Idx news. ada tanggal 12 Mei 2011, di Hotel JW Marriot Jakarta, Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No. 80 dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Kegiatan tersebut menjadi salah
satu tonggak sejarah perkembangan investasi syariah di pasar modal Indonesia.
Fatwa DSN-MUI No. 80 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek adalah fatwa yang memberikan rasa tenang kepada para investor yang memperhatikan prinsip syariah dalam berinvestasi di pasar modal.
Fatwa tersebut merupakan bagian dari rangkaian fatwa tentang investasi syariah di pasar modal yang telah diterbitkan oleh DSN-MUI sejak tahun 2000. Fatwa No. 80 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek menjadi fatwa DSN-MUI yang ke-14 untuk industri pasar modal syariah Indonesia.
Dalam Fatwa No. 80 disebutkan bahwa mekanisme perdagangan saham di pasar reguler Bursa Efek telah memenuhi prinsip syariah apabila efek yang dijadikan obyek perdagangan adalah saham yang sesuai prinsip syariah. Selain itu, dalam melakukan transaksi saham syariah, pelaku pasar juga tidak boleh melakukan tindakan yang tidak sesuai syariah.
Menurut fatwa tentang mekanisme syariah dalam perdagangan saham, akad yang digunakan dalam perdagangan saham di pasar reguler BEI adalah akad Ba’i Al Musawamah. Fatwa tersebut juga menyebutkan bahwa pada saat transaksi terjadi, akad jual beli telah sah secara syariah sehingga investor boleh menjual kembali saham yang dimilikinya sebelum T+3 berdasarkan prinsip qabdh hukmi. SRO diperbolehkan secara syariah mengenakan ujroh (biaya jasa) atas setiap tahapan transaksi dalam mekanisme perdagangan saham di pasar reguler Bursa Efek.
Indeks Saham Syariah Indonesi a (ISSI)
Pada saat yang bersamaan, BEI juga meluncurkan indeks baru yang disebut dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang konstituennya adalah seluruh saham syariah yang tercatat di BEI. Pada saat ISSI diluncurkan, jumlah saham syariah yang tercatat di BEI sebanyak 214 saham. Keberadaan ISSI melengkapi indeks syariah yang sudah ada sebelumnya yaitu Jakarta Islamic Index (JII), sehingga indeks saham syariah yang dimiliki oleh BEI saat ini menjadi dua. Dengan demikian, ISSI tidak akan meniadakan maupun mempengaruhi keberadaan JII.
ISSI diluncurkan untuk memberi jawaban kepada masyarakat yang ingin mengetahui kinerja seluruh saham syariah yang tercatat di BEI. ISSI akan menjadi indikator dari seluruh saham syariah sehingga akan memudahkan bagi pelaku pasar dalam mengukur kinerja saham syariah. Selain itu, ISSI juga memberikan peluang untuk fund manager yang tertarik untuk mengeluarkan produk investasi berbasis indeks saham syariah.
ISSI di-review setiap 6 bulan sekali, setiap bulan Mei dan November, mengikuti jadwal penerbitan DES oleh Bapepam - LK. Dengan adanya review tersebut maka konstituen ISSI bisa berubah tergantung pada hasil review DES. Metode perhitungan ISSI sama dengan metode yang digunakan untuk menghitung indeks BEI lainnya dengan menggunakan Desember 2007 sebagai tahun dasar perhitungan.
Perbedaan utama antara ISSI dengan JII terletak pada jumlah saham syariah yang menjadi konstituen masing-masing indeks. ISSI terdiri dari seluruh saham syariah yang tercatat di BEI, saat ini sebanyak 214 saham, sedangkan JII hanya terdiri dari 30 saham syariah yang paling likuid.
Dengan demikian, ISSI adalah composite index untuk seluruh saham syariah sedangkan JII adalah indeks khusus saham syariah yang likuid.