Ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW

ceramah maulid nabi muhammad saw
لْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ، وقال للنبي: (وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ). وقال تعالي: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا. فالصلاة والسلام

Hal yang paling mahal yang sedang kita hadapi adalah keteladanan. Dosen yang baik tidak hanya karena ia enak mengajar saja, tetapi ia juga harus banyak memberikan contoh-contoh. Demikian ungkap Prof Dr Muh Nuh DEA pada awal ceramah dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang berlangsung di Gedung PPI Universitas Brawijaya, Kamis 19/4 2007. Ceramah M Nuh di depan warga Unibraw ini bertema ?Meneladani akhlak Rasul dalam rangka membangun SDM yang berkualitas religius serta mampu bersaing di era global?. Hadir dalam acara itu segenap pimpinan universitas dan fakultas, para dosen dan mahasiswa.

Tiga faktor inspirasional
Mantan rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu lebih lanjut mengatakan, Rasulullah SAW merupakan contoh lengkap dari segala urusan kemanusiaan apakah itu perilaku maupun akhlak. Sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan, manusia perlu memperbanyak keteladanan. Paling tidak manusia melakukan tiga faktor sumber inspirasi sebagaimana yang Rasulullah SAW tuntunkan. Tiga faktor itu meliputi pertama, keteladanan etos kerja. Rasulullah adalah seorang pekerja keras. Nuh menambahkan bahwa tidak ada cara yang lebih mulia selain bekerja keras dan ikhtiar merupakan simbol dari etos kerja. Apabila seseorang menyalahkan orang lain atas sesuatu maka bisa jadi itu menunjukkan ketidakmampuan dirinya sendiri.
Kedua, otoritas. Rasulullah SAW memiliki otoritas yang tinggi di tengah-tengah masyarakat. Agar manusia menjadi seseorang yang berkualitas maka ia harus membangun otoritas. Namun Nuh mengingatkan bahwa otoritas yang dimaksud bukan semata otoritas formal saja tetapi lebih kepada otoritas substansial. Apabila seseorang telah memiliki otoritas formal, maka agar ia disegani oleh orang lain ia harus memahami segala persoalan yang dihadapi lingkungan sekitarnya. Faktor ketiga, kejujuran. Ciri khas dari Rasulullah SAW adalah Al-Amin atau dapat dipercaya. Seseorang harus dapat melakukan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan porsinya, sebagaimana yang telah diembankan kepadanya.

Membangun generasi yang shalih

Dalam kaitannya dengan tema yang diangkat, Nuh menyatakan bahwa agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas religius maka harus dibangun sebuah generasi yang shalih. Generasi yang sholeh merupakan generasi yang mengamalkan serta menularkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain. Dengan memberikan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain maka Allah SWT akan memberikan ilmu pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan ilmu sebelumnya. Untuk itu Nuh mengemukakan tiga konsep pendidikan yang harus dipenuhi agar dapat terbangun generasi yang sholeh. Tilawah, merupakan kemampuan secara mandiri anak didik untuk membaca ayat Allah. Ta?alim, merupakan interaksi belajar mengajar antara guru dengan murid di mana lebih mengutamakan hikmah dari ilmu yang diberikan dibandingkan konseptual (textbook). Tazkiyah, yaitu sebuah pembersihan hati dalam proses belajar mengajar. Dimensi paling penting dalam belajar mengajar menurut Nuh adalah kedekatan emosional antara guru dengan murid.