Penyusunan Rancangan Penelitian
Sebuah rancangan penelitian akan bermanfaat apabila memiliki syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat sebuah rancangan penelitian adalah sebagai berikut.
a. Sistematis, artinya unsur-unsur yang ada dalam rancangan penelitian harus tersusun dalam urutan yang logis.
b. Konsisten, artinya terdapat kesesuaian di antara unsur-unsur tersebut.
c. Operasional, artinya dapat menjelaskan cara penelitian itu dilakukan.
Secara umum, rancangan penelitian meliputi langkah-langkah, yaitu menentukan topik penelitian (latar belakang masalah), merumuskan masalah, menentukan objek penelitian, menentukan sumber data, dan menentukan pendekatan penelitian.
1. Menentukan Topik Penelitian
Maksud penelitian adalah untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Akan tetapi topik merupakan yang pertama kelihatan dan sering ditanyakan. Dalam menentukan topik suatu penelitian terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Topik atau judul yang menarik minat
b. Topik atau judul yang dipilih mampu untuk dilaksanakan peneliti, peneliti perlu mempertimbangkan beberapa hal yang berhubungan dengan:
1) Tersedianya sumber data
2) Perolehan data
3) Tersedianya alat pengumpul data yang sesuai
4) Tersedianya dana dan tenaga untuk pengumpulan data
c. Judul hendaknya mengandung kegunaan praktis dan penting untuk diteliti.
d. Dalam menentukan topik atau judul haruslah dihindari terjadinya duplikasi dengan judul lain.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan agar judul atau topik kita memenuhi syarat sebagai judul atau topik yang tepat dan baik, yaitu:
a. Judul ditulis dalam kalimat pernyataan bukan pertanyaan
b. Cukup jelas, singkat dan tepat
c. Berisi variabel-variabel yang akan diteliti
d. Judul menggambarkan keseluruhan isi dan kegiatan penelitian yang dilakukan.
2. Merumuskan Masalah
Rumusan masalah penelitian yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
b. Masalah dirumuskan dalam kalimat yang sederhana
c. Rumusan masalah harus mencerminkan keinginan yang hendak dicapai
d. Rumusan masalah tidak mempersulit pencarian data lapangan
e. Rumusan masalah harus direfleksikan ke dalam judul penelitian
Rumusan masalah lebih spesifik dan operasional daripada judul penelitian. Hal ini dimaksudkan agar peneliti lebih mudah dan terarah dalam menyusun instrumen pengumpul data, seperti kuesioner atau daftar pertanyaan wawancara.
Berikut ini adalah contoh bahwa rumusan masalah lebih spesifik dan operasional daripada judul penelitian.
Judul Penelitian : Minat remaja terhadap Akademi Fantasi Indosiar
Rumusan masalah : Bagaimana minat remaja terhadap Akademi Fantasi Indosiar?
Rumusan masalah dapat terdiri dari beberapa variabel. Variabel adalah faktor yang apabila diukur memerikan nilai yang bervariasi. Contoh jenis kelamin, tingkat kecerdasan, hasil belajar, usia. Dilihat dari fungsinya dalam penelitian
Contoh rumusan masalah penelitian yang menggunakan variabel:
“Apakah latar belakang pendidikan yang berbeda memberi pengaruh terhadap prestasi kerjas karyawan PT. Rafa Indonet?”
Variabel bebas : latar belakang pendidikan
Variabel tergantung : prestasi kerja karyawan
3. Hipotesis
Hipotesis secara harfiah diartikan sebagai dugaan sementara tentang kemungkinan jawaban yang akan diperoleh si peneliti. Dalam suatu penelitian, hipotesis adalah suatu pernyataan yang menghubungkan dua variabel. Jadi, pernyataan dalam suatu hipotesis harus menyatakan dengan jelas bagaimana hubungan atau keterkaitan antara variabel-varibel yang ditentukan.
Pada umumnya ada dua hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
a. Hipotesis kerja
Yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara dua variabel dalam masalah penelitian. Misalnya, “terdapat pengaruh positif antara minat baca dan prestasi belajar siswa”.
b. Hipotesis statistik atau hipotesis nol
Yaitu hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel-variabel dalam masalah tersebut. Misalnya, “Tidak terdapat pengaruh positif antara pemberian julukan atau labeling terhadap penyimpangan sosial”.
Menurut Borg dan Gall, ada empat kriteria untuk mengembangkan hipotesis yang baik. Kriteria itu antara lain:
a. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan antara dua variabel.
b. Peneliti harus memiliki alasan yang tepat dan didasarkan pada teori atau bukti untuk mempertimbangkan bahwa hipotesis itu layak diuji kebenarannya.
c. Sebuah hipotesis harus bisa diuji, artinya variabel yang ada di dalamnya harus bisa diukur.
d. Hipotesis harus dirumuskan sesingkat mungkin demi kejelasannya.
4. Variabel
Variabel penelitian memiliki posisi yang penting dalam penelitian. Setiap penelitian memang harus memiliki beberapa variabel. Pada hakikatnya, permasalahan penelitian pada akhirnya harus diterjemahkan dalam berbagai variabel penelitian agar permasalahan tersebut bisa terjawab dengan suatu penelitian. Variabel adalah setiap karakteristik yang memiliki variasi nilai.
Variabel dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu menurut kedudukannya dalam analisis dan menurut jenis.
a. Menurut kedudukannya dalam analisis
1) Variabel bebas (independen variable)
Adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel terikat.
2) Variabel terikat/tergantung (dependent variable)
Adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas.
b. Menurut jenis
1) Organismic variable
Adalah variabel yang karakteristiknya berkaitan erat dengan individu manusia, seperti jenis kelamin, intelegensi, dan sikap.
2) Intervening variable
Adalah variabel yang keberadaannya hanya dapat disimpulkan dari adanya suatu teori tertentu, tetapi tidak dapat dimanipulasi atau dikur.
3) Control variable
Merupakan variabel penelitian yang dampaknya terhadap dependent variable dapat diketahui oleh peneliti.
4) Moderator variable
Adalah variabel penelitian yang memiliki akibat secara tidak langsung terhadap dependent variable. Artinya, variabel tersebut dapat memperkuat atau melemahkan hubungan atau pengaruh independet variable terhadap dependent variable.
5. Memilih Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian (populasi). Tujuan penentuan sampel adalah untuk memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati sebagian saja dari populasi.
Suatu metode pengambilan sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh popolasi yang diteliti
b. Dapat menentukan hasil penelitian
c. Sederhana dan mudah dilaksanakan
d. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang serendah-rendahnya.
e. Merupakan penghematan yang nyata dalam soal waktu, tentaga dan biaya.
Cara-Cara Pengambilan Sampel
a. Sampel Random (Sampel Acak)
Acak maksudnya setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih ke dalam keseluruhan unit populasi.
b. Sampel Berstrata (stratified sampling)
Apabila populasi terbagi atas tingkat atau strata maka pengambilan sampel harus diwakili oleh setiap strata. Contohnya penelitian tentang kehadiran siswa, peneliti harus mengambil sampel dari wakil tiap-tiap tingkatan kelas.
c. Sampel Wilayah (area sampling)
Dilakukan apabila terdapat perbedaan ciri antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Sampel wilayah adalah cara yang dilakukan dnegna mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi. Misalnya suatu Provinsi yang dibagi atas 10 daerah dipilih beberapa daerah secara random untuk dijadikan sampel.
d. Cluster Sampling
Adalah sampel yang ditarik dengan cara memilih secara random beberapa strata. Seluruh anggota strata yang terpilih atau sebagian besar dimasukkan ke dalam sampel.
e. Sampel Proporsi
Sampel ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Kadangkala banyaknya subjek pada setiap strata atau wilayah tidak sama, maka pengambilan subjek dari setiap strata atau wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah.
e. Sampel Bertujuan (purposif)
Pemilihan sampel dilakukan atas dasar tujuan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian
6. Mengenali Jenis-Jenis Data
a. Pengertian
Data ialah bahan keterangan yang berupa himpunan fakta-fakta, angka-angka, huruf-huruf, kata-kata, grafik, tabel, gambar dan lambing-lambang yang menyatakan sesuatu pemikiran, obyek, kondisi dan situasi. Dapat pula dikatakan bahwa data adalah kejadian-kejadian khas yang dinyatakan sebagai fakta tetapi dalam bentuk hasil pengukuran seperti jumlah pemuda yang putus sekolah, angka kematian bayi dan sebagainya.
b. Kegunaan Data
1) Untuk mengetahui atau memperoleh gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Misalnya, pemerintah mengumpulkan data tentang pendidikan, data penduduk dan sebagainya.
2) Untuk membuat keputusan atau memecahkan persoalan. Setiap persoalan yang timbul pasti ada penyebabnya. Memecahkan persoalan berarti berusaha menghilangkan faktor penyebab tersebut.
c. Jenis-jenis data
Menurut cara memperoleh atau sumbernya, data terdiri dati:
1) Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dari tangan pertama. Misalnya petugas sensus penduduk mendatangi setiap rumah tangga dan menanyakan tentang jumlah keluarga.
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain yang telah mengumpulkan dan mengolahnya. Misalnya suatu departemen memperoleh data dari Biro pusat statistik.
Menurut sifatnya, data terdiri dari:
1) Data kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk angka.
2) Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka.
Secara garis besar data penelitian dapat dibedakan menjadi empat yaitu: data nominal, ordinal, interval dan rasio.
a. Data nominal (data diskrit)
adalah data yang hanya dapat dikelompokkan secara terpisah menjadi dua atau beberapa kelompok yang tidak ada hubungannya, disebut juga data diskrit, pilah, kategorik. Data nominal memisahkan antara sesuatu yang termasuk ke dalam kategori tertentu dan yang tidak.
Sebagai contoh data nominal:
1) Data yang dipisahkan menjadi dua dengan kategori “ya” dan “tidak”, “laki-laki dan wanita”. Perbedaan ini disebut “dikhotomi”.
2) Data yang dapat dipisahkan menjadi beberapa kategori dan antara kategori yang satu dengan kategori yang lain tidak merupakan kelanjutan. Jika seseorang atau sesuatu sudah digolongkan ke dalam suatu kategori tidaklah mungkin menjadi anggota dari kategori yang lain. Contoh kategori : “kawin”, “belum kawin”, “janda”, “duda”.
3) Data yang ditunjukkan oleh bilangan-bilangan yang bukan merupakan hasil penghitungan tetapi hasil pencacahan , misalnya banyaknya benda, banyaknya orang, banyaknya kejadian dan sebagainya. Contoh: “banyaknya pensil ada 120 buah”.
4) Data yang ditunjukkan oleh bilangan-bilangan bukan hasil perhitungan dan juga bukan hasil pencacahan, misalnya nomer rumah, nomer telpon, nomer urut dan sebagainya.
b. Data Ordinal
Data ordinal adalah data yang menunjuk pada tingkatan sesuatu. Istilah “ordinal” sendiri sudah menunjuk pada “tingkatan”. Dalam bidang pendidikan data ordinal dapat dikenakan pada semua predikat yang menunjukkan tingkatan. Pandai, Kurang pandai dan Tidak pandai, menunjukkan pada tingkata kepandaian. Di dalam kaitan dengan analisis data, terhadap data ordinal seringkali diberikan “skor” sesuai tingkatannya. Istilah “skor” diberi tanda petik karena skor tersebut bukan skor sebenarnya, tetapi hanya sebagai atribut yang menunjukkan tinggatan.
Contoh : “Sangat pandai …………. diberi atribut 5
“Pandai” …………. diberi atribut 4
“Sedang” …………. diberi atribut 3
“Bodoh” …………. diberi atribut 2
“Sangat Bodoh” …………. diberi atribut 1
c. Data Interval
Data interval tergolong sebagai data yang mempunyai tingkatan lebih tinggi lagi dibandingkan dengan data ordinal karena mempunyai tingkatan yang lebih banyak lagi. Data interval menunjukkan adanya jarak antara data yang satu dengan data yang lain.
Contoh : Sepuluh orang siswa mendapat nilai hasil ulangan umum IPS dengan variasi antara 1 dan 10. Di antara sepuluh orang siswa tersebut : nilai Surti 8, nilai Amir 10, nilai Wahyu 4. Dalam pengertian data, nilai-nilai merupakan interval karena antara satu nilai dengan yang lain diketahui jaraknya. Antara 8 dengan 10 berjarak 2; antara nilai 8 dengan 4 berjarak 4. Namun yang kita ketahui hanya jaraknya dan tidak boleh mengatakan perbandingan terhadap nilai-nilai tersebut. Jika nilai Surti 8 dan nilai Wahyu 4 tidak boleh diartikan bahwa kepandaian Surti dau kali kepandaian Wahyu.
e. Data Rasio
Data rasio merupakan data yang lebih tinggi tingkatannya dari data interval, karena dalam data rasion diperbolehkan perbandingan. Contoh: berat badan Ibu adalah 50 kg sedangkan berat badan noni adalah 10 kg. Dengan demikian maka berat badan ibu adalah 5 kali lipat berat badan Noni. Berat 50 kg mengandung arti bahwa berat tersebut dibandingkan dengan satuan berat yang digunakan sebagai ukuran. Satuan ukuran tersebut adalah “kilogram” yang merupakan satuan ukuran yang sudah terstandar. Disamping itu masih banyak lagi satuan ukuran terstandar yang lian seperti meter, mil inci, dan sebagainya.
7. Menentukan metode penelitian
Dalam penelitian ada dua metode utama, yaitu metode kuantitif dan metode kualitatif.
a. Metode kuantitatif adalah metode yang menitikberatkan pada pengolahan data yang diklasifikasikan dengan angka.
Contoh :
Penduduk kota Jambi berjumlah 175.000 jiwa
Jumlah petani di Desa Bagan Pete 5000 orang
b. Metode kuantitatif adalah pendekatan yang dipakai untuk mendapatkan data dan tidak dinyatakan dengan angka
Contoh :
Siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Sungai Pagu rajin
Menurut pendapat siswa pembelajaran e-learning menyenangkan dan menantang
PENGUMPULAN DATA
A. Pengantar
Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian. Oleh karena itu, pengumpulan data harus dilakukan secara sistematis, terarah dan sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam proses pengumpulan data, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
a. Jenis data yang diperoleh
b. Sumber data
c. Penyusunan instrumen sebagai alat untuk mengumpulkan data
d. Jumlah data yang diperlukan
e. Siapa saja yang menjadi responden dan bagaimana cara menghubunginya
f. Mempersiapkan orang-orang yang akan diminta bantuannya untuk mengumpulkan data
g. Menyiapkan surat izin untuk meneliti seseorang atau instansi tertentu
h. Biaya yang diperlukan untuk mengumpulkan data
B. Analisis Isi
Analisis isi dalam pelaksanaan penelitian bertujuan untuk mengungkapkan isi sebuah buku atau bacaan di media yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu buku atau bacaan di media masa itu ditulis.
Dalam melakukan analisis, seorang peneliti dapat menghitung:
a. Frekuensi munculnya suatu konsep tertentu
b. Penyusunan kalimat menurut pola yang sama
c. Kelemahan pola berpikir yang sama
d. Cara menyajikan bahan ilustrasi, gambar dan lain-lain
Selain itu dengan cara ini dapat dibandingkan antara satu buku dengan buku yang lain dalam bidang yang sama, baik berdasarkan perbedaan waktu penulisannya maupun mengenai kemampuan buku-buku tersebut mencapai sasarannya sebagai bahan yang disajikan kepada masyarakat atau sekelompok masyarakat tertentu.
C. Observasi
Dalam pengertian psikologi, observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan pengecapan. Semua kegiatan itu disebut pengamatan atau observasi langsung.
Observasi ada dua macam, yaitu:
1. Observasi partisipasi
Dalam melakukan observasi partisipasi, pengamat ikut terlibat dalam kegiatan yang sedang diamatinya. Contohnya seorang antropolog yang tinggal bersama orang sakai di Riau untuk keperluan penelitian.
2. Observasi non partisipasi
Dalam melakukan observasi, pengamat tidak terlibat langsung dalam kegiatan orang yang sedang diamatinya.
D. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan di penjawab atau responden.
Hal-hal yang membedakan wawancara dengan percakapan biasa sehari-hari adalah:
a. Pewawancara dan responden pada umumnya belum saling mengenal
b. Pewawancara selalu bertanya
c. Responden selalu menjawab
d. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti alur pembicaraan yang telah disiapkan sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan “interview guide”
e. Pewawancara bersifat netral
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil wawancara
a. Pewawancara → diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada responden dan dapat merangsang responden untuk menjawabnya
b. Responden
c. Topik penelitian yang tertuan dalam daftar pertanyaan
d. Situasi wawancara → proses wawancara sangat dipengaruhi oleh situasi wawancara karena faktor waktu, tempat ada tidaknya orang ketiga dan sikap masyarakat pada umumnya.
2. Sikap pewawancara
Netral → jangan menentang atau bereaksi terhadap jawaban responden
Ramah → kesan yang diberikan akan besar pengaruhnya terhadap diri responded
Adil → tidak memihak, semua responden harus diperlakukan sama
Hindarkan ketegangan → hindarilah kesan seolah-olah responden sedang diuji
Panduan (pedoman) wawancara perlu juga disiapkan, agar hal-hal seperti tersebut di atas dapat dipenuhi. Panduan wawancara ini ada dua macam, yaitu:
a. Pertanyaan berstruktur
Yaitu pertanyaan yang semuanya telah dirumuskan sebelumnya dengan cermat, biasanya secara tertulis. Responden tinggal memilih di antara jawaban yang disediakan. Contoh:
Apakah anda setuju jika murid yang merokok dikeluarkan dari sekolah?
Sangat setuju
Setuju
Tidak tahu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Pertanyaan terbuka
Yaitu pertanyaan yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab sesuai dengan keinginannya sendiri dan memberikan komentar terhadap jawaban pertama yang berstruktur.
Contoh: Bagaimana pendapat anda jika murid yang merokok dikeluarkan dari sekolah?
3. Keuntungan wawancara
a. Dapat diperoleh keterangan sedalam-dalamnya mengenai suatu masalah
b. Informasi yang diinginkan dapat diperoleh dengan cepat
c. Dapat dipastikan bahwa memang betul respondenlah yang memberikan jawaban
d. Cara bertanya lebih fleksibel
e. Pewawancara yang sensitif dapat menilai gerak-gerik, nada suara dan air muka responden
f. Informasi yang diperoleh lebih dipercayai kebenarannya
g. Responden akan lebih bersedia mengungkapkan keterangan-keterangan yang enggan diberikan dalam angket tertulis
4. Kelemahan wawancara
a. Terdapat kesangsian akan kebenaran jawaban yang diperoleh
b. Kondisi pewawancara tidak selalu stabil
c. Adanya perbedaan antara pribadi dan keterampilan para petugas peneliti
d. Lebih banyak diperlukan biaya
f. Menggunakan sejumlah pewawancara memerlukan usaha untuk memilih, melatih dan mengawasi pekerja lapangan
g. Menemui responden bukan pekerjaan muda
PENGOLAHAN DATA
A. Mengelompokkan Data
Setelah data dikumpulkan lengkap dari lapangan, tahap berikut yang harus dikerjakan adalah mengelompokkan dan menganalisis data. Jadi data yang dikumpulkan akan digunakan untuk:
1. Memecahkan masalah-masalah yang ada
2. Mengambil/menyarankan kebijakan
3. Mencapai tujuan
Analisis data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan ini tergantung pada sifat data yang dikumpulkan oleh si peneliti. Apabila data yang dikumpulkan itu hanya sedikit dan berbentuk kasus-kasus, maka analisisnya pasti kualitatif. Demikian pula, kalau data yang dikumpulkan itu berjumlah besar dan mudah untuk diklasifikasikan, maka analisisnya kuantitatif dan disebut juga analisis statistik. Proses pengolahan data dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap pendahuluan atau pengolahan data
2. Tahap kedua atau tahap pokok, yaitu tahap pengorganisasian data
3. Tahap ketiga adalah tahap penemuan hasil
1. Tahap Pengolahan Data
Setelah si peneliti pulang dari lapangan, seluruh berkas catatan informasi akan diserahkan kepada para pengolah data. Tugas pengolah data yang pertama-tama adalah meneliti kembali catatan para pencari data itu untuk mengatahui apakan catatan itu dapat disiapkan untuk melakukan proses berikutnya. Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:
a. Editing
Editing merupakan meneliti kembali catatan-catatan yang telah kembalid ari lapangan. Editing dilakukan terhadap kuesioner-kuesioner yang disusun secara berstruktur dan diisi lewat wawancara formal. Hal-hal yang diteliti kembali dalam editing meliputi:
Keterbacaan tulisan
Lengkapnya pengisian
Kejelasan makna jawaban
Relevansi jawaban
Keajegan dan kesesuaian jawaban satu sama lain
Keseragaman satuan data
b. Coding (pengkodean)
Setelah editing diselesaikan, kegiatan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah memberi kode (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan memberi tanda (simbol) yang berupa angka pada jawaban responden yang diterima. Tujuan pengkodean adalah untuk menyederhanakan jawaban responden. Jadi coding ialah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya yang dilakukan dengan menandai masing-masing jawaban dalam bentuk angka.
Pemberian kode dapat dilakukan dengan melihat jenis pertanyaannya. Maka, pengkodean dapat dibedakan atas:
Jawaban berupa angka
Pertanyaan yang jawabannya berupa angka seperti pertanyaan tentang umur, jumlah anak, penghasilan dan sebagainya. Jawaban semacam itu tidak perlu diubah menjadi kode. Misalnya:
Jawaban kode
Umur : 47 th
Jumlah anak : 4 orang
Penghasilan : Rp. 410.000,-
2. Tahap Pengorganisasian Data
Setelah kode diberikan, akan diperoleh data jawaban yang seluruhnya berada dalam keadaan sudah terdistribusi ke dalam kategori-kategori. Setiap kategori telah memuat data dalam jumlah atau frekuensi tertentu. Pengorganisasian data perlu dilakukan dalam bentuk tabel, baik tabel frekuensi maupun tabel silang.
a. Tabel Frekuensi
Untuk mengetahui besarnya frekuensi data masing-masing kategori perlu dilakukan perhitungan dan disusun dalam tabel frekuensi. Cara menghitung frekuensi yang paling sederhana adalah dengan cara men-talli.
b. Tabulasi
Tabulasi artinya menyusun data ke dalam bentuk tabel. Pada tahap ini data dianggap telah selesai diproses. Melalui tabulasi, data dari lapangan akan tampak ringkas dan bersifat merangkum. Dalam keadaannya yang ringkas dan tersusun dalam tabel yang baik, data akan dapat mudah dipahami.
c. Tabulasi Silang
Tabulasi silang dibuat dengan jalan memecah setiap kesatuan data ke dalam setiap kategori menjadi dua atau tiga atau lebih sub-kesatuan. Pemecahan ini dilakukan atas suatu kriteria baru yang lain