adalah ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap dalam Al-Qur’an, yang pelaksanaannya ke dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagaimana dicontohkan oleh Muhammad Rosulullah. Manusia yang paling tinggi derajat nilai dirinya dalam penilaian Allah adalah manusia yang paling taqwa. Hal ini terdapat dalam Q.S Al-Hujurat: 13, yang berbunyi:
“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah yang paling taqwa”.
Sedangkan ciri-ciri orang yang taqwa itu terdapat dalam Q.S Al-Lail ayat 17:20.
Selain dapat membentuk akal anak didik menjadi cakap mengenai kebenaran yang terdapat di dalam ajaran Allah yang tercantum lengkap dalam Al-Qur’an. Pendidikan Islam juga dapat membentuk anak didik menjadi cakap dalam mencanri dan menemukan kebenaran yang terkandung di dalam gejala-gejala dan fakta-fakta di alam semesta ini. Dengan perkataan lain, Pendidikan Islam dapat membentuk rasa anak didik menjadi halus dan tajam sehingga ia mampu mencintai Allah yang Ghaib dan merasa takut mendapat azab Allah, memiliki rasa rela untuk mengorbankan apa saja yang dimilikinya untuk keperluan perjuangan menegakkan agama Allah serta merasa bertanggung jawab untuk mengangkat hidup kaum atau orang yang melarat, fakir miskin dan anak-anak yatim. Rasa bertanggung jawab ini muncul karena adanya keinginan dari hati anak didik itu sendiri untuk menegakkan dan membela ajaran Allah, sehingga anak didik akan menjadi kuat dan keras (tidak dapat bergeser sedikitpun) dalam mempertahankan kebenaran yang telah digariskan oleh Allah meskipun ia dilanda oleh berbagai macam bentuk tantangan dan penderitaan.
Dari penjelasan di atas, maka jelaslah bahwa pendidikan Islam itu sangat penting, sebag pendidikan Islam tidak hanya tertuju pada pembentukan akal saja, melainkan tertuju kepda setiap bagian juwa sehingga setiap bagian jiwa itu menjadi mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar menurut ukuran Allah SWT dan sebagaimana yang dikehendaki oleh-Nya.
Mengingat pentingnya Pendidikan Islam, rasanya sangat baik apabila Pendidikan Islam itu ditanamkan sejak dini, agar kelak dapat tumbuh dan terbentuk Sumber Daya Insani yang benar-benar berkualitas. Penanaman Pendidikan Islam sejak dini ini dapat diawali dari penanaman Pendidikan Islam di dalam keluarga.
Keluarga adalah lingkunga sosial yang pertama yang dikenal oleh individu sejak lahir. Ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya merupakan lingkungan sosial yang secara langsung berhubungan dengan individu. Sosialisasi yang dialami individu secara insentif berlansung dalam keluarga. Pengenalan nilai agama, norma dan kebiasaan pertama kali diterima oleh individu berasal dari keluarga. Pengaruh sosialisasi dan enkulturisasi yang berasal dari keluarga sangat besar bagi pembentukan dan perkembangan keperibadian individu.
Karena pengaruh keluarga terhadap individu sangat besar peranannya, maka kebiasaan-kebiasaan yang bersifat positif maupun yang negatif yang telah berlangsung lama dan terbuka dalam lingkungan keluarga dapat tertanam secara kuat pada kepribadian seseorang.
Hal ini dapat dimanfaatkan untuk penanaman Pendidikan Islam dalam keluaraga, sehingga Pendidikan Islam itu dapat melekat pada individu yang bersangkutan.
Keluarga dan rumah merupakan pelabuhan yang aman dan tambatan yang kokoh bagi setiap anggota keluarga (ayah, ibu dan akan). Keluarga merupakan suatu basis, dimana secara teratur dan harmonis seluruh keluarga berkumpul untuk berkomunikasi dan berbincang-bincang mengenai hal-hal yang menggembirakan maupun kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan dialami oleh anggota keluarga.
Pada hakekatnya, di dalam keluarga inilah sendi-sendi dan tradisi (adat, turunan, pandangan hidup, tingkah laku dan umumnya nilai-nilai  tradisional kebudayaan) diturunkan dari ayah dan ibu kepada anak-anaknya yang bersumberkan pada perbendaharaan pengalaman hidup yang ada pada ayah dan ibu.
Stempel yang utama daripada corak perliku anak di kemudian hari dan kemampuannya untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup di kemudian hari, diletakkan di dalam rumah oleh ayah-ibunya sendiri, meskipun bekal-bekal anak itu kelak akan mengalami perkembangan selanjutnya yang dipengaruhi oleh pendidikan di sekolah dan pengaruh interaksi di dalam lingkungan hidupnya.
Keamanan dan perlindungan yang anak-anak rasakan terdapat di dalam keluarganya, akan memberikan pula kepadanya kepercayaan pada diri sendiri, di dalam menghadapi berbagai persoalah hidupnya. Ayah dan ibu adalah orang-orang yang pertama yang diharapkan anak-anak untuk memberikan bantuan dan petunjuk-petunjuknya atau nasehat-nasehatnya di dalam penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya.
Ayah dan ibu merupakan pembimbing serta pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Tiap-tiap anak dilahirkan dalam fitrah yang suci sampai ia bisa berkata-kata, maka ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi”
Seorang ayah, bagi seorang anak adalah lambang dan contoh kepemimpinan, kekuatan dan kebijaksanaan. Sendangkan ibu adalah lambang kasih sayang, ketenangan dan dedikasi.
Corang hubungan diantara ayah dan ibu dapat menentukan suasana dalam rumah, sangat berpengaruh dalam pertumbuhan watak anak-anaknya. Jika hubungan itu baik maka suasananya pun akan baik dan sebaliknya jika hubungannya buruk maka suasananya akan buruk pula.
Pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab penuh orang tua. Ibu dan ayah harus menjadi teladan bagi anak-anak dalam pembentukan rohani. Anak-anak dalam pembentukan rohani, anak-anak suka meniru perbuatan orang tuanya. Tak mungkin orang tuanya mendidik anaknya menjadi manusia yang jujur, sedangkan mereka sendiri sering berjudi, mencuri dan berlaku curang.
Tugas orang tua adalam membimbing, memberi petunjuk dan mencarikan suasana dan sarana yang sebaik-baiknya bagi perkembangan anak ke arah yang positif dan berusaha memberikan latihan-latihan dan nasehat-nasehat bagi si anak untuk dapat menjauhkan sifat-sifat dan nalurinya yang kurang baik atau pengaruh lingkungan yang buruk sehingga secara lambat laun akhirnya anak dapat terlatih dengan kehidupan yang dilandasi oleh pendidikan agama.
Pendidikan agama, dengan sendi utamanya tauhid, harus diletakkan sebagai pondasi yang melandasi jiwa anak. Meng-Esa-kan Allah, yang berarti menempatkan harapan pertama serta terakhir hanya kepada Allah SWT akan membentuk rasa percaya kepada diri sendiri, yang merupakan unsur yang paling penting dalam menjalani realita kehidupan. Hal ini diperjelas dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 2: 112 yang berbunyi:
“Wahai, siapa yang menundukkan wajahnya kehadapan Allah serta berbuat baik, kepada-Nya tuhan menganugerahkan pahala, serta menghindarkannya dari rasa takut dan cemas”.
Mengingat pentingnya pengaruh peranan orang tua di dalam keluarga terhadap anak-anaknya. Jadi orang tua harus menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, mereka harus berusaha untuk mengenal watak putra putrinya dan lingkungan tempat pergaulannya serta harus benar-benar menanamkan rasa tauhid sehingga kelak anak-anak tersebut dapat menjadi insan yang berkualitas, menjadi manusia yang berguna baik bagi dirinya sendiri, orang tua, agama, keluarga, bangsa dan negara.
Apabila pendidikan Islam tidak dimulai sejak dini, maka dapat timbul berbagai dampak negatif yang terjadi di dalam masyarakat. Dampak negatif yang timbul akibat kurangnya penanaman pendidikan Islam dalam keluarga yang merupakan pendidikan dasar mental manusia banyak sekali buktinya, seperti halnya: pada sekarang ini, banyak manusia yang memiliki kecerdasan yang luar biasa, kepintaran yang sangat mengagumkan, wawasan yang luas sehingga dapat menciptakan ilmu pengetahuan baru dan teknologi yang berkembang. Akan tetapi sangat disesalkan, tidak sedikit diantara mereka itu yang buta mengenai agama, tidak memiliki akhlak yang baik, moral yang buruk, yang kadang-kadang rasa kemanusiannya pun hampir pudar. Hal ini menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan di dalam lingkungan masyarakat sebagai contohnya, merebaknya pengedaran dan penggunaan narkoba serta meningkatnya tindak kriminal.
Hal tersebut di atas disebabkan karena kehidupan di dalam keluarga sudah tidak sesuai dengan fungsinya lagi, bahkan pada beberapa keluarga, terdapat kecenderungan merosotnya wibawa orang tua terhadap anak-anaknya. Dengan sendirinya peranan orang tua dalam keluarga kian memudar. Hal ini pun antara lain disebabkan oleh kesibukan orang tua di luar rumah sehingga hubungan orang tua dengan anak menjadi kurang mendalam. Jangankan untuk menananmkan pendidikan agama pada anak, bertemu dengan anak pun sangat jarang dan sangat sulit untuk berkomunikasi, sehingga banyak anak yang lebih menyukai memilih dunia khayalan seperti yang diberikan oleh obat-obatan terlanga misalnya, untuk menghadapi realita kesulita-kesulitan hidupnya, daripada meminta nasehat atau gambaran dan mendengarkan perkataan orang tuanya. Mereka tidak berani menghadapi kenyataan-kenyataan yang terjadi, mereka berusaha mencari penyelesaian riil yang tetap tetapi mereka bersembunyi ke dalam dunia indah khayalan yang bersifat sekejap saja.
BAB III
KESIMPULAN

Dalam kehidupan, pendidikan Islam itu sangat diperlukan. Hal tersebut dikarenakan selain membentuk akal manusia menjadi mampu membongkar kebenaran yang terpendam di dalam fakta-fakata yang terdapat di alam semesta, pendidikan Islam pun dapat membentuk akal manusia menjadi cakap dalam mengenali kebenaran yang terdapat di dalam ajaran Allah SWT.
Tempat yang pertama yang harus dijadikan wadah penanaman pendidikan Islam adalah keluarga.
Keluarga adalah merupakan basis kekuatan masyarakat, karena masyarakat merupakan kumpulan dari keluarga-keluarga, dan keluarga laksana sel-sel yang membentuk tubuh. Apabila keluarga baik niscaya masyarakat menjadi baik, dan sebaliknya apabila keluarga rusak, maka masyarakat pun akan rusak.
Oleh karena itu kiranya sangat penting apabila pendidikan Islam ditanamkan sejak dini dengan diawali dari lingkungan keluarga, sebab keluarga merupakan lingkungan yang pertama yang berpengaruh dalam menciptakan baik dan buruknya atau berkualitas atau tidaknya Sumber Daya Insani baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang.
Karena keluarga merupakan basis kemajuan atau kemunduran Sumber Daya Insani, maka diharapkan keluarga dapat berperan sebagaimana fungsinya, termasuk anggota keluarga yang ada di dalamnya baik ayah, ibu, maupun anggota keluarga lainnya harus dapat menjalankan tugasnya masing-masing sebagaimana peranan yang harus dilaksanakannya.
Apabila hal tersebut di atas terlaksana, maka Insya Allah keluarga tersebut dapat menjadi keluarga yang harmonis, keluarga yang sakinah, mawadah warahmah. Dengan dilatarbelakangi oleh keluarga seperti ini, maka keluarga tersebut dapat menciptakan benih-benih insan yang berkualitas di dalam masyarakat sesuai dengan apa yang dicita-citakan dan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

D.A Trisna Amidjaja, Prof. Dr., Iman Ilmu dan Amal, Rajawali, Jakarta, 1986.
Jusuf Amir Feisal, Prof. Dr., Re Orientasi Pendidikan Islam. Gema Insani Press, Jakarta, 1995.
Burlian Somad, Drs., Beberapa Persoalan Dalam Dunia Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1981.
Panduan Tutorial DKM Al-Furqon IKIP Bandung, 1998.
Panduan Belajar Antropologi, Yudistira, 1996.