Otak manusia dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia, otak pun berkembang. Otak depan berkembang dan membentuk otak besar (serebrum), otak tengah berukuran kecil dan menjadi penghubung antara otak depan dan otak belakang, sedangkan otak belakang menjadi otak kecil dan sumsum lanjutan.
Otak besar merupakan pusat saraf utama yang mengendalikan kegiatan tubuh. Fungsi otak besar antara lain sebagai pusat kesadaran dan pengendalian kesadaran (emosi termasuk), juga sebagai pusat ingatan.
Setelah kita tahu anatomi otak, penting kiranya penulis menjelaskan bagian otak yang berhubungan langsung dengan emosi. Di otak, bagian yang sangat berkenaan langsung dengan emosi adalah amygdala (bahasa latin untuk almond) karena bentuknya yang hampir menyerupai kacang almond.
Amygdala merupakan komponen utama penghasil emosi. Otak manusia memiliki dua amygdala yang ukurannya relatif lebih besar dibandingkan primata lainnya. Adapunneuroscientist yang pertama kali menemukan fungsi amygdala pada fungsi emosional dari otak manusia adalah Joseph LeDoux (Centre for Neural Science, New York University).
Amygdala merupakan bagian otak yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan memori yang berkaitan dengan emosi. Pada individu yang amygdala-nya diambil untuk alasan medis, individu tersebut menjadi kurang tertarik pada individu lain.Walaupun ia masih dapat berkomunikasi dan menjalani berbagai tes kognitif, namun pengenalannya pada kerabat, teman bahkan ibunya menjadi sangat buruk. Ekspresinya untuk berbagai kondisi menjadi pasif. Pengenalannya pada kadar emosi dari suatu kejadian menjadi sangat minim. Kondisi ini disebut sebagai affective blindnness. Wajar saja jika individu ini tidak dapat menangis, karena untuk dapat menangis, amygdala perlu memicu struktur sekitarnya hingga dikeluarkan air mata.
Ketika terjadi suatu kejadian yang memicu emosi, katakanlah misalnya takut, maka amygdala mengirim pesan ke semua bagian dari otak sehingga memicu dikeluarkannya hormon yang berkenaan dengan reaksi paling primitif, apakah lawan atau berlari. Hal ini dilakukan dengan cara memicu pusat pergerakan, mengaktifkan sistem kardiovascular, mensiagakan otot dan lainnya. Selain itu amygdala juga memicu dikeluarkannya neurotransmitter norepinephrine untuk meningkatkan reaksi dari area utama otak, sehingga panca indra menjadi lebih siaga. amygdala juga mengirim pesan ke batang otak sehingga memunculkan ekspresi takut, ketegangan, meningkatkan laju detak jantung yang meninggikan tekanan darah dan membuat nafas menjadi lebih cepat dan dangkal.
Penelitian yang dilakukan oleh LeDoux mengindikasikan bahwa aliran informasi yang diterima dari panca indra terpecah menjadi dua jalur. Satu jalur menuju ke thalamus berlanjut ke neo cortex, sementara jalur yang lain mengarah ke amygdala. Jalur langsung dari thalamus ke amygdala terdiri atas rangkaian neuron yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada jalur yang menghubungkan thalamus dengan neo cortex. Rute antara thalamus ke neo cortex panjangnya dua kali lebih panjang dibandingkan rute dari thalamus ke amygdala. Informasi dari thalamus ke amygdala dapat bergerak dalam satuan 12/1000 detik (lebih singkat dari pada satu nafas). Arsitektur ini yang memungkinkan amygdala dapat merespon lebih cepat (sangat kilat) bahkan sebelum neo cortex menerima dan mengenali keseluruhan informasi yang dikirim dari thalamus.
Dari thalamus sebagian besar informasi mengalir ke neo cortex dibandingkan ke amygdala. Bagian yang mengatur aliran informasi tersebut adalah prefrontal lobes. Ketika ada suatu kejadian yang tidak diinginkan, prefrontal lobes melakukan penimbangan untung-rugi atas respon yang akan dilakukan. Pada binatang, responnya sangat terbatas, lawan atau lari. Pada manusia alternatif responnya bisa lebih banyak, mulai dari lawan, negosiasi, diskusi, merayu, hingga lari. Sama seperti amygdala, ketiadaan prefrontal lobes membuat individu tidak memiliki aspek emosional pada hidupnya.
Dampak dari hubungan emosi bisa positif ataupun negatif. Pada umumnya dampak positif bisa ada ketika seseorang menyikapi emosi itu dengan baik dan terkontrol, sebagai contoh ketika kita sedang marah, karena emosinya terkontrol maka tidak terjadi kemarahan yang dapat mengakibatkan konflik antar manusia. Rasul mengajarkan kepada manusia untuk menyikapi suatu masalah penuh dengan kesabaran. Kenapa pada zaman Rasul Islam bisa tegak? Hal ini dikarenakan sikap Rasul yang sabar dalam menghadapi orang Quraisy, beliau dengan penuh rasa sabar berdakwah kepada ummatnya untuk memeluk agama Islam walaupun pada awalnya bangsa Quraisy banyak yang tidak menerima, bahkan sampai ada yang mencaci dan memaki beliau, namun beliau tetap sabar dalam situasi yang ada.
Mungkin Anda pernah bertengkar dengan kerabat Anda, kebanyakan dari pertengkaran itu bisa saja terjadi karena adanya pendapat yang saling bertolak belakang dan saling mempertahankan satu sama lainnya. Tapi karena Anda dan kerabat anda mempertahankan pendapatnya masing-masing tapi menghalalkan segala cara untuk disetujui oleh orang lain, akhirnya keduanya saling bertikai. Coba jika hal tadi dipikirkan dengan pikiran yang jernih tanpa dikotori hal serupa tadi, mungkin Anda dan kerabat Anda akan mencapai satu kesepakatan tanpa adanya konflik.
Jadi emosi bisa berdampak positif atau negatif, tergantung dari bagaimana cara menyikapi emosi tersebut. Sebenarnya emosi positif ataupun negatif tidak masalah jika kita menyikapi emosi itu secara positif.