“Barangsiapa yang thiyarah mengurungkan dia dari hajatnya maka ia telah berbuat syirik”, Para shahabat bertanya, “Lalu apa kaffarahnya?”, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab, ”Hendaknya ia berdoa,
Kemudian para shahabat radhiyallahu ‘anhum menanyakan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kaffarah dosa besar ini, lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membimbing mereka (dan tentu kepada umatnya) kepada sebuah doa yang mulia untuk menyerahkan semua urusannya kepada Allah Jalla wa ‘Ala dan menafikan kekuasaan dari selain-Nya.
2. Diterimanya taubat seorang yang melakukan kesyirikan.
3. Bimbingan tentang apa yang hendaknya diucapkan (doa) bagi siapa yang diuji dengan tathayyur.
4. Bahwasanya kebaikan dan keburukan adalah hak preogratif Allah Ta’ala.
asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Sulaiman al-Qar’awi
Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
اَللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ، وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا غَيْرُكَ
“Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan dari-Mu, dan tiada kesialan kecuali kesialan dari-Mu, dan tiada sesembahan kecuali Engkau.” (Riwayat Ahmad dalam Musnadnya, 2/220. Dishahihkan Syaikh al-Albani rahimahullah)
Penjelasan per-kata
Penjelasan global
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkabarkan kepada kita dalam hadits ini bahwasanya barangsiapa yang anggapan sial menahannya dari hajat yang ingin dia lakukan, maka dia telah mendatangi jenis kesyirikan.
Faidah hadits ini
1. Penetapan syirik bagi siapa yang anggapan sial mengurungkan dia dari hajatnya.
Hadits ini menunjukkan atas syiriknya bagi siapa yang anggapan sial menahannya dari hajat yang ingin dia lakukan.
[Dinukil dari kitab al-Jadid Syarhu Kitabut Tauhid, Penulis asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Sulaiman al-Qar’awi, hal. 261-262]