Haramnya Tathayyur (Anggapan Sial Karena Seseorang Atau Sesuatu)

    Kemakmuran : yakni kebahagiaan, kelapangan, kemudahan, dan kesehatan.
    Ini adalah karena (usaha) kami : Kami yang mengusahakannya dan kami berhak mendapatkannya.
    Kesusahan : yakni kesengsaraan, kesempitan, musibah, dan penyakit.
    Mereka bertathayyur kepada Musa dan orang-orang yang bersamanya : yakni mereka melemparkan sebab kesialan kepada Musa dan dan orang-orang yang bersamanya. Dan menganggap bahwasanya apa-apa yang datang kepada mereka dari musibah-musibah karena disebabkan adanya Musa dan orang-orang yang bersamanya.
    Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah : yakni apa-apa yang menimpa mereka sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala sebelumnya, disebabkan kufurnya mereka dan sikap mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
    Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui : yakni tidak mengetahui bahwasanya kebaikan dan keburukan sudah ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan batilnya anggapan mereka dan yang benar adalah bahwasanya apa-apa yang menimpa mereka dari keburukan itu datangnya dari Allah Ta’ala sebagai hasil yang disebabkan kufurnya mereka dan sikap mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa mereka bersikap seperti itu (yakni menyandarkan kesialan kepada orang lain dan tidak merasa bahwa kesialan itu disebabkan dirinya sendiri) disebabkan kebodohan mereka dan ceteknya ilmu mereka bahwa Allah lah yang mentakdirkan kebaikan dan keburukan.
2. Haramnya mengkufuri nikmat.
3. Haramnya bertathayyur dan melemparkan kesialan kepada orang lain.
4. Bahwasanya kebodohan pangkal dari segala keburukan.

asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Sulaiman al-Qar’awi
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ
“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Ini adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka bertathayyur kepada Musa dan orang-orang yang bersamanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (al-A’raaf: 131)
Penjelasan per-kata
Penjelasan global
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat ini mensifatkan tentang sikap fir’aun dan kaummnya terhadap Musa dan pengikutnya. Bahwasanya apabila turun kepada mereka suatu keburukan, mereka melemparkan sebab kesialan kepada Musa dan pengikutnya.
Faidah hadits ini
1. Bahwasanya kebaikan dan keburukan adalah takdir dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ayat ini menunjukkan atas bahwasanya tathayyur adalah syirik dikarenakan mengikatkan qalbu kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menetapkan sebab terjadinya sesuatu bukan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
[Dinukil dari kitab al-Jadid Syarhu Kitabut Tauhid, Penulis asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Sulaiman al-Qar’awi, hal. 250-251]