I.
PENDAHULUAN
Lingkungan yang merupakan alam tempat manusia berada didalamnya
harus dijaga kelestariannya. Pelestarian ini diwujudkan dalam bentuk
pemeliharaan alam, dimana segala yang berada di alam bukanlah untuk kepentingan
manusia saja, tetapi juga untuk kepentingan makhluk lain. Akan tetapi, akhir-akhir ini
keindahan alam sudah mulai memudar dengan munculnya perubahan cuaca diikuti
global warming karena kerusakan alam yang parah akibat ulah tangan-tangan jahil
yang menebang hutan secara liar tanpa adanya reboisasi, yang membuang sampah ke
segala arah sesuai kehendaknya sendiri, sehingga menjadikan hutan gundul dan
muncul pemandangan-pemandangan dan bahkan bau yang tidak sedap.
Manusia memiliki tanggung
jawab yang
besar di dunia ini. Dalam perannya sebagai khalifah, manusia harus mengurus,
memanfaatkan, dan memelihara alam.. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dipaparkan penafsiran Al-quran, yaitu penafsiran tematik tentang lingkungan. Tentunya agar
kita dapat mengambil pelajaran, diantaranya menumbuhkan kesadaran untuk
bersikap positif, lebih peduli dan ramah terhadap lingkungan hidup kita,, dan
tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menimbulkan kerusakan dan
ketidaknyamanan terhadap lingkungan.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
makna lingkungan hidup dalam al-Qur’an ?
B.
Apa
sebab-sebab kerusakan lingkungan hidup ?
C.
Sebutkan
beberapa contoh kerusakan lingkungan yang disebut dalam al-Quran ?
D.
Apa
akibat kerusahan ekosistem bagi kehidupan kehidupan ?
E.
Bagaimana
sikap positif, ramah terhadap lingkungan hidup ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Makna Lingkungan Hidup Dalam Al-Qur’an
Lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.[1]
Sedangkan makna lingkungan hidup
sebagaimana tertulis dalam surat Al-Mulk: 3-4 adalah :
“Ï%©!$# t,n=y{ yìö7y™ ;Nºuq»yJy™ $]%$t7ÏÛ ( $¨B 3“ts? †Îû È,ù=yz Ç`»uH÷q§9$# `ÏB ;Nâq»xÿs? ( ÆìÅ_ö‘$$sù uŽ|Çt7ø9$# ö@yd 3“ts? `ÏB 9‘qäÜèù ÇÌÈ §NèO ÆìÅ_ö‘$# uŽ|Çt7ø9$# Èû÷üs?§x. ó=Î=s)Ztƒ y7ø‹s9Î) çŽ|Çt7ø9$# $Y¥Å™%s{ uqèdur ׎šym ÇÍÈ
1.
Terjemahan
Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian
pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (QS.
Al-Mulk : 3-4)
2.
Asbabun
Nuzul
Penulis tidak
menemukan asbabun nuzul ayat ini di berbagai referensi.
3.
Penafsiran
Dalam ayat tersebut,
Allah menerangkan bahwa Dialah yang menciptakan alam semesta termasuk tujuh langit
yang berlapis-lapis. Sebagian lapisan langit itu berada di atas lapisan yang
lain di alam semesta, seakan-akan terapung kokoh di tengah-tengah jagat raya tanpa
ada tiang-tiang yang menyangga dan tanpa ada tali-temali yang mengikatnya.
Tiap-tiap langit itu menempati ruangan yang telah ditentukan baginya di
tengah-tengah jagat raya dan masing-masing lapisan itu terdiri atas ratusan
ribu planet yang tidak terhitung banyaknya. Tiap-tiap planet berjalan mengikuti
garis edar yang telah ditentukan baginya. Semuanya itu sudah diatur sedemikian
rupa sehingga tidak terjadi tabrakan dan kekacauan antara satu dan yang
lainnya.
Kata ar-rohman dalam konteks ayat tersebut bertujuan
mengingatkan semua pihak bahwa ciptaan Allah baik yang terdiri dari tujuh
langit maupun selainnya, benar-benar hanya karena rahmat dan kasih sayang Allah
SWT., bukan karena sesuatu yang lain. Allah tidak menciptakan sesuatu apapun
untuk meraih manfaat bagi-Nya, melainkan untuk melimpahkan rahmat kepada
makhluk-Nya khususnya manusia. Allah
telag mengatur kebutuhan kita untuk menghirup udara yang segar berbeda dengan
kebutuhan tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan mengeluarkan oksigen agar manusia
dan binatang dapat menghirupnya, sementara manusia dan binatang mengeluarkan
karbondioksida agar pepohonan dapat mekar dan berbuah. Demikianlah Allah
mengatur perincian ciptaan-Nya sehingga masing-masing menuju pada tujuannya.[2]
B.
Sebab-Sebab Kerusakan Lingkungan Hidup
Ketika kita
mendengar kata kerusakan lingkungan hidup, pikiran kita langsung tertuju pada
gempa bumi, longsor, kebarakan hutan, dan hal-hal buruk lainnya yang
diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri.
Ath Thobari
menjelaskan dalam kitabnya “Jami’ al
bayan fii ta’wiil al-Quran” : Allah SWT mengingatkan manusia bahwa, sudah
Nampak kemaksiatan di daratan bumi dan lautnyadan itu semua akibat dari
perbuatan manusia padahal Allah sudah melarangnya.[3]
Dalam konferensi Paris
II yang diselenggarakan awal tahun 2007, lebih dari 500 ilmuwan dari seluruh
dunia bertemu dan membuat seruan mendesak untuk kembali ke lingkungan yang
bersih. Konferensi tersebut menelurkan tiga hasil:
1. Kerusakan dan
pencemaran lingkungan telah mencakupi darat, laut, bahkan manusia, tumbuhandan
hewan.
2. Manusia bertanggung
jawab atas kerusakan dan pencemaran ini karena polutan berbahaya yang
diproduksinya.
3.
Masih ada kemungkinan
untuk kembali ke ambang batas normal karbon dalam atmosfer, yaitu dengan
mengambil tindakan yang tepat dan berhenti mencemari atmosfer.[4]
Ternyata ketiga hasil
konferensi ini dinyatakan secara ringkas dalam Alquran surah ar-Rum ayat 41.
tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# ’Îû ÎhŽy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. “ω÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉ‹ã‹Ï9 uÙ÷èt/ “Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ
1. Terjemahan
Telah tampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
menjadikan mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum: 41).
2.
Asbabun
Nuzul
Penulis tidak menemukan asbabun
nuzul untuk QS. Ar-Rum: 41 di
berbagai referensi.
3.
Penafsiran
Pada ayat sebelumnya dijelaskan adanya
keterkaitan antara kondisi-kondisi kehidupan dengan perbuatan manusia dan juga
menjelaskan tentang kerusakan hati manusia serta akidah dan amal mereka, akan
menghasilkan kerusakan dibumi baik di daratan maupun di lautan. [5]
Para ulama berbeda pendapat menafsirkan
“kerusakan didarat dan di laut” dalam ayat ini.
Qotadah dan As-Suudiy mengatakan yang dimaksud kerusakan adalah
syirik, dan itu merupakan kerusakan yang paling besar. Sedangkan menurut Ibnu
Abbas, Ikrimah dan Mujahid mengatakan : “Yang dimaksud kerusakan di daratan
yaitu seseorang membunuh saudaranya. Sedangkan
kerusakan yang berada di lautan adalah mereka yang membawa kapal-kapal (mencari
hasil laut) dengan paksa”. Ada yang mengatakan kerusakan di sini adalah
kekeringan dan sediktnya tumbuh-tumbuhan dan kurangnya keberkahan. Ibnu Abbas
mengatakan : “Kurangnya keberkahan dikarenakan perbuatan manusia agar mereka
bertaubat”.[6]
Kerusakan tersebut tidak mungkin
terjadi tanpa adanya sebab dan terjadi secara tiba-tiba melainkan karena
perbuatan dosa manusia dan sudah menyebarnya kedzoliman dimuka bumi.
Dan firman Allah “supaya Allah menjadikan mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka”, Ath Thobari mengatakan : “Allah memberikan musibah
kepada manusia akibat dari perbuatan-perbuatan mereka yang telah mereka
lakukan, dank arena kemaksiatan-kemaksiatan yang telah mereka lakukan dengan
tujuan “ agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” dan agar mereka
kembali bertaubat dan meninggalkan maksiat.[7]
C.
Contoh Kerusakan Lingkungan yang Disebut dalam Al-Quran.
Di dalam alam
semesta ini, telah terjadi kerusakan yang disebabkan oleh umat manusia. Contoh
konkretnya telah disebutkan dalam Quran salah satunya tentang kaum nabi Nuh dan
masa kerajaan Firaun
ô‰s)s9ur
$uZù=y™ö‘r&
%·nqçR
4’n<Î)
¾ÏmÏBöqs%
y]Î7n=sù
öNÎg‹Ïù
y#ø9r&
>puZy™
žwÎ)
šúüÅ¡÷Hs~
$YB%tæ
ãNèdx‹s{r'sù
Üc$sùq’Ü9$#
öNèdur
tbqßJÎ=»sß
ÇÊÍÈ
1.
Terjemahan
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara
mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar,
dalam keadaan mereka adalah orang-orang zalim. (QS. Al-Ankabut : 14)
2.
Asbabun
Nuzul
Penulis tidak
menemukan asbabun nuzul ayat ini di berbagai referensi.
3.
Penafsiran
Dari ayat-ayat
sebelumnya, telah dijelaskan tentang cobaan, ujian, dan siksaan, serta
menguraikan betapa kuasa dan luas ilmu Allah. Ayat selanjutnya bersangkutan
dengan ujian serta ketabahan kaum yang beriman. Yakni kisah mengenai Nabi Nuh
as. yang mengajak dan menuntun kaumnya dengan berbagai cara. Ia adalah Nabi
yang paling lama menghadapi kaumnya. Ayat diatas menyatakan: “Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara
mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun”. Selama itu , Nabi Nuh
mengajak dan menuntun kaumnya dengan berbagai cara dan selama itu pula hampir
semua mereka membangkang dan durhaka, maka mereka yang durhaka itu ditimoa
banjir besar , dalam keadaan mereka adalah orang-orang zalim yang mencapai
puncak kezaliman terhadap Allah dan Rasul-Nya. Kisah Nabi Nuh as. telah
diuraikan dalam surat Hud. Di sini ada sedikit penambahan yaitu bahwa beliau
berada di tengah kaumnya untuk berdakwah selama 950 tahun. Sayyid Quthb berpendapat bahwa itu merupakan
waktu yang sangat lama. dan selama itu pula hampir semua dari kaumnya membangkang dan durhaka. Kaum yang membangkang
itu ditimpa banjir besar dalam keadaan zalim. [8]
Sebagai nabi,
Nabi Nuh tidak pernah lemah dan menyerah dalam berdakwah baik siang maupun
malam, beliau selalu menasehati kaumnya. Namun, kaumnya tidak mau mengikuti
ajakan Beliau, bahkan tetap di atas kekafiran. Sehingga tiba saat dimana Nabi
Nuh as. mendoakan kebinasaan bagi mereka di dalam kesabarannya dalam berdakwah.
Peristiwa
tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk selalu mengikuti apa
yang diajarkan oleh Nabi kita.
D.
Akibat Kerusahan Ekosistem Bagi Kehidupan
ãNåkøEx‹s{r'sù èpxÿô_§9$# (#qßst7ô¹r'sù ’Îû öNÏdÍ‘#yŠ šúüÏJÏW»y_ ÇÒÊÈ
1. Terjemahan
kemudian mereka ditimpa gempa, Maka jadilah mereka mayat-mayat yang
bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka. (QS.
Al-A’Raf : 91)
2. Asbabun
Nuzul
Penulis tidak
menemukan asbabun nuzul ayat ini di berbagai referensi.
3. Penafsiran
Sudah
banyak peringatan yang disampaikan oleh Nabi Syu’aib as. kepada kaumnya yang
telah dijelaskan pada ayat sebelumnya. Maka kini saatnya ancaman Allah
dijatuhkan akibat keingkaran mereka kepada Allah serta perbuatan menghalangi
orang lain untuk menganut agama Allah Orang-orang semacam itu sudah selayaknya
mendapat hukuman yang setimpal. Oleh sebab itu, Allah telah menimpakan kepada
mereka azab yang sangat berat berupa gempa dan petir yang dahsyat yang
membinasakan mereka, sehingga mereka mati bergelimpangan di bawah reruntuhan
rumah-rumah mereka, seolah-olah mereka tidak pernah ada di negeri itu.
Kisah
nabi Syu’aib juga terdapat dalam surat asy syuarah, disini disebutkan bahwa
nabi Suaib diutus Allah kepada penduduk negeri Aikah. Sedangkan dalam surat al
a’rah disebutkan bahwa nabi Suaib adalah saudara sebangsa dari kaum Madyan,
yaitu penduduk neegeri Madyan.
Kedua
kaum tersebut mempunyai kesamaan, baik mengenai kekafiran mereka, maupun
mengenai perbuatan maksiat yang mereka lakukan, misalnya ketidak jujuran mereka
dalam menimbang dan menakar ketika jual beli. Nabi Syuaib menyiarkan agama
kepada mereka semua. Azab Allah telah menimpa kedua golongan itu dalam waktu
yang sama atau dalam waktu yang berdekatan jaraknya, maka azab yang ditimpakan
kepada penduduk Madyan adalah berupa “ar rajfah”, yaitu gempa yang sangat
dahsyat yang disertai suara gemuruh yang amat keras, sedang azab yang
ditimpakan kepada penduduk Aikah adalah berwujud angin samum dan udara yang
sangat panas, yang berahir dengan datangnya gumpalan awan. Mereka lalu
beerkumpul dibawah awan yang menaungi mereka untuk mendapatkan udara yang
sejuk,karena mereka menyangka awan itu akan membeerikan hujan akan tetapi gumpalan
awan itu ternyata awan panas yang akan ditimpakan kepada mereka sehingga
semuanya mati tertimpa awan panas.[9]
E.
Sikap Positif, Ramah Terhadap Lingkungan Hidup
Ÿwur (#r߉šøÿè? †Îû ÇÚö‘F{$# y‰÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î) çnqãã÷Š$#ur $]ùöqyz $·èyJsÛur 4 ¨bÎ) |MuH÷qu‘ «!$# Ò=ƒÌs% šÆÏiB tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÎÏÈ
1. Terjemahan
dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al
A’raf: 56)
2, Asbabun Nuzul
Penulis tidak
menemukan asbabun nuzul ayat ini di berbagai referensi.
2. Penafsiran
Dalam
ayat ini Allah melarang manusia agar tidak membuat kerusakan di muka bumi.
Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua bidang, seperti merusak
pergaulan, jasmani, dan rohani orang lain, kehidupan dan sumber-sumber
kehidupan (pertanian, perdagangan, dll), merusak lingkungan dan lain
sebagainya.
Kata
“Ba’da Ishlahiha” adalah setelah Allah memperbaiki penciptaannya sesuai dengan
peruntukannya bagi kemanfaatan mahluk dan kemashlahatan orang-orang mukallaf. Bumi
ini diciptakan Allah dengan segala kelengkapannya, seperti gunung, lembah,
sungai, lautan, daratan, hutan, dan lain-lain, yang ssemuanya ditujukan untuk
keperluan manusia, agar dapat diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
untuk kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, manusia dilarang membuat kerusakan
di muka bumi dengan cara Allah menurunkan agama dan mengutus para rosul untuk
memberi petunjuk agar manusia dapat hidup dalam kebahagiaan, keamanan dan
kedamaian. Sebagai penutup kenabian, Allah mengutus rasulullah yang membawa ajaran islam sebagai
rahmat semesta alam.
Sesudah
Allah melarang manusia membuat kerusakan, maka di akhir ayat ini diungkap lagi
etika berdoa. Ketika brdoa untuk urusan duniawi atau ukhrawi, selain dengan
sepenuh hati, khusuk, dan suara yang lembut, hendaknya disertai pula dengan
perasaan takut dan penuh harapan. Cara berdoa semacam ini akan mempertebal
keyakinan dan akan menjauhkan diri dari keputusasaan, karena langsung memohon
kepada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Kaya.[10]
F.
ANALISIS
Alam ini
diciptakan oleh Allah untuk manusia supaya dijaga kelestariannya. Kerusakan
yang terjadi bukan karena alam itu sendiri, melainkan juga karena ulah tangan
manusia yang lalai dalam tugasnya menjadi khalifah sebagai pengemban amanah
agar tetap menjaga alam dengan baik.
Perilaku manusia
yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan contohnya seperti membuang sampah
sembarangan, penebangan hutan secara liar, dan efek rumah kaca yang berlebihan.
Padahal dampak dari itu semua menimbulkan kerusakan bagi lingkungan. Selain
itu, di dalam Al-Qur’an juga telah dijelaskan tentang beberapa contoh kerusakan
lingkungan seperti kisah kaum Nabi Nuh yang selalu menentang ajakan dan
perintah Nabi Nuh hingga Allah menurunkan azab kepada mereka berupa banjir yang
sangat besar.
Kerusakan
lingkungan tersebut tentunya berdampak pada ekosistem kehidupan manusia . Oleh
karena itu, dibutuhkan sikap positif dan ramah terhadap lingkungan hidup.
G.
KESIMPULAN
Lingkungan
hidup yang ada disekitar kita harus selalu kita jaga agar terhindar dari
kerusakan-kerusakan lingkungan yang berdampak pada ekosistem kehidupan manusia.
Terlalu banyak contoh kerusakan lingkungan yang kita lihat yang disebabkan oleh
perbuatan manusia. Sikap positif dan ramah terhadap lingkungan sangat
diperlukan guna terciptanya lingkungan hidup
yang sehat, nyaman, indah dan aman.
H.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun, semoga dengan ini kita bisa lebih
memerhatikan lingkungan sekitar disertai dengan tindakan untuk senantiasa
menjaganya sebagai bentuk tanggungjawab kita sebagai manusia yang Allah
percayakan menjadi kholifah dimuka bumi ini. Kritik dan saran yang membangun
sangatlah kita harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Kementerian
Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 3. Jakarta: Lentera Abadi.
Quthb,
Sayyid. 2000. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an jilid 9, Jakarta: Gema Insani
Pres.
Shihab,
M.Quraisy. 2002. Tafsir Al-Mishbah volume
10, Jakarta: Lentera Hati.
Shihab,
M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah volume 14, Jakarta: Lentera Hati.
http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=456:mukjizat-al-quran-kerusakanlingkungan&catid=71:artikelalquran&Itemid
=416 diakses tanggal 28-11-2013 pukul 11.00 WIB.
Id.wikipedia.org/wiki/lingkungan
diakses tanggal 28-11-2013 pukul 11.00 WIB
Itqalhikmah.com/tafsir-surah-ar-ruum-41-bumi-adalah-amanah/ diakses tanggal 01-12-2013 pukul 15.30 WIB.
[1]
Id.wikipedia.org/wiki/lingkungan diakses tanggal 28-11-2013 pukul 11.00 WIB
[2]
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah jilid 14, Jakarta: Lentera Hati,
2002, hal.200-201
[3]
Itqalhikmah.com/tafsir-surah-ar-ruum-41-bumi-adalah-amanah/
diakses tanggal 1-12-2013
pukul 15.30 WIB.
mukjizat-al-quran-kerusakan-lingkungan&catid=71:artikel-al-quran&Itemid=416
, diakses tgl 28-11-2013 pukul 11.00 WIB.
[5]
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an jilid 9, Jakarta: Gema Insani
Pres, 2000, hal.150
[6]
Itqalhikmah.com/tafsir-surah-ar-ruum-41-bumi-adalah-amanah/
diakses tanggal 1-12-2013
pukul 15.30 WIB.
[7]
Itqalhikmah.com/tafsir-surah-ar-ruum-41-bumi-adalah-amanah/
diakses tanggal 1-12-13 jam 15.30
[8]
M.Quraisy
Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 10, Jakarta:Lentera
Hati, 2002, hal.457
[9]
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an
dan Tafsirnya Jilid 3, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm 408-410