Mencari Rahmat Allah

Sembahyang kita belum menjamin masuk syurga kecuali setelah mendapat rahmat Allah. Hanya dengan rahmatNya sahaja kita boleh masuk syurga. Tanpa rahmatNya, walau banyak mana sekalipun sembahyang kita, janganlah mengharap untuk dimasukkan syurga. Kerana itu kita harus berusaha agar mendapat rahmat Allah s.w.t.
Kita tahu bahawa rahmat Allah yang satu bahagian telah pun diturunkan dalam bentuk adanya alam ini, dengan segala ketentuannya. Dan, kepada manusia, Allah menyediakan segala keperluan untuk kebahagiaan, keselamatan dan kesihatan hidupnya. Inilah rahmat Allah yang satu bahagian itu, yang sudah disediakan untuk kita. Dan kita sudah pun mula mengecapi segala nikat itu sehingga kita berada seperti adanya kita hari ini.Namun itu hanyalah sekadar nikmat sementara kita hidup di atas muka bumi ini. Sebagai seorang yang beriman, percaya akan adanya hari kemudian, di sana nanti ada syurga dan neraka, tentunya kita mengharap tempat yang baik iaitu syurga. Tetapi kita sudah diingatkan, untuk masuk syurga, rahmat Allah sahaja yang menentukan. Pada masa yang sama kita diingatkan bahawa sembahyang kita tidak menjamin untuk masuk syurga kecuali setelah mendapat rahmatNya. Maka rahmat yang mana pula yang hendak dicari? Maka apakah cara untuk mendapat rahmat Allah.Tetapi kita masih diperingatkan agar mencari rahmatNya.Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat.’ (al-Imran, 132)Secara tersirat, ayat ini menunjukkan ada lagi rahmat selain daripada yang satu bahagian itu. Maka rahmat Allah yang mana pula yang kita cari-cari?Kita dilahirkan dan hidup dalam keadaan seperti adanya kita hari ini. Dengan segala nikmat yang disediakankan, dapat hidup sihat, berkeluarga, bermasyarakat, dan lain-lain. Jadi, sementara kita hidup di dunia ini, maka itulah rahmat dan nikmat Allah yang dapat kita kecapi.Untuk ini kita mengharap satu lagi rahmat Allah yang dapat membawa kita ke tempat yang diharapkan. Jadi bagaimanakah cara hendak mendapat rahmat Allah berikutnya. 99 rahmat lagi hanya akan diberikan setelah kematian kita. Adakah setelah kita mati kelak akan diterima Allah dan mendapat rahmatNya? Dan dengan rahmatNya kelak kita akan dimasukkan ke syurga? Ini bergantung kepada apa yang telah kita lakukan sepanjang hidup kita di dunia.Sebelum ini, kita telah diperingatkan bahawa menyempunakan segala perintah seperti yang terkandung dalam rukun Islam dan rukun Iman sahaja belum memadai untuk mengharap rahmat Allah yang seterusnya kecuali setelah melakukan amal soleh. Dengan kata lain ada sesuatu yang lain yang harus kita lakukan untuk mendapat rahmat Allah yang dimaksudkan tadi.Apakah dia amalan-amalan yang dinamakan amal soleh itu. Apakah tindak-tanduk dan perlakuan yang dinamakan amal soleh itu? Apakah program yang dapat kita lakukan untuk amal soleh? Selain amal soleh, apakah lagi yang harus kita lakukan agar mendapat rahmatNya.   Meraih rahmat Allah adalah matlamat hidup bagi setiap orang yang beragama, sama ada yang beragama Islam, majusi, budha, mahupun Hindu. Cuma barangkali, tidak disebut sebagai rahmat Allah.  Objektifnya satu, iaitu untuk mendapat tempat yang terbaik di akhirat nanti iaitu syurga. Syurga adalah tempat yang diimpi-impikan oleh setiap orang yang beragama. Inilah realitinya, kecuali bagi mereka yang tidak beragama.Dalam bahagian ini kita akan meninjau apakah sebenarnya jalan yang sebaik-baiknya untuk mengharap rahmat Allah. Untuk itu dibentangkan di sini pandangan-pandangan yang diambil dari pelbagai sumber, termasuk yang diambil dari laman web.10 sebab turunnya rahmat AllahDari laman web http://fai-kao.com/node/1061 tercatat 10 sebab turunnya rahmat Allah. Walaupun disebut sebagai sebab, tetapi di dalamnya terkandung maksud cara atau kaedah.1.      Berbuat Ihsan dalam beribadah kepada Allah Ta'ala dengan menyempurnakan ibadah kepadaNya dan merasa dimonitor (diawasi) oleh Allah Ta'ala, bahwasanya kamu beribadah kepada Allah Ta'ala, seolah-olah kamu melihatNya, maka jika kamu tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu, dan berbuat baik kepada manusia semaksima mungkin, baik dengan ucapan, perbuatan, harta, dan kedudukan.Allah Ta'ala berfirman, ertinya, ‘Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.’ (al-A'raf, 56)2.      Dan antara sebab-sebab yang paling utama untuk mendapatkan rahmat Allah Ta'ala adalah bertaqwa kepadaNya dan mentaatiNya dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, seperti mengeluarkan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya (Mustahiq), beriman dengan ayat-ayat Allah s.w.t., dan mengikuti RasulNya.Allah Ta'ala berfirman, ertinya, ‘Dan rahmatKu meliputi segala  sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmatKu untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi.’ (al-A'raf, 156-157)3.      Kasih sayang kepada makhluk-makhlukNya baik manusia maupun binatang. Rasulullah s.a.w. bersabda, Orang-orang yang penyayang, maka Allah Ta'ala akan menyayangi mereka (memberikan rahmat kepada mereka), sayangilah/kasihilah penduduk bumi, niscaya penduduk langit akan menyayangi kalian.’ (Hadis Abu Daud dan at-Tirmidzi). Dan hal itu lebih ditekankan lagi kepada orang-orang fakir dan miskin yang sangat membutuhkan. Sedangkan balasan (ganjarannya) sesuai dengan perbuatan, sebagaimana kita berbuat baik, maka kita akan mendapatkan balasan dari kebaikan tersebut.4.      Beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman, ertinya, ‘Sesungguhnya orang-orang yangberiman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ (al-Baqarah, 218).
Maka orang-orang yang beriman selalu mengharapkan rahmat Allah Ta'ala setelah mereka melaksanakan sebab-sebab mendapatkan rahmat yaitu iman, hijrah, dan berjihad di jalan Allah Ta'ala. Adapun hijrah meliputi berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam dan meninggalkan apa yang dilarang Allah Ta'ala dan RasulNya s.a.w., sebagaimana Rasululullah s.a.w. bersabda, Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah Ta'ala.’ (Muttafaq 'alaih).Sedangkan jihad mencakupi jihad melawan hawa nafsu dalam mentaati Allah Ta'ala, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi s.a.w.‘Orang yang berjihad adalah orang yang memerangi hawa nafsunya dalam menaati Allah Ta'ala.’ (Hadis al-Baihaqi).Sebagaimana jihad meliputi pula jihad melawan setan dengan menyelisihinya dan bersungguh-sungguh untuk mendurhakainya dan jihad dalam memerangi orang-orang kafir dan jihad terhadap orang-orang munafik dan pelaku-pelaku maksiat baik dengan tangan, kemudian (jika tidak mampu) dengan lisan, kemudian (jika tidak mampu juga), maka dengan hati.5.      Mendirikan solat, menunaikan zakat, dan mentaati Rasulullah Ta'ala, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, artinya,Dan dirikanlah solat, tunaikanlah zakat, dan ta'atlah kepada Rasul, supaya kamu diberi rahmat.’ (an-Nur, 56).6.      Berdo'a kepada Allah Ta'ala untuk mendapatkannya dengan bertawasul dengan nama-namaNya yang Maha Pengasih (ar-Rahman) lagi Maha Penyayang (ar-Rahim) atau yang lainnya dari nama-namaNya yang Agung/Indah, seperti mengatakan, Ya Rahman (Wahai Yang Maha Penyayang), sayangilah aku (rahmatilah aku), ya Allah  sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan rahmatMu yang luas yang meliputi segala sesuatu agar Engkau mengampuni dosaku dan menyayangiku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’Allah Ta'ala berfirman, ertinya, ‘Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).’ (al-Kahfi, 10).Dan Allah Ta'ala juga berfirman, ertinya, ‘Hanya milik Allah asma`u al-Husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asma`u al-Husna itu.’ (al-A'raf, 180).Maka hendaklah seseorang memohon setiap permintaannya dengan nama yang sesuai dengan permintaannya itu untuk mendapatkannya. Allah Ta'ala berfirman, ertinya,Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdo'alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.’ (al-Mu'min, 60).Dan firman Allah Ta'ala lainnya, ertinya, ‘Dan katakanlah, 'Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik.’ (al-Mu'minun, 118).
Sungguh Allah Ta'ala telah menyuruh (kita) berdo'a dan menjamin ijabah (mengabulkan do'a tersebut) dan Dia Maha Suci yang tidak pernah mengingkari janji.7.      Mengikuti al-Qur`an al-Karim dan mengamalkannya.Allah Ta'ala berfirman, ertinya, ‘Dan Al-Qur`an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.’ (al-An'am, 155).8.      Mentaati Allah Ta'ala dan RasulNya s.a.w sebagaimana yang  telah dijelaskan sebelumnya.Allah Ta'ala berfirman, artinya, Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.’ (Ali 'Imran, 132).9.      Mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang ketika dibacakan al-Qur`an al-Karim.Allah Ta'ala berfirman, ertinya, ‘Dan apabila dibacakan Al-Qur`an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.’ (al-A'raf, 204).10.  Istighfar, memohon keampunan dari Allah Ta'ala.Allah Ta'ala berfirman, ertinya, ‘Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.’ (an-Naml, 46).Sebab-sebab turunnya rahmat Allah seperti di atas ini boleh diringkaskan seperti berikut:1)      Berbuat ikhsan atau berbuat baik kepada manusia, dengan ucapan, perbuatan, harta, dan kedudukan.
2)      Bertakwa dan beriman dengan ayat-ayat Allah s.w.t., dan mengikuti RasulNya;3)      mengasihi makhluk-makhluknya baik manusia mahupun binatang.4)      Beriman, kemudian berhijrah, dan berjihad;5)      Mendirikan solat dan menunaikan zakat, dan taatlah kepada Rasul;6)      Berdoa minta petunjuk yang lurus dalam urusan kami7)      Mengamalkan ajaran-ajaran al-Quran8)      Mentaati Allah dan RasulNya9)      Mengamati ayat-ayat al-Quran10)  Memohon keampunanKita dapati kesemua yang tersebut di atas ini menunjukkan rahmat Allah diperoleh dengan melakukan amalan-amalan hidup. Amalan-amalan hidup di sini ialah bagaimana sikap kita dalam menjalani hidup ini. Antaranya, yang telah jelas seperti disebutberbuat ikhsan sesama manusia, sama ada dengan ucapan, perbuatan, harta dan kedudukan, dan mengasihi makhluk-makhluk Allah sama ada manusia mahupun binatang.Yang lainya disebut secara umum seperti bertaqwa, berjihad, taat kepada RasulNya, mengamalkan ajaran-ajaran al-Quran. Ungkapan-ungkapan sebegini meninggalkan banyak persoalan bagaimanakah caranya dan apakah sistemnya. Jika difikirkan, konsep-konsep bertaqwa, berjihad dan lain-lain itu adalah terlalu luas. Bagaimana caranya kita hendak bertaqwa, berjihad dan taat kepada RasulNya. Apakah yang hendak kita lakukan agar dikira bertaqwa, berjihad dan taat kepada Rasul. Apakah caranya untuk mengamalkan ajaran-ajaran al-Quran. Apakah sikap kita untuk itu semua?Sikap dan perilaku orang yang telah memperoleh rahmat AllahJadi untuk itu kita lihat dahulu, bagaimana sikap dan perilaku orang-orang yang telah memperoleh rahmat Allah s.w.t. yang harus kita ikuti.·       Sabar dalam menghadapi musibahUjian dalam kehidupan orang yang beriman merupakan sesuatu yang pasti dan biasa terjadi, baik ujian berupa hal-hal yang menyenangkan atau malah sebaliknya bila dilihat dari sudut pandangan duniawi. Apabila ujian yang tidak menyenangkan menimpa diri orang yang memperoleh rahmat dari Allah, maka dia menghadapinya dengan penuh kesabaran. Sabar dalam ertikata tetap bertahan dalam kebenaran sehingga meskipun kesulitan menerpa kehidupannya, dia tidak akan sampai putus asa lalu menghalalkan segala cara dalam usaha mengatasi kesulitan hidup. Inilahciri penting dari orang yang telah memperoleh rahmat dari Allah Swt sebagaimana firmanNya yang ertinya:Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahanDan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (iaitu) orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.’ (al-Baqarah, 155-157).Sebaliknya, jika kita mengkufuri nikmat-nikmat pemberianNya, seperti melupai Allah s.w.t. ketika senang, menganggap segala kesenangan yang kita perolehi itu adalah atas usaha-usahanya sendiri, menyalahkan Allah s.w.t. ketika ditimpa musibah, maka ini adalah sifat-sifat orang yang tidak mensyukuri nikmat, atau disebut sebagai orang yang kufur nikmat. Apakah mereka ini akan mendapat rahmat-Nya?Dan ingatlah Tuhanmu memberitahukan kepadamu. Jika kamu berterima kasih, niscaya Aku akan tambah nikmat itu bagimu, dan jika kamu kufur (tidak berterima kasih), sesungguhnya azab-Ku amatlah pedih.’ (Ibrahim, 7).Ayat ini adalah satu bentuk peringatan kepada mereka yang tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan.Ketika menghadapi musibah pula, apakah sikap kita? Misalnya, bagi orang yang sakit atau ditimpa sebarang musibah, jika reda dengan keadaan itu, akan mendapat rahmat Allah, kerana kesakitan dan kemusibahan hanya dengan izin Allah sahaja.Allah berfirman, yang maksudnya,Iaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka ialah orang-orang yang mendapat petunjuk’. (Al-Baqarah, 156-157)Tidaklah sukar untuk kita bersikap demikian. Tetapi bukan mudah pula untuk mempunyai sikap tersebut, bagi mendapatkan rahmat Allah s.w.t.·      Bersikap lemah lembut.  Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim setiap kemampuan dan potensinya masing-masing. Dalam dakwah, tentu harus berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain, kerana dakwah pada hakikatnya adalah mengkomunikasikan ajaran Islam kepada orang lain agar terjadi perubahan pada orang tersebut, baik pemahaman, sikap maupun perilaku sebagaimana yang dikehendaki.Agar dakwah dapat diterima oleh orang lain, maka kita amat dituntut untuk berlaku lemah lembut dan orang yang telah memperoleh rahmat dari Allah s.w.t. niscaya bisa berlaku lemah lembut dalam sikap dan tingkah lakunya terhadap orang lain, Allah s.w.t.berfirman yang ertinya:Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.’ (Ali Imran, 159).Dakwah mencakupi tutur kata. Tutur kata yang lembut akan melambangkan keimanan.
·       Tidak Mengikuti Hawa NafsuSetiap manusia diberikan oleh Allah s.w.t. nafsu atau berbagai keinginan dalam hidupnya di dunia ini. Sebagai seorang muslim, berbagai keinginan dalam hidup ini hanya akan dituruti manakala keinginan itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Hal ini karena, apabila seseorang selalu menuruti segala keinginannya, termasuk keinginan yang tidak benar, maka hal itu bererti telah menuhankan hawa nafsunya yang selalu cenderung pada kesesatan, Allah berfirman yang artinya:Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.’ (al-Jasiyah, 23).Kerana itu, bagi orang yang memperoleh rahmat dari Allah s.w.t., nescaya dia tidak akan mengikuti begitu sahaja keinginan hawa nafsunya, tetapi dia akan mengendalikannya secara baik sehingga segala keinginan dicapai dan dipenuhi dengan cara-cara yang dibenarkan Allah s.w.t., misalnya nafsu terhadap harta diperoleh harta yang banyak dengan usaha yang halal, nafsu seksual dilampiaskan melalui jalur pernikahan yang merupakan penghalalan bagi keinginan seksual dan begitulah seterusnya. Nafsu yang terkendali dengan baik inilah yang kemudian disebut dengan nafsu yang diberi rahmat oleh Allah s.w.t. sehingga orang yang memperoleh rahmat Allah mampu mengendalikan hawa nafsunya dengan baik, Allah berfirman yang artinya:Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.’ (Yusuf, 53).Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa, bila seseorang mensyukuri rahmat dari Allah s.w.t. niscaya akan memberikan pengasuh yang sangat positif dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat.·       Memantingkan Perpaduan. Ciri penting lain yang disebutkan Allah di dalam Al-Qur’an tentang orang yang memperoleh rahmat dari Allah adalah mementingkan perpaduan, sehingga orang yang mementingkan perpaduan itu selalu menyelesaikan dan mengatasi perbedaan dan persoalan dengan merujuk kepada sumber Islam itu sendiri yakni Al-Qur’an dan sunnah. Allah s.w.t. tidak menciptakan manusia seperti robot yang dengan mudah bisa disatukan, tetapi Allah menciptakan manusia dengan potensi yang dimilikinya berupa hati, akal dan pancaindera untuk berfikir dan menentukan sikap.Dalam kenyataan, kita rasakan dan kita lihat betapa banyak manusia yang belum memperoleh rahmat dari Allah s.w.t. sehingga yang terjadi, manusia malah cenderung pada memperbesar perbedaan perdapat hingga bercerai berai, bukan mencari titik temu dan bersatu padu. Karena itu, apabila seseorang telah memperoleh rahmat dari Allah Swt, niscaya mereka senang pada persatuan dan selalu mencari titik temu dengan rujukan Al-Qur’an dan sunnah dalam menghadapi perbedaan pendapat diantara sesama manusia, apalagi sesama muslim, hal ini difirmankan Allah yang artinya:Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.’  (Hud, 118-119).Inilah antara sikap orang-orang yang telah mendapat rahmat Allah s.w.t. Kesemuanya adalah dalam bentuk perlakuan dan tindakan.·     Sabar dan penuh reda dengan segala ujian dan musibah yang dilaluinya.·     mengawal nafsu. keinginan itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang datang dari Allah dan Rasul-Nya·     berlaku lemah lembut dalam sikap dan tingkah lakunya terhadap orang lain·     menyelesaikan dan mengatasi perbedaan pendapat dan persoalan, tentunya dengan merujuk kepada sumber Islam itu sendiri yakni Al-Qur’an dan sunnah, dengan matlamat untuk perpaduan.Bolehkah kita katakan kesemuanya adalah jalan jihad? Berilah apa sahaja namanya, sama ada jihad, hijrah atau seumpamanya. Yang penting di sini ialah konsepnya yang harus kita jadikan pegangan dan ikutan semoga menjadi pedoman hidup yang boleh mendapat rahmatNya.Calon-calon ahli syurgaKita tahu bahawa kita akan masuk syurga hanya dengan rahmat Allah s.w.t. Dengan kata lain, mereka yang layak menjadi calon untuk masuk syurga adalah yang telah mendapat rahmatNya. Berikut ini adalah catatan berkaitan dengan ciri-ciri orang yang layak menjadi calon masuk syurga, sekali gus membuktikan mereka ini adalah orang-orang yang telah mendapat rahmatNya.calon-calon ahli syurga itu adalah orang-orang yang bertakwa, iaitu orang-orang yang benar-benar taat dalam melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Di samping itu ia benar-benar beriman dan beramal soleh serta bersegera dalam memohon ampun dan keredhaan Allah, atau orang yang mempunyai pendirian yang teguh terhadap keimanan dan keislaman, mereka itu antar lain ialah para Rasul, para Nabi, para Ulama, para syuhada’, para solihin dan para shiddiqin.’ (Keindahan Syurga, 16)Buku yang sama ada menyenaraikan ciri-ciri atau sifat-sifat sempurna orang yang benar-benar beriman yang bakal menjadi calon syurga, iaitu:·    orang-orang yang beriman kepada yang ghaib,·    orang yang sentiasa mendirikan solat dan mengajak orang lain supaya melaksanakannya,·    orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, baik menunaikan zakat, bersedekah dan berwakaf,·    meyakini akan kebenaran kitab al-Quran yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. serta melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari,·    percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para RasulNya sebelum al-Quran seperti kitab Taurat, Injil, Zabur dan mushaf-mushaf lainnya,·    yakin akan adanya kehidupan akhirat iaitu tempat pembalasan segala amal perbuatan manusia selama ia hidup di dunia ini,·    apabila ia mendengar orang menyebut nama Allah, maka hatinya merasa gementar,·    apabila mendengar orang membacakan ayat-ayat al-Quran, maka semakin bertambah-tambah keimanannya,·    sentiasa menyerah diri kepada Allah di samping berusaha,·    sentiasa bersabar terhadap berbagai macam dugaan yang datang melanda dalam kehidupan.Disebutkan juga dalam buku ini bahawa ciri-ciri di atas ini adalah mereka yang bakal memperoleh darjat yang tertinggi di sisi Allah. Mereka inilah yang bakal menghuni syurga yang tertinggi tingkatnya.Kesimpulan dari ciri-ciri di atas ini meunjukkan mereka yang bakal menjadi calon syurga adalah yang beriman (meyakini kitab-kitab yang diturunkan, adanya kehidupan akhirat, redha dengan qada’ dan qadar) dan berjihad (mengajak orang sembahyang dan mewakafkan sebahagian hartanya untuk jalan Allah). Di samping itu, adalah mereka yang benar-benar memahami dan menghayati ayat-ayat al-Quran.Dari ketiga-tiga pandangan di atas tadi dapat kita lihat, rahmat Allah akan diberikan kepada mereka yang beriman dan bertaqwa, kemudian berhijrah dan berjihad.Beriman bererti menerima dan yakin dengan sebenar-benarnya kesemua enam perkara yang terkandung dalam rukun Iman itu. Antaranya yang disebut di atas ialah percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para RasulNya sebelum al-Quran seperti kitab Taurat, Injil, Zabur dan mushaf-mushaf lainnya. Kemudian kita harus meyakini akan kebenaran kitab al-Quran yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. serta melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Keimanan juga menghendaki kita yakin dan percaya kepada yang ghaib.Antara kandungan rukun Iman yang disebut di atas tadi ialah sabar dan penuh reda dengan segala ujian dan musibah yang dilaluinya. Dan, yakin dan percaya akan adanya kehidupan akhirat iaitu tempat pembalasan segala amal perbuatan manusia selama ia hidup di dunia ini. Kesemua yang tersebut ini adalah ciri-ciri qada’ dan qadar. Qada’ dan qadar adalah antara enam perkara yang terkandung dalam rukun Iman.Sabda Rasulullah s.a.w.,Iman itu ialah bahawa engkau percaya dengan Allah, MalaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rsulNya, hari kemudian dan dengan penentuan baik dan buruk daripada Allah s.w.t. (qadak).’Selepas beriman kita dituntut agar bertaqwa. Sebagai tanda ketaqwaan, antaranya disebut agar kita mentaati Allah dan RasulNya, mengamalkan ajaran-ajaran al-Quran, dan sentiasa menyerah diri kepada Allah di samping berusaha.Antara sebab-sebab turunnya rahmat Allah dalam petikan di atas tadi ialah beriman, kemudian berhijrah, dan berjihad. Ini membawa maksud, setelah beriman mesti disertakan pula dengan melakukan jihad dan berhijrah.Untuk berjihad, disebutkan, antaranya ialah mengajak orang lain supaya melaksanakan solat, menafkahkan hartanya di jalan Allah, seperti menunaikan zakat, bersedekah dan berwakaf, mengawal nafsu keinginan itu agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang datang dari Allah dan Rasul-Nya.Yang berkait dengan hijrah pula, antaranya yang disebut ialah berlaku lemah lembut dalam sikap dan tingkah lakunya terhadap orang lain, berbuat ikhsan atau berbuat baik kepada manusia, dengan ucapan, perbuatan, harta, dan kedudukan, mengasihi makhluk-makhlukNya baik manusia mahupun binatang. Kesemua ini adalah sikap baik terhadap orang lain malah haiwan dan segala makhlukNya yang lain. Jadi untuk mendapat rahmat Allah, maka kita harus menjauhkan diri dari sikap-sikap yang bertentangan dengan yang tersebut ini. Kita harus berhijrah dari sikap buruk kepada sikap baik.Pendek kata, bagi mendapatkan rahmat Allah s.w.t. kita harus menjadi seorang yang beriman dan bertaqwa, kemudian diikuti pula dengan amalan-amalan jihad dan hijrah. Jihad dan hijrah ini adalah berkaitan dengan kemasyarakatan dan kebajikan makhluk-makhluk Allah. Inilah kesimpulan yang dapat kita lihat dari petikan-petikan di atas tadi sebagai sampel.Sebenarnya banyak lagi petikan-petikan yang menyentuh soal mencari rahmat Allah. Namun boleh dikatakan kesemuanya adalah berkisar dalam sekitaran beriman dan bertaqwa, mentaati Allah dan RasulNya, dan, yang bersangkut dengan hijrah dan jihad.RumusanRahmat Allah akan turun kepada mereka yang beriman kepada Allah dan RasulNya serta menjalankan ajaran-ajaran yang terkandung dalam al-Quran. Jika ini konsepnya, menunjukkan hanya orang yang mempunyai keimanan yang total sahaja yang akan mendapat rahmatnya.Dalam surah at-Taubah menyebut,Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, setengahnya menjadi penolong bagi setengahnya yang lain; merekamenyuruh berbuat kebaikan, dan melarang daripada berbuat kejahatan; dan mereka mendirikan sembahyang dan memberi zakat, serta taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.’ (At-Taubah: 71)Ayat ini menggambarkan keimanan yang total adalah iman yang disertai dengan amalan muamalah, dengan cara mengajak berbuat kebaikan dan melarang perbuatan kejahatan. Amalan muamalah adalah yang berkait dengan masyarakat sekitaran.Dari http://emjayjb.multiply.com/journal/item/211 tercatat,Antara sebab-sebab yang paling utama untuk mendapatkan rahmat Allah Ta'ala adalah bertakwa kepadaNya dan mentaatiNya dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, seperti mengeluarkan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya, beriman dengan ayat-ayat Allah swt, dan mengikuti RasulNya. Allah Ta'ala berfirman, ertinya,Dan rahmatKu meliputi segala  sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmatKu untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. (iaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi." (al-A'raf, 156, 157).Maksudnya, rahmat Allah akan turun kepada mereka yang bertaqwa. Jadi hanya orang yang beriman dan bertaqwa sahaja yang akan mendapat rahmat Allah.Apakah dia iman?Iman adalah perkataan Arab yang bermakna aman dalam Bahasa Melayu. Dalam Kamus Dewan, aman bermaksud, ‘bebas daripada keadaan kacau-bilau (seperti peperangan, pergaduhan, permusuhan, dan sebagainya), sentosa, tenteram’ atau ‘bebas daripada gangguan atau sesuatu yang tidak menyenangkan, damai, tenang, tenteram’.Dalam ilmu tauhid, iman membawa makna membenarkan dengan hati dan berikrar dengan lisan dan beramal dengan ajaran-ajaran Allah s.w.t. yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w.Pengertian ini menunjukkan bahawa iman adalah pengakuan yang disertai dengan amalan yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. Pengakuan semata-mata tanpa disertai dengan amalan, adalah iman yang tidak sempurna.Seperti yang disebut di atas tadi rukun Iman, ada enam perkara, iaitu percaya dengan Allah, MalaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rsulNya, hari kemudian dan percaya dengan qadak dan qadar.’ Membuat pengakuan percaya kepada keenam-enam perkara ini sahaja belum cukup. Mesti dibuktikan dengan melakukan amalan-amalan seperti yang dibawa oleh Rasulullah s.a.w. Jika ajaran-ajaran yang dimaksudkan ini tidak dilaksanakan maka tidaklah sempurna iman kita. Jadi iman dan amal harus bersama dan berjalan seiringKerana itu Prof. Dato’ mencatatkan dalam bukunya,Untuk memenuhi pengertian beriman kepada Islam itu mestilah ada tiga perkara, iaitu mengakui dalam hati bahawa Islam itu benar dan menyatakan dengan lidahnya bahawa Islam itu agama yang benar serta mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung dalam agama Islam itu. Kalau ketiga-tiga perkara ini tidak ada, maka tidaklah sempurna keimanan seseorang itu terhadap agama Islam.’ (Manusia dan Islam, 31)·         mengakui dalam hati bahawa Islam itu benar,·         menyatakan dengan lidahnya bahawa Islam itu agama yang benar, dan·         mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung dalam agama Islam.Sebagai seorang Islam, sepatutnya telah tertanam dalam hati dan  fikirannya bahawa agama Islam itu benar, agama Islam itu adalah yang diturunkan oleh Allah s.w.t. Inilah pengakuan kita, ikrar kita. Tetapi dengan pengakuan dan kepercayaan sahaja belum sempurna imannya jika belum dibuktikan dengan cara mengamalkan segala ajaran-ajaran yang terkandung dalam agama Islam.Pengakuannya mungkin telah dibuktikan dengan ungkapan lafaz lima kali sehari seperti yang terkandung dalam doa iftitah dalam sembahyang, yang maksudnya:Sesungguhnya aku hadapkan muka dan diriku kepada Allah yang menjadikan langit dan bumi, sedang aku tetap di atas tauhid (mengesakan Allah) dan bukanlah aku dari orang-orang yang menyekutukanNya (dengan sesuatu yang lain).’ (al-Anam, 79)Inilah pengakuan kita. Kita harus sedar dan memahami dengan sebenar-benarnya maksud pengakuan tersebut. Amat malang jika ikrar yang kita ucapkan itu hanya ikrar di bibir sahaja, tidak memahaminya. Maksudnya di sini ialah bahawa biasanya sesuatu yang kita lakukan sebagai rutin harian, yang diulang-ulang tanpa sedikit pun perubahan dari segi kata-kata misalnya, akan berlangsung secara spontan, dan di luar kesedaran. Inilah yang dibimbangkan. Lalu ikrar tinggal ikrar tanpa tindakan bagi membuktikannya.Ayat 79 dalam surah al-Anam itu bukankah kita lafazkan setiap kali kita mendirikan sembahyang? Lafaz ikrar ini akan kita ulang-ulang, dengan ucapan yang tepat tanpa sedikit pun perubahan,  lima kali sehari. Apabila berlaku sedemikian, dibimbangi akan tinggal lafaz yang kosong, tanpa penghayatan.Jadi setelah kita membuat pengakuan tersebut, apakah kita telah memenuhi syarat yang ketiga iaitu mengamalkan segala ajaran-ajaran yang terkandung dalam agama Islam?Sabda Rasulullah lagi, yang maksudnya:Iman itu bukan dengan cita-cita dan perhiasan, tetapi ialah apa yang tersemat di hati dan dibuktikan dengan perbuatan.’ (Riwayat al-Tarmizi)Ini menggambarkan ada perbuatan atau perlakuan yang harus kita lakukan bagi membuktikan apa yang tersemat di hati, dan yang kita ikrarkan, iaitu keimanan itu. Perbuatan yang bagaimana?Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah dengan harta benda dan jiwa mereka adalah lebih besar dan tinggi darjatnya di sisi Allah (daripada orang-orang yang hanya memberi minum orang-orang haji dan orang-orang yang memakmurkan masjid sahaja), dan mereka itulah orang-orang yang berjaya.’ (at-Taubah, 20)Ayat ini menyebut bahawa bukti keimanan kita ialah berhijrah dan berjihad. Orang-orang yang berjaya adalah mereka yang beriman kemudian berhijrah dan berjihad. Dengan maksud lain, orang-orang yang berjaya adalah mereka yang setelah mengaku beriman, lalu dibuktikan dengan berhijrah dan berjihad.Berhijrah, mengingatkan kita tentang hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Itulah maksud hijrah pada asalnya. Namun pada zaman ini hijrah itu tidak akan berlaku lagi. Jadi hijrah di sini adalah hijrah dari segi maknawiyah, iaitu hijrah dalam bentuk perlakuan dan perbuatan kita ke jalan Allah. Hijrah ke arah mencari jalan hidup yang diredai Allah s.w.t.Umpamanya berhijrah dari sikap buruk kepada sikap baik, dari sikap baik kepada yang lebih baik, dari yang lebih baik kepada yang terbaik sebagaimana sifat-sifat Rasulullah s.a.w.Hijrah yang hampir menyamai maksud asal, ialah misalnya kita berpindah dari tempat tinggal kita yang terdapat banyak unsur-unsur maksiat ke suatu tempat lain yang lebih baik. Berpindah dari tempat yang jauh dari masjid ke tempat yang lebih hampir dengannya, atau berpindah ke tempat-tempat yang terdapat ramai alim ulama.Dari aspek kehidupan seharian, banyak perkara yang dapat kita lakukan bagi maksud berhijrah selain dari aspek fardu ain. Misalnya, mempertingkatkan amalan membaca untuk tujuan menuntut ilmu yang diredai Allah, atau yang dapat membangun imej Islam dibantu pula dengan pengorbanan harta benda seperti yang tersebut dalam ayat 20 surah at-Taubah tadi.Apakah pula amalan-amalan yang dapat kita lakukan mengikut maksud berjihad?Berjihad selalunya mengingatkan kita tentang berperang, peperangan pada zaman Rasulullah s.a.w. Perjuangan dalam menghadapi peperangan memang melibatkan harta benda dan jiwa. Apakah kita harus berjihad seperti yang dimaksudkan ini?(Mereka itu ialah) orang-orang yang bertaubat yang beribadat yang memuji (Allah) yang mengembara (untuk menuntut ilmu dan mengembangkan Islam), yang rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat kebaikan dan yang melarang daripada kejahatan serta yang menjaga batas-batas (hukum Allah). Dan gembirakanlah orang-orang yang beriman (yang bersifat demikian).’ (at-Taubah, 112)Ayat ini menjelaskan konsep berjihad yang dapat kita jalankan pada hari ini. Berjihad bukan dengan erti kata berperang. Antaranya, seperti yang tersebut dalam ayat ini ialah menuntut ilmu dan mengembangkan Islam, mengajak membuat kebaikan dan membasmi kejahatan, dan menegakkan hukum Allah. Allah mengiktiraf orang-orang yang memiliki sifat-sifat ini sebagai orang yang beriman dan berjihad.Jihad meliputi juga perjuangan melawan syaitan dengan menjauhi segala pujuk rayunya dan bertekad menentangnya dengan bersungguh-sungguh. Perjuangan menghapuskan ideologi orang-orang kafir dan terhadap orang-orang munafik serta pelaku-pelaku maksiat. Gunakan kuasa yang ada pada kita, baik dengan tangan, kemudian jika tidak mampu dengan lisan, dan kemudian paling tidak jika tidak mampu juga, maka dengan hati.Jadi, seseorang yang beriman dengan ertikata yang sebenar-benarnya adalah mereka yang berhijrah dan berjihad ke arah keamanan dan kesejahteraan. Inilah ajaran-ajaran Islam yang dimaksudkan oleh surah at-Taubah tadi.