Dalam Simamora, (2004:129) model karakteristik pekerjaan (Job
characteristics models) merupakan suatu pendekatan terhadap pemerkayaan
pekerjan (job enrichment). Program pemerkayaan pekerjaan (job
enrichment) berusaha merancang pekerjaan dengan cara membantu para
pemangku jabatan memuaskan kebutuhan mereka akan pertumbuhan, pengakuan,
dan tanggung jawab. Pemerkayaan pekerjaan menambahkan sumber kepuasan
kepada pekerjaan. Metode ini meningkatkan tanggung jawab, otonomi, dan
kendali. Penambahan elemen tersebut kepada pekerjaan kadangkala disebut
pemuatan kerja secara vertikal (vertical job loading). Pemerkayaan
pekerjaan (job enrichment) itu sendiri merupakan salah satu dari teknik
desain pekerjaan,
dalam Samuel, (2003:75)
dikatakan bahwa pendekatan klasik tentang desain pekerjaan yang diajukan
Hackman dan Oldham (1980) dikenal dengan istilah teori karakteristik
pekerjaan (job characteristics theory).
Berikut adalah gambar model karakteristik pekerjaan dari Hackman dan Oldham (1980) :
Sumber : Munandar (2001 : 359)
Menurut
teori karakteristik pekerjaan ini, sebuah pekerjaan dapat melahirkan
tiga keadaan psikologis dalam diri seorang karyawan yakni mengalami
makna kerja, memikul tanggung jawab akan hasil kerja, dan pengetahuan
akan hasil kerja. Akhirnya, ketiga kondisi psikologis ini akan
mempengaruhi motivasi kerja secara internal, kualitas kinerja, kepuasan
kerja, ketidakhadiran dan perputaran karyawan. Keadaan psikologis kritis
ini dipengaruhi oleh dimensi inti dari sebuah pekerjaan yang terdiri
dari keragaman keahlian, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi
tugas dan umpan balik.
Menurut Munandar (2001:357) ada lima ciri-ciri
intrinsik pekerjaan yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja
untuk berbagai macam pekerjaan. Kelima ciri intrinsik tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Keragaman ketrampilan (skill variety)
Banyaknya
ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Makin banyak
ragam ketrampilan yang digunakan, makin kurang membosankan pekerjaan.
2. Jati diri Tugas (task identity)
Tingkat
sejauh mana penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan dapat dilihat
hasilnya dan dapat dikenali sebagai hasil kinerja seseorang. Tugas yang
dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan yang
dirasakan tidak merupakan satu kelengkapan tersendiri menimbulkan rasa
tidak puas.
3. Tugas yang penting (task significance)
Tingkat
sejauh mana pekerjaan mempunyai dampak yang berarti bagi kehidupan orang
lain, baik orang tersebut merupakan rekan sekerja dalam suatu
perusahaan yang sama maupun orang lain di lingkungan sekitar. Jika
tugas dirasakan penting dan berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung
mempunyai kepuasan kerja.
4. Otonomi
Tingkat kebebasan pemegang
kerja, yang mempunyai pengertian ketidaktergantungan dan keleluasaan
yang diperlukan untuk menjadwalkan pekerjaan dan memutuskan prosedur apa
yang akan digunakan untuk menyelesaikannya. Pekerjaan yang memberi
kebebasan, ketidaktergantungan dan peluang mengambil keputusan akan
lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja.
5. Umpan balik
Tingkat
kinerja kegiatan kerja dalam memperoleh informasi tentang keefektifan
kegiatannya. Pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan
tingkat kepuasan.