A. Pendahuluan
Bahasa merupakan alat komunkasi dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu, setiap masyarakat memiliki bahasa, meskipun wujudnya tidak selalu sama. Bahasa dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan merupakan bahasa primer. Sebaliknya, bahasa tulis merupakan bahasa sekunder. Meskipun sebagai bahasa sekunder, bukan berarti manfaatnya dapat diabaikan. Ada banyak hal yang dapat disampaikan dengan bahasa tulis. Bahkan, sesuatu yang sulit diungkapkan secara lisan, sering kali mudah diungkapkan dengan bahasa tulis. Berbagai informasi penting sering kali juga lebih efektif jika disampaikan dengan bahasa tulis.
Penggunaan bahasa tulis, antara lain, dapat kita temukan dalam teks berita, slogan atau poster, dan buku pengetahuan populer. Penggunaan bahasa tersebut diwujudkan dalam beragam kalimat. Perbedaan ragam kalimat yang digunakan pada koran, slogan atau poster, dan buku ilmu pengetahuan populer, menunjukkan bahwa kalimat dapat disusun sedemikian rupa untuk berbagai tujuan.
Dalam bahasa indonesia ada bermacam-macam jenis kalimat atau ragam kalimat, jenis atau ragam kalimat yang akan kita gunakan dapat ditentukan berdasarkan maksud yang ingin kita sampaikan melalui kalimat tersebut. Misalnya, untuk bertanya, kita dapat menggunakan kalimat tanya yang merupakan bagian dari ragam kalimat berdasarkan makna yang ditimbulkannya atau berdasarkan isi dan intonasinya. Dalam makalah ini akan diuraikan ragam kalimat berdasarkan jumlah klausa dan hubungan antarklausa yang terfokus pada kalimat majemuk.
B. Pembahasan
- Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua kalimat atau lebih yang dipadukan menjadi satu.[1] Dalam pengertian lain disebutkan, Kalimat majemuk merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal. Kalimat yang baru mengandung dua atau lebih klausa[2] kalimat. Penggabungan dua klausa itu ditandai dengan penggunaan kata penghubung (konjungsi).[3]
Dalam bahasa Indonesia, berdasarkan kedudukan klausanya terdapat dua jenis kalimat majemuk yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Dua jenis kalimat majemuk tersebut akan diuraikan lebih rinci pada pembahasan di bawah ini:
a. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua atau lebih klausa dan hubungan klausa-klausa tersebut setara atau sederajat.[4] Kalimat majemuk setara juga diartikan sebagai kalimat majemuk yang mengandung beberapa pola kalimat dalam hubungan setara. Kalimat tersebut merupakan gabungan beberapa kalimat tunggal yang setara.[5] Kalimat majemuk setara digolongkan kedalam empat bagian, yakni:
1) Kalimat majemuk setara penjumlahan
Kalimat majemuk setara penjumlahan disusun dengan menggabungkan dua klausa menggunakan kata hubung dan, lagi, selain, dan sesudah itu. Kata hubung lain yang biasa dipakai dalam kalimat majemuk setara penjumlahan adalah kata hubung serta, dan lagi, lagi pula, di samping, tambahan pula, dan tambahan lagi.
Contoh:
a) Adik makan roti dan minum susu.
b) Ayu membersihkan rumah dan menyapu halaman.
2) Kalimat majemuk setara memilih
Kata hubung yang digunakan dalam kalimat majemuk setara memilih adalah atau, dan baik..........maupun.
Contoh:
a) Kamu akan belajar atau bermain.
b) Baik ayah maupun ibu memintaku segera pulang.
3) Kalimat majemuk setara mempertentangkan
Kalimat majemuk setara mempertentangkan atau makna perlawanan menggunakan kata hubung tetapi, namun, meliankan, padahal, hanya, walaupun, dansedang.
Contoh:
a) Bajunya sudah dicuci, tetapi masih kotor.
b) Tugasnya belum selesai, padahal harus segera dikumpul.
4) Kalimat majemuk setara perurutan
Kalimat majemuk setara perurutan ditandai dengan kata hubung lalu, kemudiandan lantas.
Contoh:
a) Jali mengambil air wudhu, lalu masuk ke mushala.
b) Doni makan siang kemudian beristirahat.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang terdiri atas satu klausa bebas dan satu atau beberapa klausa terikat. Klausa bebas dalam kalimat majemuk bertingkat disebut induk kalimat. Adapun klausa terikatnya disebut anak kalimat.[6]Kalimat majemuk bertingkat didapatkan dengan menggabungkan dua klausa yang tidak setara.
Contoh: Budi menaikai tangga dengan hati-hati
agar tidak jatuh
Penjabaran kalimat tersebut:
Induk kalimat
|
Anak kalimat
|
Sama halnya dengan kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat juga ditandai dengan penggunaan kata penghubung. Setiap kata penghubung menandai makana yang berbeda. Berikut ini kelompok kata penghubung yang dimaksud beserta makna yang ditimbulkannya:
1) Makna ’waktu’
a) Kata penghubung yang menyatakan ’waktu permulaan’ meliputi semenjak sedari, dan sejak.
Contoh:
- Semenjak lulus SMA, Lani merantau ke Bandung.
b) Kata penghubung yang menyatakan ’waktu bersamaan’ meliputi sewaktu, ketika, tatkala, seraya, sambil, selagi, sementara, dan selama.
Contoh:
- Zainal berlari seraya menyenandungkan lagu.
c) Kata penghubung yang menyatakan ’waktu berurutan’ meliputi setelah, sebelum, begitu, sesudah, dan seusai.
Contoh:
- Seusai salat, Mutofa berzikir.
2) Makna ’syarat’
Kata penghubung yang menimbulkan makna syarat meliputi jikalau, seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, kalau, apabila, dan bilamana. Dalam penggunaannya kata penghubung tersebut bisa saling menggantikan.
Contoh:
- Kami pasti akan datang jikalau diundang.
3) Makna ’tujuan’
Kata penghung untuk menyatakan tujuan atau makna tujuan meliputi agar, biar,dan supaya.
Contoh:
- Rumah itu direnivasi agar layak dihuni.
4) Makna ’konsesif’ (menyatakan kondisi yang berlawanan)
Kata penghubung yang menyatakan kondisi yang yang berlawanan (konsesif) meliputi walau, walaupun, kendati, kendatipun, meski, meskipun, dan sungguhpun.
Contoh:
- Walau dengan modal terbatas, dia nekat membuka warung.
5) Makna ’pembandingan’
Kata penghubung yang menyatakan makna pembandingan meliputi seperti, ibarat, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, dan alih-alih
Contoh:
- Wajah dua bersaudara kembar itu laksana pinang dibelah dua.
6) Makna ’sebab’
Kata penghubung yang menyatakan makna sebab meliputi karena, oleh karena, lantaran, sebab, berkat, dan akibat. Dua kata penghubung terakhir digunakan untuk menyatakan keberhasilan (berkat) dan hal yang tidak menyenangkan (akibat).
Contoh:
- Wajah andi pucat lantaran sakit.
- Ia berhasil meraih gelar juara berkat ketekunannya dalam berlatih.
7) Makna ’akibat’
Kata penghubung yang menandai makna akibat meliputi hingga, sehingga, sampai, sampai-sampai, dan maka.
Contoh:
- Perselisihan kedua warga itu makin meruncing hingga kepala desa turun tangan.
8) Makna ’sangkalan’[7]
Kata penghubung untuk menyatakan makna sangkalan meliputi seakan, seakan-akan, dan seolah-olah.
Contoh:
Gusti meninggalkan teman-temannya seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
9) Makna ’pengandaian’
Kata penghubung yang menyatakan pengandaian meliputi andaikan, andaikata, seandainya, sekiranya, dan seumpama.
Contoh:
- Andaikan aku punya sayap, aku akan terbang tinggi.
10) Makna ’kenyataan’
Kata penghubung yang menyatakan makna kenyataan ada dua, yaitu: padahaldan sedangkan. Namun kedua kata penghubung ini tidak dapat saling menggantikan.
Contoh:
- Ayah diam saja, padahal beliau tahu aku dan adik bertengkar.
- Rina menggunakan kerudung putih, sedangkan rani kerudung biru.
11) Makna ’penjelasan’
Kata penghubung yang menyatakan penjelasan hanya satu, yakni bahwa.
Contoh:
- Pengumumen itu itu menjelaskan bahwa semua siswa diwajibkan datang tepat waktu.
12) Makna ’hasil’
Kata penghubungyang menyatakan hasil juga hanya satu yaitu makanya.
Contoh:
- Jalan itu berlubang, makanya banyak pengendara motor yang terjatuh.
13) Makna ’cara’
Kata penghubung yang menyatakan maknacara meliputi dengan dan tanpa.
Contoh:
- Dengan mengedepankan mutu, Madrasah Tsanawiyah ini diminati banyak siswa.
- Wajahmu sudah kelihatan putih tanpa kamu olesi dengan pemutih.
14) Makna ’penerang’
Kata penghubung yang menyatan penerang adalah yang.
Contoh:
- Anak kecil yang bermain ditaman sekarang dirawat dirumah sakit.
15) Makna ’perkecualian’
Kata penghubung yang menyatakan perkecualian meliputi kecuali dan selain.
Contoh:
- Para pedagang tidak mau pindah lokasi, kecuali ada jaminan ganti rugi.
- Selain mengunjungi Pantai Ancol, kami juga mengunjungi lokasi wisata lain.
16) Makna ’lebih’[8]
Kata penghubung yang menyatakan makna lebih adalah bahkan.
Contoh:
- Rudi bersedia membantu, bahkan ia rela meminjamkan mobilnya.
C. Penutup
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua kalimat atau lebih yang dipadukan menjadi satu. Dalam pengertian lain disebutkan, Kalimat majemuk merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal. Kalimat yang baru mengandung dua atau lebih klausa kalimat. Penggabungan dua klausa itu ditandai dengan penggunaan kata penghubung (konjungsi).
Dalam bahasa Indonesia, berdasarkan kedudukan klausanya terdapat dua jenis kalimat majemuk yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua atau lebih klausa dan hubungan klausa-klausa tersebut setara atau sederajat. Kalimat majemuk setara juga diartikan sebagai kalimat majemuk yang mengandung beberapa pola kalimat dalam hubungan setara. Kalimat tersebut merupakan gabungan beberapa kalimat tunggal yang setara. Kalimat majemuk setara digolongkan kedalam empat bagian, yakni: Kalimat majemuk setara penjumlahan, Kalimat majemuk setara mempertentangkan, dan Kalimat majemuk setara perurutan
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang terdiri atas satu klausa bebas dan satu atau beberapa klausa terikat. Klausa bebas dalam kalimat majemuk bertingkat disebut induk kalimat. Adapun klausa terikatnya disebut anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat didapatkan dengan menggabungkan dua klausa yang tidak setara. Sama halnya dengan kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat juga ditandai dengan penggunaan kata penghubung. Setiap kata penghubung menandai makana yang berbeda.
[1]Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1990), Cet. Ke-2, h. 381
[2]Klausa merupakan rangkaian dari sejumlah kata, klausa disebut juga bagian-bagian kalimat
[3]M. G. Hesti Puji Rastuti, Seni Menyusun Kalimat, (Jakarta: Permata Equator Media, 2008), h. 35
[4]Fajar Rachmawati, Ragam kalimat Nonsastra, (Klaten: PT. Citra Aji Parama, 2008), h. 21
[5]M. G. Hesti Puji Rastuti, et. al., Menjelajahi dan Mempelajari Kalimat, (Klaten: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008), h. 56
[6]Fajar Rachmawati, Ragam kalimat Nonsastra, Op. Cit., h. 22
[7]M. G. Hesti Puji Rastuti, et. al., Menjelajahi dan Mempelajari Kalimat, Op. Cit., h. 61-68, lihat juga M. G. Hesti Puji Rastuti, Seni Menyusun Kalimat, Op. Cit., h. 40-44
[8]M. G. Hesti Puji Rastuti, Berkreasi dengan kalimat, (Klaten: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008), h. 51-58