PEMBANGUNAN KA’BAH DAN KEPUTUSAN RASULULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DI ANTARA ORANG-ORANG QURAISY DALAM PELETAKAN BATU



Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berusia dua puluh lima tahun, orang-orang Quraisy sepakat membangun Ka’bah. Mereka ingin memberi atap Ka’bah, namun mereka takut meruntuhkannya. Tadinya Ka’bah dibangun di atas ketinggian rata-rata orang. Oleh karena itu, mereka ingin meninggikannya dan memberi atap padanya.
 Penyebabnya adalah karena beberapa orang telah mencuri harta yang ada di dalam Ka’bah. Harta tersebut di simpan di sumur di dalam Ka’bah. Harta tersebut ditemukan di rumah Duwaik, mantan budak Bani Mulaih bin Amr bin Khuza’ah.”
 lbnu Hisyam berkata, “Kemudian orang-orang Quraisy memotong tangan Duwaik.”
 Ibnu Ishaq berkata, “Orang-Qrang Quraisy berkata bahwa orang-orang yang mencuri harta dari Ka’bah sengaja meletakkan hasil curiannya di rumah Duwaik. Ketika itu, laut melemparkan perahu milik salah seorang pedagang Romawi ke Jeddah. Perahu tersebut pecah, kemudian orang-orang Quraisy mengambil kayu-kayunya dan menyiapkannya sebagai atap Ka’bah. Di Makkah terdapat tukang kayu dari Mesir. Dialah yang menyiapkan sebagian bahan untuk pembangunan Ka’bah.
Ketika mereka sedang bekerja,tiba-tiba ular keluar dari sumur Ka’bah, sumur tempat mereka memberikan sesajian setiap hari. Ular tersebut mendekati tembok Ka’bah. Itulah di antara yang ditakutkan orang-orang Quraisy, sebab setiap kali ada orang yang mencoba mendekat kepada ular tersebut, ia mengerisik dan membuka mulutnya.Mereka sangat takut kepada ular tersebut.
Pada suatu hari, ular tersebut sedang berada di tembok Ka’bah seperti biasanya, kemudian Allah mengirim burung kepadanya lalu burung tersebut menerkamnya dan membawanya pergi. Melihat kejadian tersebut, orang-orang Quraisy berkata, ‘Sesumgguhnya kita berharap Allah meridhai apa yang kita kerjakan. Kita mempunyai pekerja yang lembut, dan kayu. Sungguh Allah telah melindungi kita dari ular tersebut’.”
Kesepakatan Orang-orang Quraisy untuk Membangun Ka’bah dan Nasihat Abu Wahb kepada Mereka
Ibnu Ishaq berkata, “Ketika orang-orang Quraisy telah sepakat meruntuhkan Ka’bah kemudian membangunnya, berdirilah Abu Wahb bin Amr bin Aidz bin Abd bin Imran bin Makhzum (Ibnu Hisyam berkata bahwa Aidz adalah anak Imran bin Makhzum), kemudian mengambil batu dari Ka’bah, tapi batu tersebut meloncat dari tangannya dan kembali ke tempatnya semula. Abu Wahb berkata, ‘Hai orang-orang Quraisy, untuk membangun Ka’bah ini kalian jangan menggunakan dana kecuali uang yang halal. Tidak boleh digunakan uang hasil pelacuran, uang dari transaksi riba, dan uang yang diambil dari manusia dengan cara yang tidak adil.‘ Orang-orang Quraisy mengklaim bahwa ucapan tersebut adalah ucapan Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar’ bin Makhzum.”
lbnu lshaq berkata bahwa Abdullah bin Abu Najin Al-Makki berkata kepadaku bahwa ia diberitahu dari Abdullah bin Shafwan bin Umaiyyah bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka’ab bin Luai, bahwa ia melihat anak Ja’dah bin Hubairah bin Abu Wahb bin Amr sedang thawaf di Baitullah, kemudian ia bertanya kepada seseorang tentang orang tersebut. Ia diberi jawaban bahwa orang tersebut adalah anak Ja’dah bin Hubairah. Abdullah bin Shafwan’berkata, “Kakek orang inilah (maksudnya Abu Wahb) orang yang mengambil batu dari Ka’bah ketika orang-orang Quraisy sepakat untuk meruntuhkan Ka’bah, namun batu tersebut meloncat dari tangannya dan kembali ke tempat asalnya, kemudian Abu Wahb berkata, ‘Hai orang-orang Quraisy, untuk membangun Ka’bah ini kalian jangan menggunakan dana kecuali uang yang halal. Tidak boleh digunakan uang hasil pelacuran, uang dari transaksi riba, dan uang yang diambil dari manusia dengan cara yang tidak adil’.”
Pembagian Pembangunan Ka’bah di Antara Kabilah-kabilah Quraisy
Ibnu Ishaq berkata, “Orang-orang Quraisy membag-bagi Ka’bah. Pintu Ka’bah menjadi jatah Bani Abdu Manaf dan Zuhrah. Antara tiang Aswad dengan tiang Yamani menjadi jatah Bani Makhzum dan kabilah-kabilah Quraisy yang bergabung kepada mereka. Punggung Ka’bah menjadi jatah Bani Jumah dan Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka’ab bin Luai. Hajar Aswad menjadi jatah Bani Abduddaar bin Qushai, Bani Asad bin Al-Uzza, dan Bani Adi bin Ka’ab bin Luai.”
Al-Walid bin Al-Mughirah Orang Yang Pertama Kali Meruntuhkan Ka’bah
Ibnu Ishaq berkata, “Orang-orang Quraisy tidak berani meruntuhkan Ka’bah. Al-Walid bin Al-Mughirah berkata, ‘Aku yang memulai meruntuhkan Ka’bah.” Kemudian Al-Walid mengambil kapak, dan berdiri di depan Ka’bah,sambil berkata, ‘Ya Allah, kami tidak menginginkan melainkan kebaikan.’  la runtuhkan Ka’bah dari arah dua tiang Ka’bah. Pada malam itu, orang-orang Quraisy menunggu dengan cemas apa yang akan terjadi pada mereka.
Mereka berkata, ‘Kita tunggu saja. Jika Al-Walid terkena sesuatu, ia tidak akan meruntuhkan sedikit pun dari Ka’bah kemudian kita kembalikan seperti bentuk aslinya. Jika ia tidak terkena apa-apa, berarti Allah meridhai dan kita akan memntuhkannya.’ Keesokan harinya, Al-Walid bin Al-Mughirah berangkat untuk meneruskan kerjanya. Ia runtuhkan Ka’bah dengan diikuti orang-orang Quraisy hingga proses peruntuhan Ka’bah memasuki peruntuhan pondasi Ibrahim Alaihis-Salam. Pondasi tersebut adalah batu hijau seperti punuk unta yang saling merapat kepada sebagian yang lain.”
Kegagalan Usaha Mencabut Pondasi Ka’bah
Ibnu Ishaq berkata bahwa seorang perawi hadits berkata kepadaku bahwa seseorang dari Quraisy di antara orang-orang yang meruntuhkan Ka’bah memasukkan linggis di antara dua batu untuk mencabut salah satu dari dua batu tersebut. Ketika batu tersebut bergerak, tiba-tiba seluruh Makkah bergetar. Karena kejadian itu, mereka menghentikan upaya mencabut batu tersebut.
Ibnu Ishaq berkata bahwa aku diberi tahu orang-orang Quraisy menemukan tulisan dalam bahasa Ibrani di tiang Ka’bah dan mereka tidak mengerti tulisan tersebut hingga salah seorang Yahudi membacakannya kepada mereka.
Tulisan tersebut berbunyi, “Aku Allah pemilik Bakkah (Makkah) ini. Aku menciptakan Makkah pada saat Ku-ciptakan langit dan bumi, dan pada saat Ku-bentuk matahari dan bulan. Aku melindunginya dengan tujuh raja yang lurus. (Bakkah) Makkah tidak hancur hingga gunung di (Bakkah) Makkah hancur. Penduduknya diberkahi pada air dan susunya.”
Tulisan di Maqam
Ibnu Ishaq berkata bahwa aku diberi tahu mereka menemukan tulisan di atas Ka’bah. Tulisan tersebut berbunyi, “Makkah adalah Rumah Allah yang haram. Rezki Makkah datang dari tiga jalan. Makkah tidak bisa diubah menjadi tanah halal oleh orang nomor satu Makkah.”
Ibnu Ishaq berkata bahwa Laits bin Abu Sulaim menduga bahwa empat puluh tahun sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam—jika yang dikatakan Laits bin Abu Suliam ini benar—mereka menemukan batu di atas Ka’bah. Di batu tersebut tertulis, “Barangsiapa menanam kebaikan, ia menuai kebahagiaan. Barangsiapa menanam keburukan, ia memanen penyesalan. Kalian mengerjakan dosa-dosa, dan kalian dibalas dengan kebaikan-kebaikan Betul sekali sebagaimana anggur tidak bisa dipanen dari duri.”
Konflik Orang-orang Quraisy dalam Peletakan Hajar Aswad
Ibnu Ishaq berkata, “Semua kabilah di Quraisy mengumpulkan batu-batu untuk pembangunan Ka’bah. Setiap kabilah mengumpulkan batu sendiri-sendiri, kemudian mereka membangun Ka’bah. Ketika pembangunan memasuki tahap peletakan Hajar Aswad, mereka bertengkar. Setiap kabilah ingin mengangkat Hajar Aswad ke tempatnya tanpa melibatkan kabilah lainnya.
Itulah yang terjadi hingga mereka berdebat, saling sumpah, dan bersiap-siap untuk perang. Bani Abduddaar mendatangkan mangkok yang penuh dengan darah, kemudian mereka bersekutu dengan Bani Adi bin Ka’ab bin Luai untuk mati bersama dan memasukkan tangan mereka ke dalam mangkok darah tersebut. Oleh karena itu, mereka dinamakan La iaqatu Aa’-Dami (sesendok darah).  Orang-orang Quraisy selama empat atau lima malam dalam kondisi seperti itu.”
Penyelesaian Konflik
 Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian mereka bertemu di Masjidil Haram untuk berunding. Sebagian perawi mengaku bahwa Abu Umaiyyah bin Al-Mughirah bin Umar bin Makhzum, orang tertua di kalangan Quraisy berkata, ‘Hai orang-orang Quraisy, serahkan penyelesaian konflik kalian ini kepada orang yang pertama kali masuk ke dalam masjid.’ Mereka menuruti perintah Abu Umaiyyah bin Al-Mughirah, dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjadi orang yang pertama kali masuk ke dalam masjid.
 Ketika mereka melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sudah berada di dalam Masjid,mereka berkata, ‘Kami ridha terhadap orang yang terpercaya ini, Muhammad.’
 Ketika beliau bertemu dengan mereka, maka diceritakan kepada beliau, kemudian beliau berkata, ‘Serahkan kain Ka’bah kepadaku.’ Kain Ka’bah diberikan kepada beliau. Rasulullah mengambil Hajar Aswad yang diperebutkan, kemudian meletakkannya ke dalam kain dengan tangannya sendiri dan berkata, ‘Hendaklah setiap kepala kabilah memegang ujung kain, kemudian mengangkat kain tersebut bersama-sama.’ Mereka menuruti Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
 Ketika mereka tiba di tempat Hajar Aswad, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengambil Hajar Aswad dari kain tersebut kemudian meletakkannya di tempatnya.
Sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menerima wahyu,orang-orang Quraisy menamakan beliau AI-Amin (orang yang terpercaya).”
Ka’bah pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah delapan belas hasta. Pada awalnya Ka’bah ditutup dengan kain Al-Qabathl, kemudian ditutup dengan kain Al-Burud. Orang yang pertama kali menutupnya dengan kain Dibaj adalah Al-Hajjaj bin Yusuf.” (sy42—Ibn Hisyam 1: 159-163)