Menjinakkan Kesombongan
1. Bismillahirrohmanirrohim . Allah swt, telah menciptakan segala hal di dunia ini berpasang-pasangan.Panjang-pendek, gemuk-kurus, gembrot-lansing, jauh-dekat, besar-kecil, tingi-rendah. Begitu pula kaya-miskin, pintar-bodoh, banyak ilmu-miskin ilmu, pejabatteras-rakyat biasa. Semuanya serba berpasangan. Sejak awal Allah Maha Gagahmenegaskan bahwa perbedaan itu bukan merupakan ‘kelebihan sejati seseorangatas orang lain. Sebab, sesunguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalahorang yang paling taqwa: taat kepada aturan-Nya baik perintah maupunlarangannya. Allah berfirman yang artinya:“Hai manusia, sesuangguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki danseorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-sukusupaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allahialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah MahaMengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S al-Hujurat:13) Dan karena itu pula, perbedaan tadi bukanlah bibit untuk melahirkankesembongan manusia, melainkan merupakan sebagai tanda-tanda kekuasaan AllahRabbul ‘alamin.Sombong: Bertentangan Dengan Realitas Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, bersabda:”Tidakakan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanyasebesar dzaroh (atom)”Lantas ada seseorang yang berkomentar: “Sesungguhnya seseorang itu sukamemakai pakaian yang bagus dan sepatu bagus”Menanggapi hal ini Rasulullah saw, menyatakan:“Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolakkebenaran dan merendahkan sesama manusia” [HR. Imam Muslim] Hadits ini menjelaskan ada dua unsur yang terkandung dalam sebuahkesombongan: menolak kebenaran dan merasa diri lebih tinggi dengan
2. merendahkan orang lain. Sebagai renungan, pernah seseorang yang cukup seniorberdiskusi dengan seorang remaja berusia 21 tahun tentang wajibnya penerapanhukum-hukum islam. Setelah diskusi berlansung 1 jam 45 menit, kata akhir puntidak dicapai. Remaja tadi tetap pada pendiriannya bahwa hukum Islam wajibditerapkan berdasarkan argumentasi, sedangkan sang senior menolaknya. Bahkandengan ketus berujar: “kamu ini anak bau kencur! Sudah berani-beraninyamenentang orang tua. Saya sadah kenyang dengan perjuangan. Penerapan Islammah hanya merupakan ilusi”. Sikap demikian menunjukkan suatu sikap sombong.Bentuknya, menolak kebenaran yang nampak jelas didepannya. Allahu Akbar. Hanya Allah sajalah Dzat Maha Agung lagi Maha Besar. Manusia–bukan hanya satu atau dua orang tapi setiap orang- serba kurang dan lemah.Siapapun orangnya, baik anda maupun orang lain, bila merenungi realitas manusiaini akan menyimpulkan bahwa tidak layak berlaku sombong. Sebagai misal, tanyalah pada diri kita masing-masing, apakah kita yangmembuat diri kita sendiri? Jawabannya pasti Tidak! Anda, sama dengan saya. Bukansaya yang membuat diri saya,dan diri anda bukan Anda yang membuatnya. Kitatidak punya kemampuan sedikitpun untuk menciptakan diri kita sendiri, apalagimenciptakan orang lain. Kita tidak memiliki kuasa untuk mengadakan diri kita. Anda,saya dan kita diciptakan oleh Allah swt. Bukan sekedar itu, kita juga tidak akanpernah mampu menghindar dari kematian. Bila ajal sudah tiba, tidak akan ada satumakhluk pun yang dapat mencegah apalagi terhindar darinya. Coba sebutkan, satusaja, orang yang dapat menghindar dari datangnya ajal! Tidak ada !!! Bila untuksekedar mempertahankan keberadaan saja tidak mampu, apa yang menjadi alasanbagi kita untuk sikap sombong? Realitas-realitas sederhanapun menjelaskan ketidaklayakan seseorangbersikap sombong. Coba kita tanyakan secara jujur dan sengaja pada diri kita,darimana dan siapa yang membuat baju, celana, sepatu, kancing, sletting, tas,potlot, pulpen, buku, peci, kerudung, mukena, kacamata minus, jam tangan, danhand phone yang kita pakai ? Apakah semua itu kita membuat dengan tangan kitasendiri? Dan apakah kita mampu menyediakan dan memproduksi sendiri semuakebutuhan tadi? Ataukah sekedar membuat kancing pun kita tidak bisa? Bilademikian, apa layak kita memelihara rasa sombong dan ujub (angkuh) itu? Ketika kita sedang makan, pernahkah menghayati siapa yang menanam padi,siapa yang menggilingnya, siapa yang membelinya dari pasar, siapa yang membuatmagic jar untuk menghangatkan nasinya, siapa yang menambang minyak tanah atau
3. gas untuk kompor, siapa yang menanam sayur yang kita santap, siapa yangmemasaknya, siapa yang menanam kedelai bahan tempe yang kita santap, siapayang mendatangkan tahu dari sumedang ke rumah kita, siapa yang menyediakan airbersih bagi kita? Apakah kita yang melakukannya? Siapa yang memeras susu murniyang kita minum? Siapa yang menanam pisang, apel, atau buah-buahan yanglainnya yang kita nikmati? Apakah kita yang melakukan semua itu? Dan apakah kitamemiliki kemampuan untuk melakukan sendiri hal-hal tersebut? Berikutnya, apakah gayung di kamar mandi, kita sendiri yang membuatnya?Sabun mandi dan sampo kita sendiri yang meraciknya? Belum lagi sisir dan cerminyang ada dirumah kita, kitakah yang membuatnya? Apakah kita mempunyai semuakeahlian tersebut? Bila tidak, orang yang membusungkan dada sebenarnya hanyamenunjukkan kenyataan bahwa ia tida mengetahui dirinya sendiri (baca: ‘tidak tahudiri’) Boleh jadi seseorang merasa dirinya lebih tahu dibandingkan dengan oranglain. Dari satu sisi tidak menutup kemungkinan benar, ia lebih tahu dari orang lain.Namun, sekalipun demikian, berlagak sok paling tahu hanyalah cerminan dari sejenisketidak-ikhlasan Tidak tunduk kita --sewaku tersamar atau terang-terangan—merasalebih dari orang lain merupakan awal kesombongan. Realitasnya, benerkah kita yangpaling tau atau serba tahu? Marilah kita lihat, sekedar contoh saja, seseorang yangsangat athu tentang statistika belum tentu paham kedokteran. Ada juga seorangtemen yang sangat mahir dalam bidang ekonomi, namun saat menerjemahkan bukuberbahasa Arab kualitasnya terjemahannya jauh dibawah orang lain. Contoh lain,seorang kyai di daerah Garut memiliki keahlian luar biasa dalam masalah fikih, namunbeliau mangaku awam dalam masalah politik Islam. Demikianlah keadaan manusia.Boleh jadi ia memiliki kelebihan dalam sesuatu tetapi justru lemah dalam banyakperkara lainnya. Bila orang yang merasa dirinya lebih dalam suatu hal bertindaksombong, dapat dipastikan dunia ini penuh dengan manusia-manusia angkuh. Tentusaja, hal ini bertentangan dengan karakter dasar manusia sesuai fitroh. Atau barangkali kiat merasa memiliki kekuatan melebihi orang lain. Bibitkeangkuhan pun mulai tumbuh. Ketika hal ini terjadi, bersegeralah meminta ampun.Sebab, merasa lebih atau paling kuat hanyalah sebuah bentuk kesombongan.Cobalah Anda jalan-jalan ke depan rumah ataupun kalau hendak pergi kepasar.Disana banyak ditemui mamang tukang jual gorengan yang dipikul. Sebelum tukanggorengan itu menggoreng tahu, karoket, combro, bala-bala, pisang atau tempeumumnya minyak –yang sudah menghitam—itu mendidih. Sangupkah anda meminta
4. sesendok makan minyak mendidih itu, lalu diminum saat itu juga? Bila sanggup, apayang terjadi? Lidah Anda pasti melepuh! Gigi pun bisa rontok. Mengapa? Kekuatanseseorang sangatlah terbatas. Seseorang mungkin saja tidak hari tiga malam tidaktidur karena kesana kemari menyebarkan Dakwah. Namun, tetap saja, ia perluistirahat. Inilah Sunnatullah. Sebagai catatan ringan, manusia mampu bertahan tidakmakan hanya 3 atau 4 bulan, dapat bertahan tidak minum maksimal 4 hari, dankekuatan menahan nafas hanyalah 3,8 menit. Bila demikian, dimamakah letakkekuatan yang dibanggakan itu? Seseorang boleh jadi merasa sombong akibat kecantikan atau ketampanandirinya. Atau barangkali merasa sombong karen amerasa paling jelek rupa. Bila Andatermasuk orang seperti tadi, sudah saatnya Anda menengok realitas sebenarnya.Apakah kecantikan dan kegantangan atau kejelekan itu hadil buatan Anda sendiri?Hidung mancung, mata melankolis, bibir sensual, pipi merah muda alami alias sihumairah tea, alis mata laksana emut hitam berbaris, dagu ibarat telur asinsepotong, atau barangkali janggut tebal hiasan, apakah anda yang menjadikan itusemua? Bukan! Sekali lagi bukan! Bila begitu, rupa mana yang layak untukdisombongkan? Belum lagi bila dibandingkan dengan kekuasaan Allah swt. Manusia itu mahatidak tahu. Manusia, siapapun dia, tidak dapat membuat walaupun hanya seekorsemut tanpa menggunakan bahan apapun. Cobalah merem allu bilang aba kadabra,akan muncullah semuat spesies terbaru? Pasti, tidak. Atau, saat Anda tenaghmengetik dihadapan komputer pukul 14:17 (tentu saja siang) WIB, pusatkankosentrasi Anda, lalu rubahlah agar saat itu juga berubah menjadi pukul 02:17malam WIB, bisakah? Lagi-lagi, tidak! Karenanya, realitas menunjukkan bahwamanusia tidak memiliki sesuatu yang dapat disombongkan. Bila demikian, siapapunorangnya yang memandang diri dia mempunyai kelebihan atas orang lain tidak layakbersipak sombong. Sebab, kesombongan bertentangan dengan realitas. Tidak adaalasan apapun bagi manusia –siapapun ia, bagaimanapun kemampuan dia—untukberperangai sombong.Sombong: Bertentangan Dengan Hukum Allah SWT Abu hurairah ra, menyatakan bahwa Rasulullah swa, bersabda, Allah YangMaha Mulia Lagi Maha Agung Berfirman:
5. “Kemuliaan adalah pakaian-Ku dan kebesaran adalah seledang-Ku, makabarangsiapa yang menyaingi Aku dalam salah satunya maka Aku pasti akanmenyiksanya.” [HR. Muslim] Begit pula, sabda Nabi saw:“ Suatu ketika ada seorang laki-laki berjalan dengan memakai perhiasan dan bersisirrambutnya, ia mengherani (ta’jub) dirinya sendir dengan penuh kesombongandidalam perjalannya itu, Kemudian, tiba-tiba Allah swt. Menyiksanya: ia selalu timbultenggelam di permukaan bumi sampai hari kiamat.” [HR. Bukhori dan ImamMuslim] Dalam kedua hadits ini tegas sekali Allah swt, akan menyiksa siapa sajaorang sombong. Artinya, Allah swt. Mengharamkan sikap sombong (merasa diri lebihdari orang lain, menganggap yang lain lebih rendah, dan menampakkannya),ataupun ujub/angkuh (bangga terhadap diri sendiri tanpa memperlihatkannya).Kesombongan hanyalah Milik-Nya. Hanya Dia yang berhak untuk ‘sombong’. Tidaklayak siapapun angkuh dan sombong, sebab memang tidak ada yang dapatdisombongkan. Bahkan Nabi saw, senagja menekankan persoalan ini dengan bertanyakepada para sahabat:“maukah kalian aku beri tahu ahli neraka?” Baliau pun menjelaskan “Yaitu, setiaporang yang kejam, rakus dan sombong” [HR. Bukhori dan Muslim] Jelas bahwa balasan mereka yang sombong adalah neraka.“tidak akan masuk surga orang yang didalamnya ada sifat sombong walaupunsebesar atom” Satu hal yang penting dicamkan bahwa menghindari kesombongan bukanberarti menghindari punya kelebihan, melainkan menghindari adanya perasaanataupun ungkapan mengagung-agungkan diri sendiri serta mengangap orang lainlebih rendah darinya. Orang mengenakan pakaian bagus, bukan berarti sombong ataangkuh. Orang berpegang teguh kepada kebenaran Islam dan menentang mentah-mentah pemikiran dan idiologi kufur, tidak mengindikasikan adanya kesombongan.Sebaliknya, saat seseorang mengenakan pakaian bagus, misalnya, disertai dengansikap merasa bahwa dia libih tinggi dan orang lain dibawah dia, saat itulahkesombongan muncul. Begitu juga, orang yang berpakaian serba jelek bila hati yang tertanam rasabahwa ia lebih zuhud daripada orang lain, ketika itu kesombongan nampak. Samadengan itu, seseorang yang menyampaikan Islam dengan progresif, semangat yang
6. berkobar serta menentang keras kebatilan disertai dengan argumentasi mematikan,sementara dihatinya tida terbetik sedikitpun rasa bangga akan diri sendiri atau sikapmemandang rendah oranglain, maka kesombongan tidak melekat dalam dirinya. Jadipersoalannya terletak dalam sikap memandang rendah orang lain, pada saat iamemangdang tinggi diri sendiri. Selain itu, orang seperti –orang yang sombong—ini akan sulit menerimakebenaran yang disampaikan oleh orang lain. Mengapa? Sebab, sudah merasadirinya lebih dan orang lain serba rendah sehingga –dalam pandanganya—manamungkin orang ‘tinggi’ menerima sesuatu dari orang ‘rendah’. Berkaitan denganpersoalan ini, dulu seorang sahabat mengungkapkan pandangan di depan Rasulullahsaw:“Sesungguhnya seseorang itu suka memakai pakaian yang bagus dan sepatu bagus”Menanggapi hal ini Rasulullah saw, menyatakan:“Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolakkebenaran dan merendahkan sesama manusia” [HR. Imam Muslim]Menghidari Sikap Angkuh Dan Sombong Sikap angkuh dan sombong dapat menimpa siapa saja: saya, anda, kita, diadan mereka. Sekali lagi, dapat menimpa siapa saja. Ungkapan seperti ‘kalau bukansaya, mana mungkin bisa!’, ‘Untung saja ada saya kalau tidak wah bahaya..’, ‘sayaini orang terkenal lho!’ dan ‘ah, dia kan ngajinya juga baru kemaren sore, sedangkansaya lulusan perguruan tinggi agama’ dan sejumlah uangkapan yang lain,merupakan indikasi sikap kesombongan. Untuk menjinakkannya, perlu menempuhbeberapa hal. Antara lain sebagai berikut: 1. Senantiasa mengingat dan menanamkan keyakinan bahwa sombong dan ujub itu dosa. Bukan orang lain yang akan merasakan balasan buruknya dari Allah melainkan diri sendiri 2. Yakinlah, kesombongan tidak akan menambah apapun selain kerugian. Tidak ada orang yang suka siapapun yang angkuh dan sombong. Sama seperti anda dan saya. Sebenarnya, seseorang yang sombong juga tidak suka bila ada orang lain berlaku sombong didepannya. Dia pun akan mengatakan “sombong amat” padahal, apda saat yang sama ia tidak sabar aklau dirinya juga menunjukkan sikap sombong, mengapa ia tidak katakan pada dirinya sendiri ‘Sombong amat kau!”
7. 3. Sering-seringlah mengingat kelemahan diri sendiri. Pada berbagai kesempatan –santai, saat istirahat, ebngong di kendaraan, sejenak menjelang tidur, atau kapan saja—cobalah memikirkan kelemahan kita dibandingkan dengan orang lain. Dengan mengetahui kelemahan, insyaAllah akan muncul sikap rendah hati (tawadlu’). Sebaliknya, tanpa mengetahui kelemahan, seseorang akan merasa dirinyalah yang paling segala-galanya. Orang sunda menyebutnya ‘asa aing pangdadalina!’ (merasa dirinya paling gagah laksana burung garuda). Hal ini tida berarti jangan mengetahui kelebihan diri sendiri. Tidak seperti itu ! memahami potensi dan keunggulan diri sendiri amatlah penting. Namun mangetahui keunggulan diri sendiri tersebut jangan sampai melahirkan sikap menganggap rendah orang lain. Sebab, setiap kelebihan yang Anda miliki hanyalah sebuah kemahalemahan manusia bila dibandingkan dengan kesegalamahaan Allah Dzat maha Kuasa. Dan setiap Anda memiliki kelebihan dalam perkara yang merupakan kelemahan Anda.4. Seperti telah disebutkan, memelihara sifat sombong berarti membangun benteng penghalang datangnya kebenaran. Dengan adanya sombong, seseorang cenderung menolak kebenaran sekalipun telah jelas didepan mata. Padahal, menolak kebenaran berarti mengunci gerbang perubahan kearah kebaikan yang bermuara kepada kebahagiaan. Konsekwensinya, kebahagiaan dunia dan akhirat, bila demikian, hanyalah sebuah angan-angan hampa.5. Bila Anda sering melayat orang yang emninggal dunia, jangan hentikan kebiasaan itu! Selain sebagai pemenuhan atas perintah Allah swt, melayat itu juga dapat Anda gunakan sebagai perenungan. Saat melayat, cobalah sekali-kali singkap kain penutup wajahnya. Nampaklah wajah pucat pasi dengan mata terpejam, bibir rapat tertutup. Badan terkujur membeku, tangan terlipat kaku. Tidak dapat berbuat apa-apa. Padahal, teman atau tetangga Anda itu mungkin saja seorang jutawan, atau barangkali wartawan senior, boleh ajdi dia itu orang yang popularitasnya luar biasa, mantan penguasa. Namun, kelebihan apapun tidak berati apa-apa saat itu. Smeuanya serba kecil dihadapan Allah Rabbul ‘alamin. Bila seperti ini realitasnya, apa lagi alasan untuk bersombong diri?!6. Setiap kali muncul keinginan untuk sombong atau membanggakan diri, segeralah mohon ampunan kepada Allah Dzat Pemutar balik Hati.
8. Berlindunglah dari kesombongan, dan berdo’alah kepada Allah! Mudah- mudahan Allah swt mengabulkan. Akhirnya, mulai detik ini benih-benih kesombongan tidak boleh ada dalam dirikita, apalagi sebagai pengembandakwah. Kesombongan dan keangkuhan merupakanindikasi kelemahan diri sendiri. Kesombongan dan keangkuhan merupakanperbuatan yang jauh dari simpatik. Akibatnya, orang yang didakwahi justrumenyingkir dari kita. Ini kalau bangga terhadap diri sendiri berkenaan denganperkara-perkara yang boleh jadi memang benar-benar ada dalam diri kita. Tetapi,bila memuji diri sendiri, merasa lebih tinggi, dan merendahkan orang lain itumenyangkut perkara yang tidak ada pada diri kita maka, sesungguhnya hal inimerupakan indikasi kemunafikan. Tidak mau menerima diri sendiri sebagaimana apaadanya. Bahkan merupakan keengganan menghadapi dan menerima kebenaran.Dahulu, iblis enggan tunduk kepada Allah swt karena kesombonganya. Jadi sombongatau ujub? No way!