Kita mesti tahu bahwa kita hidup dipenghujung akhir zaman,
 bila standard akhir zamannya didasarkan pada sabda Rasulullah atau 
atsar (perkataan) para sahabat. Namun secara ilmiah tentu bukan ahlinya blog ceramah singkat
 untuk membicarakannya. Salah satu contoh hadits tanda-tanda akhir zaman
 misalnya, orang orang sudah tidak lagi peduli dengan apa yang 
dimilikinya, termasuk dengan yang ia makan, apakah dari sumber yang 
halal atau sumber yang haram. Rasulullah bersabda: 
َ يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلَالِ أَمْ مِنْ الْحَرَامِ   
"Akan datang suatu masa pada manusia, seseorang tidak peduli terhadap
 apa yang digenggamnya, apakah dari halal atau dari yang haram" (HR al Bukhari, kitab al Buyu’, bab Man Lam Yubali min Haitsu Kasaba al Mal (4/296)
Termasuk perluasan makna dari "apa yang digenggam" sebagaimana yanag 
tercantum di dalam hadits diatas adalah pakaian, rumah, kendaraan mobil
 dan sederet kebutuhan hidup pelengkap lainnya. adalah sulit dipugkiri 
praktik manipulasi dalam kehidupan sehari-hari akhr-akhir ini makin 
menggila, korupsi merajalela, praktik pencurian dan transaksi bathil 
lainnya juga terus meningkat, semua modus haram diatas tersebut 
menunjukkan kepedulian terhadap yang halal sudah menipis, jika di 
kaitkan dengan sabda Nabi saw di atas berarti telah memberi informasi 
kepada kita bahwa saat ini kita sedang hidup di akhir zaman
Hasil yang didapat dari modus yang haram dihukumi haram juga, dalam 
istilah fiqh disebut haram sababiy atau haram karena sebab 
memperolehnya, meskipun secara dzatnya halal. Bisa jadi makanan buah 
segar dihalalkan oleh syareat agama, tetapi oleh karena sebab 
memperolehnya dibeli dari hasil uang korupsi, maka makanan buah segar 
tadi  hakekatnya menurut pandangan agama adalah makanan yang haram. 
Keadaan zaman yang carut marut ini
 diperperah oleh minimnya semangat untuk ber-pengetahuan agama, padahal 
secara lengkap termaktub di dalam al Al Quran & dijelaskan secara 
rinci oleh Hadits, jangankan arti teks yang dibaca, membacanya saja 
jarang. Dahulu kala pada saat saya masih kecil,  bangunan masjid masih 
sederhana namun menjadi tambatan tempat yang indah untuk bermunajat 
kepada Allah, sekarang masjid megah yang tersisisa hanya kemegahannya 
saja, jamaahnya sedikit entah kemana. Kondisi semacam ini sudah pernah 
di sampaikan oleh Ali bin Abi Tholib dalam sebuah atsarnya, Ali kw 
pernah mengatakan
" Akan datang suatu masa di mana Islam tinggal namanya, Al quran 
tinggal tulisannya, mereka membangun masjid megah tetapi kosong dari 
dzikir kepada Allah ta'ala". 
Sekarang apa yang diprediksikan oleh Ali ra makin nyata kebenarannya, 
Islam lebih disimbolkan ketimbang diamalkan, al quran dikeramatkan 
tulisannya, di agungkan tempat dan tata letaknya dalam rumah, rapi dan 
tertata tapi jarang dibaca. 
Seharusnya al Quran dijadikan sebagai bahan merenung, bukan disimpan 
sebagai pajangan belaka. tak jarang sampai berdebu bak jimat mujarab yang tidak boleh di sentuh.
Baru-baru ini berita sangat mengagetkan sekali, di duga ada
 praktik koruptif pengadaan al Quran, kitab suci sebagai pedoman ummat 
untuk memerangi korupsi justru dijadikan sebagai obyek melangsungkan 
praktik korupsi. Beruntung kita masih punya Iman kuat, taat terhadap 
perintah & patuh menjauhi larangan-Nya. Dalam sebuah hadits yang 
diriwayatkan Abu Hurairah dari Az-zuhri, Rasulullah bersabda: "