MAKALAH KIMIA KEPERAWATAN Tentang Senyawa Hidrokarbon

TUGAS MAKALAH
KIMIA KEPERAWATAN
Tentang
Senyawa Hidrokarbon
Di Sususn Oleh :    
M.Suriyadi
  Rahman Hidayat
Effendi Resma
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2010/2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb 
Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah. Bahwasanya kami telah dapat membuat makalah Kimia Keprawatan yang berjudul “Senyawa Hidrokarbon” walaupun tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang kami hadapi, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah SWT. 
Walaupun demikian, sudah barang tentu makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak kami harapkan agar dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih baik lagi. Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya. 
Wabilahi Taufik walhidayah Wasalamualaikum wr.wb. 
Penyusun 
Kelompok  11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kekhasan atom C (karbon)
Senyawa Hidrokarbon
Isomer
A. Alkena
        Penamaan Alkana
B. Alkana
1. Konfigurasi Stereoisomer Alkena
2. Penamaan Alkena
C. Alkuna
1. Tata Nama Alkuna
2. Sifat-sifat alkuna
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, seyawa kimia memegang peranan penting, seperti  dalam makhuluk hidup, sebagai zat pembentuk atau pembangun di dalam sel, jaringan dan organ. Senyawa-senyawa tersebut meliputi  asam nukleat, karbohidrat, protein dan lemak. Proses interaksi  organ memerlukan zat lain seperti enzim dan hormon.Tubuh kita juga memiliki sistem pertahanan dengan bantuan antibodi. Demikian pula dengan alam sekitar kita seperti tumbuhan dan minyakbumi, juga disusun oleh molekul molekul yang sangat khas dan dibangun oleh atomLatom dengan kerangka atom karbon ( C ). 
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang dibentuk olehsekurang-kurangnya atom karbon dan hidrogen. Terdapat tiga jenis ikatan yang terjadi antar atom karbon dalam menyusun hidrokarbon yaitu ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga.Ikatan Tunggal atau disebut Juga Alkana Merupakan Senyawa hidrokarbon jenuh dengan ikatan tunggal dapat diprediksi dengan baik, mengingat setiap atom karbon memiliki kemampuan mengikat 4 atom lain. Sehingga senyawa alkana yang dibentuk memiliki pola yang khas. Jumlah atom H yang diikat sangat tergantung dengan jumlah atom C yang berikatan. Ikatan Rangkap dua (Alkena) Merupakan Senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap dua antar atom Karbonnya, dan juga mengikat atom Hidrogen. Jumlah atom Hidrogen merupakan fungsi dari atom Karbonnya. Alkuna Merupakan Alkuna adalah suatu hidrokarbon dengan satu ikatan rangkap tiga. Senyawa paling sederhana dari alkuna adalah asetilena dengan rumus bangun CH=CH dan rumus molekul C2H2.
BAB II
PEMBAHASAN
Kekhasan atom C (karbon)
Dalam kehidupan sehariLhari, seyawa kimia memegang peranan  penting, seperti  dalam makhuluk hidup, sebagai zat pembentuk atau  pembangun di dalam sel, jaringan dan organ. Senyawa-senyawa  tersebut meliputi  asam nukleat, karbohidrat, protein dan lemak. Proses interaksi  organ memerlukan zat lain seperti enzim dan hormon. 
Tubuh kita juga memiliki sistem pertahanan dengan bantuan antibodi. Demikian pula dengan alam sekitar kita seperti tumbuhan dan minyak  bumi, juga disusun oleh molekul molekul yang sangat khas dan  dibangun oleh atomLatom dengan kerangka atom karbon ( C ).  Atom Karbon memiliki massa 12 dengan nomor atom 12. Konfigurasi  elektronnya adalah 1s2, 2s2, 3p2, dan mengalami hibridisasi dimana 1  elektron dari orbital 2s berpindah ke orbital 2pz, sehingga memiliki konfigurasi stabil 1s2, 2s1, 2p3, dengan membentuk orbital hybrid sp3. 
2S 2P 1-3
Sehingga atom karbon memiliki kesempatan untuk membentuk empat ikatan dengan atom lainnya, kestabilan struktur ini ditunjukan dengan sudut yang sama 109,5o dengan bentuk tetrahedral, Perhatikan Gambar 12.1
Berdasarkan karakteristik tetrahedral maka atom  karbon dapat mengikat atom lain selain atom karbon itu sendiri. Secara sederhana atom karbon dapat membentuk empat ikatan dengan atom hidrogen seperti pada Gambar 12.1 (d). Kerangka senyawa hidrokarbon dibangun oleh banyak ikatan antar atom karbonnya. Kerangka senyawa hidrokarbon yang paling sederhana memiliki sebuah atom karbon, dilanjutkan dengan dua atom karbon, tiga atom karbon dan seterusnya, perhatikan Gambar 12.2.
Senyawa Hidrokarbon 
Dalam berikatan sesama atom karbon terdapat tiga kemukinan, pertama membentuk ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga. Untuk penyederhanaan dapat kita ibaratkan Ikatan tunggal  terjadi dari orbital s dan disebut ikatan (σ) sigma pada orbital hibrid sp3 dan bentuk molekul tetrahedron dengan sudut 109,5o. Senyawa dengan ikatan tunggal disebut dengan senyawa hidrokarbon jenuh. Senyawa hidrokarbon dengan ikatan rangkap dua terjadi pada orbital p, dan ikatan ini dikenal dengan ikatan π, pada ikatan rangkap dua terjadi perubahan sudut akibat dua orbital p berposisi sejajar sehingga membentuk orbital sp2 (segi tiga datar) dan sudut yang terbentuk adalah 120o. Sama halnya dengan ikatan rangkap tiga terdapat dua orbital p dalam posisi sejajar sehingga merubah bentuk orbital sp menjadi (bentuk planar) dengan sudut  180o. Bentuk molekul dari senyawa hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh ditampilkan pada Gambar 12.3. Untuk senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap disebut dengan senyawa hidrokarbon tidak jenuh.
Atom karbon pada senyawa hidrokarbon memiliki posisi yang berbedaLbeda. Coba kita perhatikan  rumus bangun dibawah ini pada Gambar 12.4.
Semua atom karbon (merah) yang dapat mengikat 3 atom hidrogen dan berposisi di tepi, disebut dengan atom karbon primer. Atom karbon nomor 3 (hijau) yang mengikat 2 atom hidrogen disebut dengan atom karbon sekunder. Demikian pula atom karbon yang mengikat hanya 1 atom hidrogen (warna abuLabu) memiliki posisi sebagai atom karbon tersier. Setiap atom Karbon dalam kerangka senyawa hidrokarbon dapat mengikat atom lain seperti atom  hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang, klor dan lainnya. Perbedaan atom yang diikat menyebabkan perubahan khususnya pada polaritas sehingga menyebabkan perbedaan sifatLsifat kimia molekul yang dibentuk. Hal ini dapat dicermati pada Gambar 12.5.
Secara umum senyawa hidrokarbon memiliki cirri-ciri seperti, dibangun oleh kerangka atom karbon, ikatan yang membentuk senyawa merupakan ikatan kovalen. Senyawa ini titik didih yang rendah sesuai dengan berkurangnya jumlah atom karbon penyusunnya, mudah terbakar. Untuk senyawa hidrokarbon yang berikatan dengan atom H bersifat polar, dan jika mengikat atom lainnya seperti oksigen, nitrogen, belerang, klorida menyebabkan terjadinya molekul yang lebih polar
Isomer 
Senyawa hidrokarbon memiliki sebuah keunikan dimana beberapa buah hidrokarbon memiliki rumus molekul yang sama namun memiliki sifat yang berbedaLbeda, ternyata perbedaan tersebut disebabkan oleh rumus bangun atau struktur molekulnya. Senyawa dengan rumus molekul yang sama namun berbeda dalam rumus bangun atau struktur molekulnya disebut dengan isomer. Dalam senyawa hidrokarbon jenuh, isomer yang terjadi karena adanya perbedaan atom atau gugus yang mengganti atom hidrogen dalam rantai utama senyawa hidrokarbon. Contoh sederhana, dari bentuk isomer ini ditunjukan dengan atom karbon yang mengikat tiga buah gugus metil, sedangkan isomernya mengikat 1 gugus metil, 2 atom hidrogen dan satu gugus etil, perhatikan Gambar 12.6.  
Perbedaan struktur molekul menyebabkan perbedaan sifat fisik, molekul pertama memiliki titik leleh -138oC, titik didih -1oC, dengan  densitas 0.58g/mL, sedangkan molekul yang kedua memiliki titik leleh -159oC, titik didih -12oC dan densitas 0,55g/mL. Bentuk isomer lainnya adalah adanya perbedaan gugus yang dikandung dalam senyawa hidrokarbon. Kita bisa cermati Gambar 12.7.
Dari gambar tampak sebuah molekul dengan rumus molekul yang sama C2H6O. Dalam senyawa ini terdapat 2 atom C, 1 atom O dan 6 atom H, perbedaan terletak pada posisi atom oksigen, senyawa pertama atom oksigen berposisi pada atom C primer –C-O-H. Sedangkan molekul kedua atom oksigen terletak antara dua atom karbon (-C-O-C-).  Perbedaan ini juga menyebabkan adanya perbedaan sifat fisika dan sifat kimia dari kedua molekul tersebut.Senyawa hidrokarbon dapat diklasisifikasikan atas dua golongan besar yaitu senyawa hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tidak jenuh. Senyawa hidrokarbon jenuh bercirikan ikatan tunggal antar atom karbon sebagai penyusun rantai utamanya, berbeda dengan senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang dapat membentuk ikatan rangkap dua atau rangkap tiga antar atom karbon penyusunnya.
D. Alkana
Senyawa   hidrokarbon   jenuh   dengan   ikatan   tunggal   dapat   diprediksi  dengan   baik,   mengingat   setiap   atom   karbon   memiliki   kemampuan  mengikat 4 atom lain. Sehingga senyawa alkana yang dibentuk memiliki  pola yang  khas.  Jumlah  atom  H  yang  diikat  sangat  tergantung  dengan  jumlah  atom  C  yang  berikatan.  Atas  dasar  ini  dapat  dibentuk  deret  CnH2n+2,  dan  dikenal  dengan  senyawa  Alkana  dan  dapat  kita  susun  dari  nilai  n  =  1  sampai  dengan  n=∞  .  Beberapa  senyawa  alkana  disajikan  dalam Tabel 12.1.
Tabel 12.1 Deret penamaan senyawa alkana
Untuk menuliskan rumus bangun dilakukan dengan menuliskan bagian awal dan bagian akhir adalah CH3, dan diantaranya dituliskan dengan CH2.
Sehingga kita dapat menuliskan rumus bangun senyawa C4H10.
Pada senyawa C4H10   terdapat dua atom C yang berposisi di awal dan di akhir dan hanya tersisa dua atom yang terletak diantaranya, sehingga kita dapat tuliskan strukturnya (H3C–CH2  –CH2–CH3) dan untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 12.8. Penggambaran Rumus bangun juga dapat dilakukan dengan memperhatikan bentuk tetrahedral dari atom karbon, sehingga bentuk rantai tidak lurus.
Penamaan Alkana
Penamaan senyawa alkana dimulai dengan menyebutkan posisi gugus cabang dalam sebuah rantai utama. Penyebutan rantai utama utama ini didasari pada nama dari rantai karbon yang terpanjang. Untuk lebih mudahnya kita perhatikan rumus bangun senyawa pada Gambar 12.9.
Dari gambar tampak kotak hijau merupakan penunjuk rantai utama dengan jumlah atom karbon sebanyak lima buah, sehingga rantai utama senyawa adalah pentana. Dalam rantai utama, setiap atom karbon diberi nomor untuk menandai posisi atom Karbon pada rantai utamanya, penomoran dapat dimulai dari kiri kekanan (perhatikan nomor dengan warna hijau gelap). Cabang merupakan gugus yang berada dalam sebuah rantai utama, pada Gambar di atas terdapat dua buah gugus  (–CH3) yang berposisi pada atom C nomor 2 dan 4 dari rantai utama pentana.
Dalam kasus di atas gugus pada cabang merupakan turunan dari senyawa CH4 yang kehilangan salah satu atom H-nya. Penamaan secara umum gugus cabang yang berasal dari alkana, dilakukan dengan mengubah alkana menjadi alkil. Sehingga dalam kasus ini metana diubah menjadi metil. Nama yang tepat untuk senyawa di atas adalah 2,4-dimetil pentana. 2,4 menunjukan posisi gugus cabang, kata di pada gugus cabang menunjukan ada 2 buah gugus cabang yaitu metil dan pentana merupakan rantai utama senyawa. Perhatikan tahap dalam penamaan gugus dan cabang dari senyawa ini seperti pada 
Gambar 12.10.
SenyawaLsenyawa alkana dapat bereaksi dengan senyawa halogen, dari reaksi ini akan dihasilkan senyawa haloalkana.
Haloalkana adalah senyawa alkana yang salah satu atom hidrogen digantikan oleh atom halogen, seperti atom klor, fluor, iod dan brom. Beberapa contoh senyawa halokana seperti pada Gambar 12.11.
Senyawa haloalkana banyak dipergunakan dalam kehidupan sehari, saat ini senyawaLsenyawa tersebut lebih dikenal dengan kloroflorokarbon (CFCs), pemanfaatannya pada air condition (AC ) dan kulkas, hairspray dan polimer plastik seperti teflon.
Senyawa ini sangat berbahaya karena dapat merusak ozon yang berada pada lapisan stratosfir. Reaksi terbongkarnya ozon oleh senyawa kloroflorokarbon sebagai berikut;
Di ruang angkasa khususnya lapisan stratosfir CFCs akan terpecah menjadi persenyawaan yang tidak stabil atau radikal bebas, karena adanya sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Radikal bebas yang terbentuk selanjutnya bereaksi dengan ozon dan mengubahnya menjadi gas Oksigen dan ClO. Molekul ClO yang dihasilkan tidak stabil dan berubah kembali menjadi radikal bebas.   Reaksi ini berjalan secara terus menerus dan akhirnya dapat merusak ozon di strathosfir. Reaksi perusakan lapisan ozon pada strathosfir dapat dilihat pada Bagan 12.12.
E. Alkena
Senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap dua antar atom Karbonnya, dan juga mengikat atom Hidrogen. Jumlah atom Hidrogen merupakan fungsi dari atom Karbonnya, dan mengikuti persamaan: CnH2n dimana n adalah jumlah atom C. Senyawa pertama alkena adalah etena atau lebih populer etilena dan merupakan induk deret homolog alkena, hingga deret ini juga disebut dengan deret etilena. Contoh senyawa etilena dan merupakan kerangka deret homolog etilena ditunjukan pada Gambar 12.13.
Molekul deret alkena dicirikan oleh adanya sebuah ikatan rangkap yang menghubungkan dua atom karbon yang berdekatan. Beberapa anggota pertama deret ini dicantumkan dalam Tabel 12.2.
Tabel 12.2. Deret senyawa alkena (CnH2n)
1. Penamaan Alkena
Penamaan alkena adalah sama dengan penamaan alkana, tetapi akhiran -ana pada alkana digantikan dengan akhiran -ena.Penamaan dimulai dengan penetapan rantai utama, yaitu rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan ganda dua. Penetapan gugus cabang, yaitu molekul lain sebagai pengganti atom Hidrogen.
Selanjutnya memberikan nomor awal atau nomor 1 (satu) pada atom C yang memiliki ikatan rangkap dan semakin menjauh dari ikatan rangkap tersebut. Memberikan nomor rantai cabang dan menamakan gugus sesuai dengan abjad. 
Akhirnya nama alkena dapat ditetapkan yaitu dengan menyebutkan nomor dan gugus cabang dilanjutkan dengan menyebutkan rantai utamanya sesuai dengan jumlah atom C dan mengganti akhiran –ana menjadi –ena. Jika jumlah ikatan rangkap lebih dari satu buah, digunakan awalan diena untuk dua ikatan rangkap, dan  triena untuk jumlah ikatan rangkap sebanyak tiga buah (lihat Bagan 12.14).
Perhatikan Bagan 12.15, contoh penamaan untuk alkena rantai lurus dan alkena yang memiliki gugus cabang.
2. Konfigurasi Stereoisomer Alkena
Ikatan rangkap dua terbentuk dari atom karbon yang terhibridisasi sp2. MasingLmasing atom Karbon memiliki dua jenis orbital atom yaitu orbital sigma (σ) dan orbital phi (π).
Orbital sp2 membentuk sudut 120oC, membentuk segitiga datar. Sehingga gugus yang ada memiliki rotasi yang terbatas, perhatikan Gambar 12.16.Molekul etilena berbentuk segi datar.
Ikatan  π memiliki energi ikat yang cukup besar yaitu 60 kkal/mol, sehingga bentuk segi tiga datar cukup stabil dan menyebabkan alkena hanya memiliki isomer akibat gugus yang sejajar (cis) atau yang berseberangan atau (trans). Bentuk isomer cis dan trans ditunjukan pada Gambar 12.17.
SifatLsifat fisika alkena yang cukup penting adalah wujud zatnya, untuk senyawa alkena dengan rantai panjang atau yang memiliki jumlah atom karbon lebih besar dari 15 buah, senyawanya berupa zat padat. Titik didih alkena meningkat sebanding dengan peningkatan jumlah atom karbonnya. 
Jika dibandingkan dengan alkana yang memiliki jumlah atom karbon yang sama, titik didih alkena lebih rendah. Alkena tidak larut dalam pelarut polar seperti air dan alkohol. Alkena mudah larut dalam senyawa non polar seperti triklorometana (kloroform), etoksietana, benzena, dan lainLlain. SifatLsifat alkena yang lain disajikan dalam Tabel 12.3.
Tabel 12.3. Wujud dan Titik Didih beberapa Senyawa Alkena
       Etena CH2 = CH2   Gas   102ОC 
Propena   CH3CH = CH2   Gas   48ОC 
1-butena CH3CH2CH = CH2   Gas 12.5ОC
1-pentena CH3CH2CH2CH = CH2   Cair   30ОC 
1-heksena CH3(CH2)3CH = CH2   Cair   63ОC 
1-heptena CH3(CH2)4CH = CH2   Cair 92ОC
Sifat kimia alkena secara umum relatif stabil dan ikatan antar atom karbonnya lebih kuat dibandingkan dengan ikatan tunggal pada alkana. Reaktifitas senyawa alkena sangat ditentukan oleh sifat ikatan rangkapnya.  
Reaksi alkena disebabkan oleh lepasnya ikatan rangkap ini, dan berubah membentuk satu senyawa dengan ikatan tunggal atau membentuk dua senyawa senyawa baru dengan ikatan tunggal. Reaktifitas senyawa yang terletak pada ikatan rangkap disederhanakan dalam Gambar 12.18.
Alkena dalam dunia industri merupakan bahan baku untuk industri petrokimia. Di dalam laboratorium alkena dapat dibuat dengan cara mereaksikan senyawa alkana yang mengandung unsur halogen (haloalkana) dengan basa kuat seperti NaOH. Reaksi ini dikenal dengan reaksi dehidrohalogenasi, atau reaksi kehilangan hidrogen dan halogen. Hasil reaksi berupa garam dan air, dengan persamaan reaksi seperti Bagan 12.19.
Hilangnya senyawa unsur atau ion halogen dan hidrogen dapat terjadi pada sisi atom Karbon yang berdekatan dengan halogen (disebelah kiri atau kanan), untuk lebih mudahnya perhatikan Bagan 12.20.
Hasil reaksi senyawa 2Lbutena merupakan produk utamadan 1-butena merupakan produk minor, dimana jumlah senyawa 2-butena yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan 1-butena. Atom H pada reaksi eliminasi tersebut diambil dari atom C yang mempunyaisubstituen   atau  gugus paling  banyak.   Dalam  hal   iniatom C-3 yang mengikat 2 atom C (-CH2-). Sedangkan atom C-1 hanya mengikat 1 atom C.
Reaksi kimia alkena yang khas adalah reaksi adisi dan merupakan ciri khas bagi senyawa yang memiliki ikatan rangkap dua maupun rangkap tiga. Proses reaksi adisi didahului dengan pemutusan ikatan dari ikatan π (bersifat lebih lemah), yang dilanjutkan dengan masuknya unsur baru dari luar.  Reaksi adisi bisa terjadi dalam beberapa jenis reaksi dan sangat tergantung padajenis senyawa yang bereaksi, seperti reaksi hidrogenasi, halogenasi, hidrasi, dan reaksi dengan asam halida. 
Reaksi reduksi pada alkena adalah penambahan hidrogen oleh gas hidrogen H2 dan menghasilkan suatu alkana. Reaksi jenis ini lebih dikenal dengan reaksi hidrogenasi. Reaksi tidak berlangsung spontan umumnya memerlukan katalisator. 
Hal yang sama juga terjadi pada reaksi halogenasi, dalam hal ini zat yang dipergunakan adalah gas halogen (X2), contohnya senyawa F2, Cl2, Br2  dan I2. Kedua reaksi ini disederhanakan pada Gambar 12.21.
Kedua reaksi ini berbeda dalam perlakuannya, untuk reaksi hidrogenasi akan berlangsung dengan baik dan efektif jika ditambahkan katalisator logam. Logam yang umum dipergunakan adalah Nikel. Sedangkan untuk reaksi halogenasi tidak memerlukan katalisator dan reaksi tersebut berlangsung cukup cepat.
Reaksi dengan asam halida merupakan reaksi adisi dengan penambahan HCl pada senyawa etilena dan menghasilkan kloroetana sebagai produk. Hal yang cukup menarik terjadi adalah penambahan senyawa  HBr pada propena akan dihasilkan 2 produk. Kedua reaksi ini disederhanakan pada Bagan  12.22.
Reaksi hidrasi merupakan jenis reaksi adisi alkena menggunakan air (H2O) sebagai pereaksi dengan katalis asam. Seperti reaksi adisi propilena dengan air menggunakan asam sulfat 60%, sesuai persamaan pada Bagan 12.23.
Senyawa alkena juga dapat dioksidasi dengan beberapa pereaksi seperti kalium permanganat. Reaksi oksidasi dengan KMnO4  dalam suasana netral akan dihasilkan suatu dialkohol yaitu senyawa yang mengandung dua gugus hidroksil saling bersebelahan. Senyawa ini juga lebih dikenal dengan istilah glikol.   Reaksi ini disederhanakan pada Bagan 12.24.
F. Alkuna
Alkuna adalah suatu hidrokarbon dengan satu ikatan rangkap tiga. Senyawa paling sederhana dari alkuna adalah asetilena dengan rumus bangun CH=CH dan rumus molekul C2H2, lihat Gambar 12.25. 
Rumus umum untuk senyawa alkuna (CnH2n-2). Asetilena adalah induk deret homolog alkuna, maka deret ini juga disebut deret asetilena.  Pembuatan gas asetilena telah dikenal sejak lama dengan dengan mereaksikan kalsium karbida dengan air.
Pembuatan gas asetilena telah dikenal sejak lama dengan dengan mereaksikan kalsium karbida dengan air.
Dalam skala kecil, reaksi ini akan memberikan nyala asetilena untuk lampu karbida. Dulu pekerja tambang menggunakan lampu semacam ini; 
banyaknya gas yang dihasilkan diatur dengan mengendalikan laju air yang diteteskan ke dalam tempat reaksi. Metode komersial yang baru untuk membuat asetilena adalah dengan memanaskan metana dan homologLhomolognya pada temperatur tinggi dengan menambahkan suatu katalis.
1. Tata Nama Alkuna
Penamaan alkuna sama dengan penamaan pada alkana, tetapi akhiran –ana pada alkana digantikan dengan akhiran –una. Langkah-Langkah:
a) Menetapkan rantai utama, yaitu rantai terpanjang yang mempunyai ikatan rangkap tiga. Dilanjutkan dengan memberi namanya yang berasal alkananya dengan mengganti akhirannya dengan una.
b) Menetapkan posisi ikatan rangkap tiga pada rantai utama yang ditunjukkan dengan angka.
c) C nomor 1 adalah C ujung yang terdekat dengan ikatan rangkap.
Untuk mempermudah mari kita lihat Gambar 12.26, cara panamaan
untuk senyawa :
2. Sifat-sifat alkuna
Sifat fisika alkuna secara umum mirip dengan alkana dan alkena, seperti:
  Tidak larut dalam air.
  Alkuna dengan jumlah atom C sedikit berwujud gas, dengan jumlah atom C sedang berwujud cair, dan dengan jumlah atom C banyak berwujud padat.
  Berupa gas tak berwarna dan baunya khas.
  mudah teroksidasi atau mudah meledak.
Titik didih beberapa senyawa alkuna disajikan pada Tabel 12.4.
Tabel 12.4. Titik Didih beberapa Senyawa Alkuna
Alkuna sebagai hidrokakbon tak jenuh, memiliki sifat menyerupai alkena tetapi lebih reaktif. Reaktiftas alkuna disebabkan karena terbongkarnya ikatan rangkap tiga dan membentuk senyawa baru. Atas dasar ini maka reaksi alkuna umumnya reaksi adisi. Contoh reaksi adisi alkuna dengan gas halogen, seperti gas bromine (Br2), klorine (Cl2) dan iodine (I2). Ikatan rangkap tiga terlepas dan senyawa halogen masuk pada kedua atom karbon. Reaksi terus berlangsung sehingga seluruh ikatan rangkapnya terlepas, dan membentuk senyawa haloalkana. Persamaan reaksi ditunjukan pada Bagan 12.27.
Reaksi lainnya yaitu adisi dengan senyawa hidrogen menggunakan katalis Nikel, persamaan reaksi dapat dilihat pada Bagan 12.28.
Pemanfaatan Akuna seperti pemanfaatan gas etuna (asetilena) untuk pengelasan. Gas asetilena dibakar dengan gas Oksigen mengahsilkan panas yang tinggi ditandai dengan kenaikan suhu sampai dengan 3000ºC, sangat cocok untuk mengelas logam, perhatikan Gambar 12.29. Selain itu, alkuna juga dapat dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan senyawa lain, karena senyawa ini cukup reaktif.
Isomeri pada alkuna sama dengan isomer pada alkena, dimana sifat isomer terjadi karena perpindahan ikatan rangkap sehingga isomer pada alkuna dan pada alkena disebut dengan isomer posisi. Contoh isomer posisi adalah senyawa 2-butuna denga 1-butuna, perhatikan Gambar 12.30. Perlu kita ingat, isomer pada alkena terjadi karena perbedaan pada rantainya dan sering disebut dengan isomer rantai.
Senyawa alkana dapat dibedakan dengan alkena dan alkuna. Pembedaan ini dapat dilakukan dengan reaksi penambahan senyawa bromine (Br2). Reaksi adisi pada senyawa alkana tidak terjadi. Sedangkan untuk senyawa alkena maupun alkuna terjadi reaksi Brominasi, peristiwa reaksi ini dapat diikuti dengan mudah, senyawa alkana tidak memberikan perubahan warna ditambahkan dengan senyawa Bromin yang berwarna merah, warna larutan akan tetap berwarna merah.
Berbeda dengan senyawa alkena dan alkuna yang tidak berwarna bereaksi dengan bromin dan terjadi reaksi adisi membentuk senyawa halida yang tidak berwarna, larutan akan tetap tetap tidak berwarna dan terjadi senyawa alkena yang mengandung gugus bromide.
Jika reaksi ini terus dilanjutkan, maka reaksi adisi terjadi lagi dan terbentuk senyawa alkana yang mengandung gugus bromide. Untuk lebih jelasnya perhataikan Bagan 12.31.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang dibentuk oleh  sekurang-kurangnya atom karbon dan hidrogen. Terdapat tiga jenis ikatan yang terjadi antar atom karbon dalam menyusun hidrokarbon yaitu ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga. Ikatan tunggal  terjadi dari orbital s dan disebut ikatan (σ) sigma pada orbital hibrid sp3 dan bentuk molekul tetrahedron.  Ikatan rangkap dua terjadi pada orbital p, dikenal dengan ikatan π, membentuk orbital sp2 (segi tiga datar). Ikatan rangkap tiga terdapat dua orbital p dalam posisi sejajar sehingga merubah bentuk orbital sp menjadi (bentuk planar)  Senyawa hidrokarbon memiliki sebuah keunikan berupa isomer. Dan didefinisikan sebagai beberapa senyawa hidrokarbon memiliki rumus molekul yang sama namun memiliki sifat yang berbeda-beda.
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh dengan ikatan tunggal. Memiliki deret CnH2n+2. Penamaan senyawa alkana dimulai dengan menyebutkan posisi gugus cabang dalam sebuah rantai utama, penomorannya dapat dimulai dari kiri kekanan.  Cabang merupakan gugus yang berada dalam sebuah rantai utama.  Pemanfaatan senyawa alkana dalam kehidupan sehari–hari diantaranya adalah senyawa CFCs. Alkena adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap dua antar atom karbonnya dengen deret homolog CnH2n. Penamaan alkena adalah sama  dengan penamaan alkana, tetapi akhiran –ana pada alkana digantikan dengan akhiran –ena. Ikatan π pada alkena memiliki energi ikat yang cukup besar yaitu 60 kkal/mol, sehingga bentuk segi tiga datar cukup stabil. Alkena hanya memiliki isomer yang disebabkan oleh gugus yang sejajar (cis) atau yang berseberangan atau (trans).
Reaktifitas senyawa alkena sangat ditentukan oleh sifat ikatan rangkapnya kebanyakan reaksi alkena merupakan reaksi adisi. Reaksi adisi terjadi melalui pemutusan ikatan yang berasal dari ikatan π (bersifat lebih lemah), yang dilanjutkan dengan masuknya unsur baru dari luar. Reaksi reduksi alkena dengan hidrogen menghasilkan alkana. Reaksi hidrasi dengan molekul air menghasilkan senyawa alkohol. Reaksi oksidasi alkana dengan KMnO4 menghasilkan senyawa dengan dua gugus hidroksi saling bersebelahan (glikol).  Alkena dapat dibuat dengan cara mereaksikan senyawa alkana yang mengandung unsur halogen (haloalkana) dengan basa kuat seperti NaOH. Alkuna  adalah suatu hidrokarbon dengan satu ikatan rangkap tiga .Deret homolog alkuna adalah CnH2n-2  (deret asetilena).Penamaan alkuna sama dengan penamaan pada alkana, tetapi akhiran –ana pada alkana digantikan dengan akhiran–una. Sifat fisika alkuna secara umum mirip dengan alkana dan alkena, diantaranya tidak larut dalam air, Alkuna dengan jumlah atom C sedikit berwujud gas, dengan jumlah atom Csedang berwujud cair, dan dengan jumlah atom C banyak berwujud padat. Aalkuna berupa gas tak berwarna dan baunya khas serta mudah teroksidasi atau mudah meledak. Pemanfaatan Akuna seperti pemanfaatan gas etuna (asetilena) untuk pengelasan.  Senyawa alkana dapat dibedakan dengan alkena dan alkuna. Pembedaan ini dapat dilakukan dengan reaksi penambahan senyawa Bromine (Br2).