BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
zaman sekarang ini, televisi merupakan media elektronik yang mampu
menyebarkan berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak
dalam jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan
berbagai acara yang ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya
dan membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara
yang ditayangkan. Bahkan bagi anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari aktivitas kesehariannya dan sudah menjadi
agenda wajib bagi sebagian besar anak.
Dengan
berbagai acara yang ditayangkan mulai dari infotainment, entertainment,
iklan, sampai pada sinetron-sinetron dan film-film yang berbau
kekerasan, televisi telah mampu membius para pemirsanya terutama
anak-anak untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas
sedemikian rupa. Tidak jarang sekarang ini banyak anak-anak lebih suka
berlama-lama di depan televisi daripada belajar, atau bahkan banyak anak
yang hampir lupa akan waktu makannya karena televisi. Ini merupakan
suatu masalah yang terjadi di lingkungan kita sekarang, dan perlu
diperhatikan khusus bagi setiap orang tua untuk selalu mengawasi
aktivitas anaknya.
Sebagian
besar tayangan televisi adalah sinetron dimana terkandung begitu banyak
adegan-adegan kekerasan baik fisik maupun mental, bahkan pada sebuah
penelitian dikatakan selama masa sekolah, anak-anak menyaksikan 87.000
tindakan kekerasan dalam televisi. Dengan demikian terutama bagi
anak-anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat, tidak
menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tersebut akan mengikuti
acara televise yang ia tonton. Dalam karya ilmiah ini akan dibahas lebih
banyak pengaruh negatif menonton televisi terhadap psikologis dan
perilaku anak usia dini sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa dampak negatif dari menonton televisi terhadap akhlak anak ?
2. Apa sajakah perilaku anak yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi ?
3. Bagaimana peran orang tua dalam mengatasi dampak negatif menonton televisi terhadap anak ?
4. Apa yang dapat dilakukan orang tua dalam mencegah munculnya dampak negatif dari menonton televisi ?
5. Bagaimana pengaruh yang timbul akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dan remaja?
6. Mengapa tayangan berita di televisi berpengaruh terhadap perilaku anak-anak dan remaja?
7.
Bagaimana upaya yang dilakukan orangtua untuk mencegah terjadinya
perubahan perilaku menyimpang akibat adanya tayangan berita di televisi
terhadap anak-anak dan remaja ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun penulisan karya ilmiah ini bertujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui penyebab kebiasaan menonton televisi pada anak.
2. Mengetahui pengaruh negatif dari kebiasaan menonton televisi tersebut terhadap akhlak anak.
3. Mendorong para orang tua untuk mengatasi pengaruh negatif yang muncul dari kebiasaan menonton televisi pada anak.
D. Manfaat Penulisan
- Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi saya sendiri selaku penulis serta bagi para pembacanya, adapun harapan itu agar makalah ini dapat ditujukan kepada setiap orang tua agar lebih berhati-hati terhadap acara- acara yang disiarkan ditelevisi dan bisa mengantisipasi dampak-dampak yang bisa ditimbulkan dari acara-acara televisi, serta orang tua lebih selektif dalam memilih acara-acara televisi yang cocok untuk perkembangan anaknya dan acara yang mana tidak cocok untuk perkembangan anaknya. Sehingga fungsi televisi sebagai sarana informatif, edukatif, rekreatif dan sebagai sarana mensosialisasikan nilai-nilai atau pemahaman-pemahaman baik yang lama maupun yang baru, dapat berjalan sebagaimana mestinya.
- Mengkaji alasan bahwa siaran berita di televisi berpengaruh terhadap anak-anak dan remaja.
- Sebagai bahan masukan dan pelajaran bagi para orangtua dalam upaya pencegahan terjadinya perubahan perilaku yang menyimpang pada anak-anak dan remaja sebagai akibat dari adanya tayangan berita di televisi.
E. Metode Penulisan
1. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur
pengumpulan data dalam karya tulis ini dilakukan dengan teknik studi
pustaka angket dan wawancara. Data dalam karya tulis ini adalah
informasi dai hasil telaah dokumen kepustakaan, seperti buku- buku,
jurnal dan sebagainya. Selain itu didukung juga dengan sumber- sumber
dari internet yang sesuai dengan penulisan yang dibahas. Angket dan
wawancara juga dilakukan untuk mendukung data yang didapat dari studi
pustaka. Dalam hal ini penyebaran angket dan pelaksanaan wawancara
dilakukan di SDN Utan Kayu Selatan 13 pagi kepada murid siswa kelas 5
dan orang tua murid.
2. Pengolahan Data
Dalam
karya tulis ini data diolah dengan cara menyajikan dan menganalisis
data kemudian diambil kesimpulan. Dalam hal ini, data dari internet yang
berupa pengaruh televisi terhadap perkembangan anak dipilih sesuai
dengan kebutuhan. Setelah itu, data-data yang dapat digunakan dianalisis
berdasarkan teori-teori yang ada, kemudian ditarik suatu kesimpulan.
3. Analisis dan Sintesis
Analisis
data dalam karya tulis ini dilakukan dengan cara menguji, menyesuaikan
dan mengkategorikan data dengan teori yang ada dalam telaah pustaka
dengan data dari angket dan wawancara . Dalam hal ini fase-fase
perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
dikaitkan dengan media televisi. Setelah semua
terkategori dengan baik atau terkumpul dengan baik, maka ditarik suatu simpulan dan dijadikan alternatif pemecahan masalah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Televisi
Televisi
berasal dari kata tele dan visie, tele artinya jauh dan visie artinya
penglihatan, jadi televisi adalah penglihatan jarak jauh atau penyiaran
gambar-gambar melalui gelombang radio. (Kamus Internasional Populer:
196)1 Sedangkan menurut KBBI (2001:919)2 televisi adalah pesawat system
penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara)
melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah
cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan
mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi
yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan, berita, dan
sebagainya. Televisi sama halnya dengan media massa lainnya yang mudah
kita jumpai dan dimiliki oleh manusia dimana-mana, seperti media massa
surat kabar, radio, atau komputer. Televisi sebagai sarana penghubung
yang dapat memancarkan rekaman dari stasiun pemancar televisi kepada
para penonton atau pemirsanya di rumah, rekaman-rekaman tersebut dapat
berupa pendidikan, berita, hiburan, dan lain-lain. Yang dimaksud dengan
televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan
gambar hidup bersama suara melalui kabel .Sistem ini menggunakan
peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan
mengkonversikannya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara
yang dapat didengar.
1 Kamus Internasional Populer, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hlm.196.
2 Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm. 919.
Dewasa
ini televisi dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat
dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan
melalui satelit. Apa yang kita saksikan pada layar televisi, semuanya
merupakan unsur gambar dan suara. Jadi ada dua unsur yang melengkapinya
yaitu unsur gambar dan unsur suara. Rekaman suara dengan gambar yang
dilakukan di stasiun televisi berubah menjadi
getaran-getaran
listrik, getaran-getaran listrik ini diberikan pada pemancar, pemancar
mengubah getaran getaran-getaran listrik tersebut menjadi gelombang
elektromagnetik, gelombang elektromagnetik ini ditangkap oleh satelit.
Melalui satelit inilah gelombang elektromagnetik dipancarkan sehingga
masyarakat dapat menyaksikan siaran televisi.
2. Tujuan dan Fungsi Televisi
a. Tujuan
Sesuai
dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 43,
bahwa penyiaran bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap
mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan membangun
masyarakat adil dan
makmur.
Jadi
sangat jelas tujuan secara umum adanya televisi di Indonesia sudah
diatur dalam undang-undang penyiaran ini. Sedangkan tujuan secara
khususnya dimiliki oleh stasiun televise yang bersangkutan. Dari uraian
di atas penulis dapat mengklarifikasikan mengenai tujuan secara umum
adanya televise atau penyiaran di Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan dan mengembangkan mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 3 UndangUndang Penyiaran No. 24 Tahun 1997, Sinar Gratika, Jakarta
2. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan
3. Mengembangkan masyarakat adil dan makmur
b. Fungsi
Pada
dasarnya televisi sebagai alat atau media massa elektronik yang
dipergunakan oleh pemilik atau pemanfaat untuk memperoleh sejumlah
informasi, hiburan, pendidikan dan sebagainya. Sesuai dengan
undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 54 berbunyi
³Penyiaran mempunyai fungsi sebagai media informasi dan penerangan,
pendidikan dan hiburan, yang memperkuat ideology, politik, ekonomi,
social budaya serta pertahanan dan keamanan.´ Banyak acara yang
disajikan oleh stasiun televisi di antaranya, mengenai sajian kebudayaan
bangsa Indonesia, sehingga hal ini dapat menarik minat penontonnya
untuk lebih mencintai kebudayaan bangsa sendiri, sebagai salah satu
warisan bangsa yang perlu dilestarikan. Dari uraian di atas mengenai
fungsi televisi secara umum menurut undang-undang penyiaran, dapat kita
deskripsikan bahwa fungsi televisi sangat baik karena memiliki fungsi
sebagai berikut:
Sebenarnya televisi memiliki beberapa fungsi, yaitu :
a. Fungsi rekreatif
Pada
dasarnya fungsi televisi adalah memberikan hiburan yang sehat kepada
pemirsanya, karena manusia adalah makhluk yang membutuhkan hiburan.
b. Fungsi edukatif
4
loc.cit.Selain untuk menghibur, televisi juga berperan memberikan
pengetahuan kepada pemirsanya lewat tayangan yang ditampilkan.
c. Fungsi informatif
Televisi
dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita sangat cepat. Dengan
adanya media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk memperoleh
informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di daerah lain.
Dengan menonton televisi akan menambahkan wawasan.
3. Manfaat dan Kerugian Televisi
a. Manfaat Televisi
Televisi
memang tidak dapat difungsikan mempunyai manfaat dan unsur positif yang
berguna bagi pemirsanya, baik manfaat yang bersifat kognitif afektif
maupun psikomotor (Mansur,1993:28)5. Namun tergantung pada acara yang
ditayangkan televise Manfaat yang bersifat kognitif adalah yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi dan keterampilan.
Acara-acara yang bersifat kognitif di antaranya berita, dialog,
wawancara dan sebagainya. Manfaat yang kedua adalah manfaat afektif,
yakni
yang
berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang biasanya memunculkan
manfaat afektif ini adalah acara-acara yang mendorong pada pemirsa agar
memiliki kepekaan sosial, kepedulian sesama manusia dan sebagainya.
Adapun manfaat
yang
ketiga adalah manfaat yang bersifat psikomotor, yaitu berkaitan dengan
tindakan dan perilaku yang positif. Acara ini dapat kita lihat dari
film, sinetron, drama dan acara-acara yang lainnya dengan syarat
semuanya itu tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada di Indonesia
ataupun merusak akhlak 5 Awadl Mansur, Manfaat dan Mudarat Televisi, Fikahati
Anska, Jakarta, 1993, hlm.28 Pada anak. Televisi menarik minat baik
terhadap orang dewasa khususnya pada anak-anak yang senang melihat
televisi karena tayangan atau acara-acaranya yang menarik dan cara
penyajiannya yang menyenangkan.
b.Kerugian Televisi
Kerugian
yang dimunculkan televisi memang tidak sedikit, baik yang disebabkan
karena terapan kesannya, maupun kehadirannya sebagai media fisik
terutama bagi pengguna televise tanpa dibarengi dengan sikap selektif
dalam memilih berbagai acara yang disajikan. Dalam konteks semacam ini
maka kita dapat melihat beberapa kerugian itu sebagai berikut:
1. Menyia-nyiakan waktu
2. Melalaikan tugas dan kewajiban
3. Menumbuhkan sikap hidup konsumtif.
4. Mengganggu kesehatan
5. Mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar anak
(Mansur, 1993:37)6
B. Gambaran Umum Akhlak Anak
1. Pengertian Akhlak
Perkataan
akhlak dari bahasa arab, jamak dari khuluk, secara lugowi diartikan
tingkah laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangi,
tingkah laku, atau tabiat. Untuk mendapatkan definisi yang jelas di
bawah ini penulis akan kemukakan beberapa pendapat diantaranya:
a.
Al-Ghozali (Umary, 1966: 40) 7mengemukakan bahwa akhlak ialah yang
tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa
memerlukan pertimbangan. 6 ibid., hlm.37,7 Barmawie Umary, Materia Akhlak, Cv. Ramadani, Yogyakarta, hlm.40.
b.
Ahmad Amin (Umary, 1966: 41)8 mengemukakan bahwa akhlak yang
dibiasakan, artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka
kebiasaan itu dinamakan akhlak.
c.
Ibnu Maskawaih mengemukakakn bahwa akhlak ialah keadaan jiwa seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melakukan
pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Dari definisi-definisi di atas
memberikan suatu gambaran, bahwa tingkah laku merupakan bentuk
kepribadian dari seseorang tanpa dibuat-buat tanpa ada dorongan dari
luar. Kalau pun adanya dorongan dari luar sehingga seseorang menampakan
pribadinya dengan bentuk tingkah laku yang baik, namun suatu waktu tanpa
di pasti akan terlihat tingkah laku yang sebenarnya.
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi akhlak anak
Pertama
seseorang mempunyai tingkah laku atau akhlak, karena adanya pengaruh
baik secara langsung maupun tidak langsung (Atjeh, 1963:103)9. Oleh
karena itu ada dua faktor yang mempengaruhi akhlak anak yaitu:
1. Faktor keturunan/keluarga
Faktor
keturunan/keluarga merupakan pendidikan yang utama bagi pembentukan
akhlak anaknya. Yang dilakukan oleh orang tuanya biasanya si anak
mengikutinya. Oleh karena itu peran orang tua sangat mempengaruhi watak
dan karakter anak-anaknya. Pepatah mengatakan Guru kencing berdiri murid
kencing berlari. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa setiap anak
dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah tergantung kedua orang tuanya
mau dijadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Didikan
dan bimbingan dalam keluarga secara langsung banyak memberikan bekas
bagi penghuni rumah itu sendiri dalam tindak tanduknya.8ibid., hlm 41,9
Abu Bakar Atjeh, Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta, hlm.103.
Dan
secara tidak langsung gerak langkah dari orang dewasa (baik ayah maupun
ibu) terutama sekali oleh seorang anak yang masih memerlukan bimbingan
dan perkembangan kematangan hidupnya.
2. Faktor lingkungan/pergaulan
Faktor
yang mempengaruhi akhlak seseorang di samping faktor keturunan dan juga
faktor lingkungan, dari faktor kedua ini faktor pergaulan/lingkunganlah
yang sangat kuat pengaruhnya atau sangat dominan pengaruhnya dalam
pembentukan karakter atau akhlak. Seperti orang tua dahulu bilang siapa
yang bergaul dengan jualan minyak wangi maka akan dapat wanginya dan
siapa yang bergaul dengan tukang las maka akan terkena percikan apinya.
Nabi Muhammad SAW menggambarkan bahwa teman itu bagaikan barang
tambalan. Teman itu bagaikan barang tambalan pada pakaianmu, maka
lihatlah dengan apa kamu menambalnya. Maksud hadits di atas, seseorang
harus mampu dengan mempergunakan akalnya di dalam mencari teman yang
senantiasa memberikan suatu kebaikan Pada kita dalam hidup dan
kehidupan.
Menurut seorang penyair Islam yang bernama Syaufi dalam bait syairnya;
Siapa
yang berteman dengan orang mulia dia akan ikut mulia, siapa yang
berteman dengan orang hina tidak akan ikut mulia. Tidakkah engkau lihat
kata syufi betapa kulit kambing yang hina dicium orang ketika kambing
berteman dengan al-quran) jadi kantong (Quran) tapi kulit kambing yang
berteman dengan kayu (dijadikan bedug) tiap waktu sholat orang
memukulnya.´
BAB III
METODE PENELITIAN
1. PENGARUH MENONTON TELEVISI PADA ANAK
BERDASARKAN ANGKET DAN WAWANCARA
A. Pengaruh Positif
Seperti
yang telah penulis bahas di BAB II mengenai fungsi televisi, sebenarnya
televisi mempunyai fungsi dan manfaat yang baik apabila dalam
penggunaannya pun baik. Berdasarkan data yang bersumber dari angket dan
wawancara kepada murid dan orang tua murid kelas 5 SDN Utan Kayu Selatan
13 pagi, baik anak-anak yang gemar menonton televisi dan orang tua
sebagian besar menyadari bahwa pengaruh positif yang paling menonjol
dari menonton televisi adalah sebagai salah satu media belajar anak dan
sebagai sumber informasi yang dapat membantu anak untuk mengenal dunia
luar lebih luas.
1.
Sebagai salah satu media belajar anak Televisi bisa menjadi salah satu
media belajar anak apabila tayangan yang ditonton merupakan tayangan
yang bersifat edukatif. Sekitar 85% dari data angket menyatakan bahwa,
anak-anak yang gemar menonton televisi tersebut memperoleh cukup banyak
pengetahuan dari acara yang
mereka
saksikan di televisi. Acara kuis, program bimbingan rohani, talk show
pendidikan atau bidang pengetahuan lain sangat berguna bagi anak-anak.
Bagi sebagian anak yang memiliki pola belajar audio visual, menonton
televisi bias dijadikan sebagai alternatif pembelajaran. Tentunya
program televisi itu haruslah benar-benar mendidik dan tidak ada unsur
±unsur di dalamnya yang dapat merugikan pemirsa. Pengaruh positif
televisi sebagai media pembelajaran ini juga tidak lepas dari peran
orang tua. Sekitar 80% orang tua yang diwawancarai mengenai pemilihan
acara yang baik untuk anak menyatakan bahwa mereka memilihkan acara yang
bersifat mendidik dan cocok untuk usia anak mereka. Beberapa dari
mereka juga menggunakan fasilitas TV kabel yang memiliki paket khusus
acara untuk anak-anak. Contoh acara yang bersifat mendidik tersebut
antara lain Barney and friends, Sesame Street atau Jalan sesama, Dora the explorer, Laptop si Unyil, Upin dan Ipin, Surat Sahabat, Are You Smarter than a 5th grader dsb.
2.
Sebagai sumber informasi untuk mengenal dunia luar 60% dari data angket
menyatakan bahwa selain sebagai media pembelajaran, televisi juga
berpengaruh positif sebagai sumber informasi bagi anak untuk mengenal
dunia luar lebih luas. Sebenarnya fungsi ini tidak terlalu jauh berbeda
dengan fungsi televisi sebagai media
pembelajaran.
Sumber informasi disini juga dapat diartikan dengan informasi informasi
yang didapat dari menyaksikan tayangan televisi yang bersifat mendidik
dan informative. Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita
sangat cepat. Dengan adanya media televisi manusia memperoleh
kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang
terjadi di daerah lain. Dengan menonton televisi akan menambahkan
wawasan. 70% orang tua murid yang diwawancarai mengatakan bahwa anak
mereka menjadi lebih tahu mengenai dunia luar dan saat ditanya, anak
tersebut menjawab Aku tahu dari TV ma’. Hal tersebut membuktikan bahwa
fungsi televisi sebagai sumber informasi untuk mengenal dunia luar cukup
berhasil. Namun hal ini perlu didukung dengan adanya pengawasan dari
orang tua agar informasi yang diterima oleh anak sesuai dengan usia
mereka.
B. Pengaruh Negatif
Selain
pengaruh positif, pengaruh negatif dari menonton televisi juga tidak
kalah banyak. Perbandingan antara pengaruh positif dan pengaruh negatif
yang dirasakan oleh koresponden sekitar 50:50 . Pengaruh negatif dari
menonton televisi sangat banyak jenisnya baik di lihat dari segi akhlak
dan perilaku mauapun jika dilihat dari segi lain seperti dari segi
kesehatan.
1. Dilihat dari segi akhlak dan perilaku anak
a) Mendorong anak menjadi konsumtif.
Anak-anak
merupakan target pengiklan yang utama. 80% orang tua yang penulis
wawancarai mengatakan bahwa anak mereka menjadi lebih konsumtif setelah
melihat iklan di televisi. Mereka sering mengatakan Ma, aku mau mainan
itu yang ada di TV´. Hal tersebut menunjukan bahwa televisi bereperan
besar dalam mendorong anak menjadi konsumtif
b) Mengurangi semangat belajar
Bahasa
televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin
anak menjadi malas belajar. Anak-anak yang terbiasa menghabiskan waktu
nya dengan menonton televise akan sangat sulit saat diajak beralih untuk
belajar. Mereka akan lebih senang menyaksikan acara favoritnya
dibandingkan harus membuka buku dan mengerjakan tugas. 70 % orang tua
menyatakan bahwa anak mereka menjadi tidak semangat belajar setelah
menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai kebiasaan.
c) Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan
anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk
bercengkrama bersama keluarga biasanya terpotong atau terkalahkan dengan
TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang
seharusnya menjadi
ajang
berbagi cerita antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan
keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita
tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit.
Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota
keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.
Sekitar 65% orang tua setuju dengan hasil penelitian tersebut.
d) Menonjolkan perilaku imitatif
Dwyer
menyimpulkan, sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran
masuknya pesan ± pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat
mata dan telinga. TV mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat
50% dari apa yang mereka lihat dan dengar dilayar televisi walaupun
hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa
yang mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari
kemudian. Dengan demikian terutama bagi anak- anak yang pada umumnya
selalu meniru apa yang mereka lihat,tidak menutup kemungkinan perilaku
dan sikap anak tesebut akan mengikuti acara televisi yang ia tonton.
Salah satu ibu koresponden menyatakan bahwa anaknya merupakan salah
satu µkorban televisi dimana anak dari ibu tersebut sering menirukan apa
yang ia lihat di televisi. Seperti yang kita ketahui bahwa sinetron UFO
yang mengemas cerita manusia planet, cukup menarik perhatian anak-anak.
Anak dari ibu koresponden ini juga merupakan salah satu pemirsa setia
sinetron tersebut. Dikesehariannya anak tersebut sering bercakap-cakap
dengan bahasa yang digunakan oleh manusia planet dalam sinetron tersebut
seperti bleketek bleketek brokotok brokotok´.Kasus lain juga dapat kita
lihat pada peristiwa tewas nya seorang anak akibat loncat dari lantai 4
bangunan rumahnya setelah menyaksikan film Superman di televisi.
Hal
tersebut menunjukan bahwa dampak negatif yang cukup besar yang
ditimbulkan oleh menonton televisi adalah menonjolkan perilaku imitatif
dari anak itu sendiri. 70 % orang tua yang menjadi koresponden
menyatakan bahwa anaknya menjadi lebih imitatif akibat kebiasaan
menonton televisi.
2. Dilihat dari segi kesehatan fisik
a) Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan).
Kita
biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan
waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang
tidak sehat. Sekitar 85% orang tua dari data wawancara menyatakan bahwa
lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara
waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung
memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut.
Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko
untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain
itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak
dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar
dan akhirnya menimbulkan kegemukan.
b) Memperbesar kemungkinan terjangkit penyakit rabun .
Seperti
kita ketahui bahwa sebagian besar anak tidak mau beranjak dari depan
televisi apabila ia sudah jatuh hati dengan acara yang disiarkan. Selain
itu, jarak pandang mereka dengan televisi juga biasanya tidak sesuai
dengan jarak pandang yang baik. Hal ini tentu saja terjadi berulang-
ulang dan terus-menerus apabila si anak telah menjadikan kegiatan
menonton televisi sebagai kebiasaan. 65 % orang tua menyatakan bahwa
anak mereka yang pada awalnya memiliki kondisi mata yang sehat menjadi
harus menggunakan kacamata setelah terbiasa menonton televisi setiap
hari. Hal ini tentu saja dikarenakan oleh faktor jarak pandang yang
tidak sesuai dan radiasi dari televisi itu sendiri yang bias menyebabkan
penyakit mata seperti rabun jauh ataupun rabun dekat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyebab timbulnya kebiasaan menonton televisi
1. Faktor Internal
Timbulnya
kebiasaan menonton televisi sebenarnya bisa saja dating dari dalam anak
itu sendiri. Menurut data angket, factor internal penyebab timbulnya
kebiasaan yang terbesar adalah iseng dan rasa ingin tahu dari anak itu
sendiri. Iseng dan rasa ingin tahu sebenarnya saling berkaitan erat
dalam penyebab timbulnya kebiasaan menonton televisi pada anak. Rasa
ingin tahu yang besar yang memang lazim terdapat pada anak-anak
mendorong mereka untuk melihat dan menyaksikan apa yang ada dalam
acara-acara televisi yang di siarkan. Mereka penasaran mengenai tokoh
ataupun cerita yang ada di dalamnya. Kemudian alasan iseng sebagai
penyebab timbulnya kebiasaan juga sering digunakan. Anak-anak pada
awalnya hanya ingin mencoba hal baru yang belum pernah mereka coba
sebelumnya, dalam hal ini menonton televisi. Saat di waktu luang dimana
tidak ada yang ingin mereka kerjakan, mereka iseng menyalakan televisi,
mencari saluran televisi yang menurut mereka menarik dan kemudian
menyaksikannya.
Dari
awal iseng tersebut kemudian berkembang menjadi kebiasaan yang tanpa
disadari sudah menjadi bagian dari kegiatan mereka sehari-hari.
2. Faktor Eksternal
Selain
faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, tentu saja faktor
yang berasal dari luar atau eksternal juga berpengaruh dalam
pembentukan kebiasaan. Menurut data yang bersumber dari angket, faktor
eksternal yang cukup berpengaruh diantaranya adalah kebiasaan orang tua,
teman, waktu luang dan acara televisi yang ditayangkan.
Kebiasaan
menonton televisi pada orang tua tidak dapat dipungkiri bahwa hal
tersebut menyumbang banyak dalam membentuk kebiasaan anak yang sama.
Sebagian besar anak berdasarkan data angket menyatakan bahwa awal mula
mereka menonton televisi dikarenakan orang tua mereka menjadikan
kegiatan menonton televisi sebagai hobi. Beberapa anak yang diwawancarai
juga menyatakan bahwa orang tua mereka hanya menasihati untuk tidak
terlalu sering menonton televisi namun orang tua mereka tetap menjadikan
menonton televisi sebagai kebiasaan.
Faktor
teman juga membentuk kebiasaan tidak jauh berbeda dengan faktor
sebelumnya yaitu orang tua. Teman seringkali mempengaruhi anak untuk
menonton televisi dengan mensugestikan acara-acara yang menurut teman
tersebut tergolong acara yang menarik. Untuk anak usia dini mereka juga
masih sering saling mengajak satu sama lain untuk menonton televisi
bersama-sama sepulang sekolah. Dapat kita dilihat juga dari angket bahwa
waktu luang dan acara televisi cukup menyumbang dalam pembantukan
kebiasaan. Apabila ada waktu luang, anak cenderungmencari kegiatan yang
bisa dia lakukan dan saat melihat ada acara televisi yang menarik maka
ia langsung memilih menghabiskan waktu dengan menonton televisi.
B. Frekuensi Menonton Televisi
Kebiasaan
menonton televisi telah menyita banyak waktu anak dalam kehidupannya
sehari-hari. Menurut data penelitian pada tahun 2002, jam tonton
televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 ± 1.820 jam/tahun,
sedangkan jam belajar SD umumnya kurang
dari 1.000jam/tahun. Bisa kita lihat bahwa jam menonton televisi anak lebih banyak daripada jem belajarnya.
Hal
tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
kepada murid kelas 5 SDN Utan Kayu Selatan selaku responden dari karya
ilmiah ini. Hasil angket menunjukan bahwa sekitar ... % anak
menghabiskan waktu nya sebanyak lebih dari 5 jam sehari untuk menonton
televisi. Dan dari data wawancara didapat bahwa waktu anak menonton
televisi antara lain saat jam makan, sebelum dan sesudah berangkat
sekolah, di jam tidur siang dan pada malam hari dimana banyak acara menarik yang
disiarkan.
C. Pengetahuan para orang tua mengenai pengaruh negatif dari kebiasaan menonton televisi
Banyak
orang tua yang pengetahuan mengenai pengaruh negatif dari kebiasaan
menonton televisi nya dapat dikatakan cukup minim. Kebanyakan dari orang
tua menganggap bahwa pengaruh negatif dari kebiasaan menonton televisi
pada anak hanya berupa kerugian secara fisik seperti sakit mata atau
penurunan semangat belajar. Jika dibandingkan dengan pengaruh negatif
sesungguhnya yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi, tentu
saja hal tersebut tergolong terlalu sempit.
Berdasarkan
data yang diperoleh dari angket dan wawancara, orang tua yang
mengetahui hampir semua pengaruh negatif yang ditimbulkan dari kebiasaan
menonton
televisi
hanya sekitar 35 %. Untuk mengatasi hal ini para orang tua baiknya
banyak membaca dari buku ataupun media lain mengenai dampak negatif yang
dapat ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi sehingga dapat
membantu mengurangi kebiasaan menonton televisi pada anak.
CARA MENGATASI DAMPAK NEGATIF MENONTON TELEVISI PADA ANAK
A. Pengawasan tayangan televisi yang baik untuk anak
Orang
tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak. Jangan
biarkan anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya. Walaupun
ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah
sesuai dengan anak-anak. Maksudnya tidak ada unsur kekerasan atau hal
lain yang tidak sesuai dengan usia mereka.
Selain
itu juga orang tua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi.
Tujuannya adalah agar acara televisi yang ditonton oleh anak dapat
terkontrol dan orangtua dapat memperhatikan apakah acara tersebut layak
ditonton atau tidak. Orangtua juga dapat mengajak anak membahas apa yang
ada di televisi dan membuatnya mengerti bahwa apa yang ada di televisi
tidak tentu sama dengan kehidupan yang sebenarnya.Orang tua juga harus
mengetahui acara favorit anak dan bantu anak memahami pantas tidaknya
cara tersebut mereka tonton, ajak mereka menilai karakter dalam acar
tersebut secara bijaksana dan positif.
Orangtua
sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk
mempermudah orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat
aktivitas yang seharusnya dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar
menjadi terganggudan beralih ke televisi.
B. Pengontrolan waktu menonton televisi yang tepat
Orang
tua baiknya memberi kesepakatan dengan jadwal kepada anak tentang mana
acara yang boleh ditonton atau tidak, kapan boleh menonton, waktu
beribadah, waktu belajar, waktu tidur, bahkan waktu membantu orang tua
di rumah dan berikan sanksi bila melanggar.
Periksalah
jadwal acara televisi, sehingga orangtua dapat mengatur acara apa yang
akan ditonton bersama anak. Dengan mencari dan melihat resensi atau
ulasan mengenai film atau acara tersebut orangtua akan tahu garis besar
isi acara tersebut sehingga dapat menentukan pantas tidak acara tersebut
disaksikan. Orangtua juga harus membiasakan anak tidak menonton
televisi di hari-hari sekolah. Ini dimaksudkan untuk menghindari
kurangnya waktu belajar anak karena terlalu banyak menonton acara
televisi. Di sini orangtua harus memberi contoh dengan tidak banyak
menonton televisi. Jika anak melihat orangtuanya sering menonton
televisi sedangkan ia tidak diperkenankan tentu anak akan menganggap itu
tidak adil.
C. Pemilihan kegiatan alternatif lain yang baik untuk anak
Orang
tua dapat mengajak anak untuk melekukan banyak aktivitas lain selain
hanya menonton televisi. Orangtua dapat mengajak anak keluar rumah untuk
menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan
orang lain.
Orang tua juga dapat memperkenalkan dan mengajarkannya suatu hobi baru. Kegiatan alternatif tersebut antara lain:
1) Pergi ke perpustakaan atau ke toko buku terdekat
Membiasakan
anak membaca buku merupakan hal yang baik. Bila sempat, sisakan waktu
setiap hari, jika tidak, beberapa kali setiap minggu untuk membacakan
cerita kepada anak atau biarkan sekali-kali anak yang membacakan cerita.
Jangan lupa untuk membahas kembali apa yang telah dibaca. Tanyakan
kepada mereka tentang ceritanya, bantu mereka menemukan kosakata baru
dan ajak anak untuk membaca beragam macam bacaan. Sediakan sebanyak
mungkin buku yang pantas di sekitar rumah dan minta kerjasama keluarga
untuk menjadikan buku sebagai hadiah ulangtahun, liburan atau lebaran.
2) Bercocok tanam
Kebiasaan
menonton televisi menjauhkan kita dari alam. Padahal banyak hal yang
bisa diajarkan oleh alam, dan yang tidak bias didapatkan dari menonton
televisi. Dengan mengajak anak bercocok tanam, bisa mengajarkan kepada
anak banyak hal. Mulai membuat taman bunga sendiri, atau bahkan 1 pot
saja. Dengan ini anak bisa belajar makna tumbuh dan bertanggung jawab.
Jadi setiap kali ia menyiram bunganya di pagi hari, ia akan ingat bahwa
tanaman, seperti kita semua itu mulai dari benih, tumbuh, berkembang dan
kelak layu dan mati.
3) Melihat awan
Melihat
awan mungkin kedengarannya adalah hal yeng aneh karena kita tidak
dibiasakan menikmati langit. Atau kita biasa hanya terpaku dengan
indahnya bintang-bintang di malam hari. Padahal awan itu hampir selalu
ada, selalu bergerak dan kadang-kadang membentuk hal-hal yang unik,
seperti kuda nil, atau pesawat terbang.Para orang tua bisa mengajak anak
untuk menggambarkan bentuk apa yang dia lihat di awan. Kadang mereka
bisa melihat 1 awan tapi dengan 2 bentuk yang berbeda. Orang tua dan
anak juga bisa mengajaknya membuat puisi tentang awan. Atau biarkan
mereka mengarang cerita tentang apa kira-kira rasanya bila kita bisa
hidup di awan. Hal ini bisa memicu daya imajinasi dan kreativitas.
4) Menulis surat
Kebiasaan
memiliki sahabat pena sudah begitu jauh dari kehidupan anak-anak kita.
Dengan teknologi yang kini sudah begitu canggih, anak lebih senang
menggunakan telepon untuk bercerita. Tapi ternyata menulis surat melatih
banyak hal. Selain mengenali prosedur pengiriman barang (amplop,
perangko dan jasa besar pak pos), menulis surat juga melatih motorik dan
membuat anak senang bila menerima balasan.
5) Jalan-jalan
Jalan-jalan
itu sebenarnya merupakan kegiatan yang bisa dilakukan dengan mudah dan
murah. Tidak perlu banyak mengeluarkan uang. Jalan-jalan ke rumah teman
atau sekadar berkeliling lingkungan rumah saja untuk menyapa tetangga.
Kita juga bisa berjalan-jalan ke taman kota dan membuat piknik atau
sekadar bermain di sana. Jalan-jalan itu baik untuk tubuh karena bisa
menurunkan tekanan darah dan resiko terkena penyakit jantung. Dan yang
lebih menguntungkan, jalan-jalan juga bias mengurangi berat badan.
Jalan-jalan juga bisa menenangkan pikiran dan melepaskan stres. Karena
dengan berjalan, otak melepaskan zat yang bisa meringankan tekanan pada
otot serta mengurangi kecemasan. Jalan-jalan juga bagus untuk
lingkungan. Kalau kita lebih sering berjalan dari pada menggunakan
transportasi bermesin, kita bisa menghemat 7 milyar gallon bensin dan
9.5 juta ton asap pembuangan kendaraan bermotor pertahunnya.
6) Mendengarkan radio atau membaca koran
Anak
sekarang sudah jarang sekali mendengarkan radio, apalagi membaca koran.
Padahal mungin mereka bisa mendapatkan informasi yang tidak kalah
banyaknya dibanding mendengarkan berita di televisi. Radio bisa melatih
anak untuk mendengarkan dengan baik dan Koran bisa mengajak anak untuk
menambah wawasannya tentang dunia.
7) Berolahraga
Kadang
kata olahraga terdengar berat, tapi setelah dilakukan biasanya
menyenangkan. Selain jalan-jalan, bersepeda dan berenang, masih banyak
lagi olahraga yang bisa dilakukan bersama keluarga.
8) Bakti sosial
Orang
tua sering lupa mengajak anak untuk memerhatikan orang- orang di
lingkungan sekitar yang tidak seberuntung mereka. Dengan mengajak anak
untuk bersama-sama membersihkan rumah dan lemari pakaian dari
barang-barang yang tidak lagi digunakan tapi masih bagus dan layak pakai
untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan di sekitar
rumah dapat meningkatkan rasa social yang tinggi pada anak.
9) Mengikuti Kursus
Pelajaran
di sekolah sebagian besar hanya melatih otak kiri. Baiknya orang tua
tidak lupa untuk melatih otak kanan anak . Ambil les yang menarik dan
sesuai dengan bakat anak. Mulai dari les musik dengan piano, gitar,
biola atau drumnya, atau les menari mulai dari tarian daerah, tarian
modern dan ballet, atau les-les lainnya. Tapi orang tua harus
memperhatikan jangan sampai les-les ini menambah beban belajar yang
sudah menumpuk di sekolah. Pastikan anak mendapatkan waktu yang cukup
untuk istirahat juga.
10) Mengerjakan keterampilan tangan
Banyak
buku sekarang yang mengajarkan membuat keterampilan tangan, sehingga
kita bisa melakukannya secara otodidak. Keterampilan tangan bisa dalam
bentuk bermacam ragam, mulai dari meyulam, origami sampai membuat bunga
dari sabun mandi.
11) Kunjungan ke kebun binatang atau museum
Kegiatan
mengunjungi kebun binatang akan selalu menyenangkan karena kita bisa
melihat beragam binatang yang tidak biasa kita lihat sehari-hari.
Anak-anak biasanya menyukai hal-hal tersebut. Bila ada waktu dan
transportasi, mengunjungi taman safari dan bersentuhan dengan
binatang-binatang secara langsung juga bisa dijadikan kegiatan
alternatif mengisi waktu luang. Selain itu, museum juga menarik untuk
dikunjungi. Dari museum anak-anak bisa banyak belajar tentang sejarah
dan melihat langsung artefak-artefak menarik tentang sejarah tersebut.
D. Pembinaan hubungan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua di rumah
Yang
menarik adalah hasil studi pakar psikiatri Universitas Harvard, Robert
Coles . Temuannya menunjukan bahwa pengaruh negatif tayangan televisi,
justru terdapat pada keharmonisan di keluarga. Dalam temuannya,
anak-anak yang mutu kehidupannya rendah sangat rawan terhadap pengaruh
buruk televisi.
Sebaliknya
keluarga yang memegang teguh nilai, etika, dan moral serta orang tua
benar-benar menjadi panutan anaknya tidak rawan terhadap pengaruh
tayangan negatif televisi. Lebih lanjut Cole menunjukan bahwa
mempermasalahkan kualitas tayangan televisi tidak cukup tanpa
mempertim-bangkan kualitas kehidupan keluarga. Ini berarti menciptakan
keluarga yang harmonis jauh lebih penting ketimbang menuduh tayangan
televisi sebagai biangkerok meningkatnya perilaku negatif di kalangan
anak dan remaja.
Mungkin
kita akan lebih yakin terhadap temuan Coles apabila mengkaji bagaimana
proses pembentukan perilaku manusia. Pembentukan perilaku didasarkan
pada stimulus yang diterima melalui pancaindra yang kemudian diberi arti
dan makna berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan keyakinan yang
dimilikinya. Anak, sebagai individu yang masih labil dan mencari jati
diri, sangat rentang dengan perilaku peniruan yang akhirnya akan
terinternalisasi dan membentuk pada kepribadiannya.
Tayangan
televisi yang dilihatnya setiap saat masuk ke dalam otaknya. Bagi anak
yang berasal dari mutu kehidupan keluarganya baik, semua yang ia lihat
di layar televisi dapat disaring melalui suasana keluarga yang harmonis,
dimana orang tuanya bisa menjadi panutan. Komunikasi dan contoh orang
tua dalam perilaku sehari-hari membuat benteng yang kokoh dalam
membendung semua pengaruh buruk di layar televisi. Sebaliknya, anak yang
berasal dari keluarga yang mutu kehidupan keluarganya rendah, semua
tayangan di televisi sulit disaring, karena mereka belum bisa membedakan
mana perilaku yang baik/buruk. Begitu pula dalam lingkungan keseharian
di keluarganya tidak ditemukan sikap dan perilaku normatif yang dapat
dijadikan filter tayangan televisi.
Salah
satu kegiatan yang bisa membantu proses pembinaan komunikasi antara
anak dan orang tua di dalam rumah adalah bercengkrama satu sama lain.
Bercengkrama dengan keluarga merupakan sesuatu yang mahal karena
penelitian mengatakan bahwa 54% anak berusia 4-6 mengaku lebih senang
menonton TV daripada bermain dengan ayahnya. Para orangtua juga mengaku
bahwa mereka hanya menghabiskan sekitar 40 menit perhari untuk melakukan
percakapan yang berarti dengan anaknya. Kedekatan dengan keluarga tidak
bias dibeli. Jangan biarkan televisi mencuri lagi waktu untuk keluarga
yang memang sudah tinggal sedikit sekali karena terpotong aktivitas
sehari-hari.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya :
1.
Kebiasaan menonton televisi pada anak usia dini merupakan kebiasaan
yang dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara lain faktor internal
meliputi rasa ingin tahu dan iseng, serta faktor eksternal meliputi
orang tua, teman dan acara televisi itu sendiri.
2.
Disamping memberikan dampak positif, televisi juga dapat memberikan
dampak negatif bagi pemirsannya khususnya anak-anak. Bahkan apabila
dikaji lebih jauh, dampak negatifnya jauh lebih besar dibandingan dampak
positifnya. Dampak negatif tersebut antara lain , mendorong anak
menjadi berperilaku konsumtif, mengurangi semangat belajar,
merenggangkan hubungan antara anak dengan orang tua dan menonjolkan
peilaku imitatif.
3.
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengawasi tayangan dan jam
menonton televisi yang baik untuk anak, memilihkan kegiatan alternative
untuk anak selain menonton televisi dan membina hubungan komunikasi yang
baik antara anak dan orang tua di rumah.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan berdasarkan uraian diatas yaitu :
1.
Setiap Orangtua harus bisa mengontrol tontonan anaknya. Disamping itu
orang tua juga harus bisa menjadi kontrol bagi pihak penyiar televise
untuk memberikan saran ataupun kritikan bahkan menentang acara televisi
yang bisa berdampak negatif bagi pemirsannya.
2.
Bagi Pemerintah harus melakukan penyaringan terhadap setiap acara
televisi, serta harus adanya standarisasi film yang layang untuk di
tayangkan atau tidak layak.
3.
Bagi pihak yang berwajib hendaknya menggiatkan peraturan yang telah ada
dalam melindungi anak ± anak dari kekeliruan dan kesalahan persepsi
tentang tayangan yang tidak sesuai mereka tonton.
4.
Bagi pihak penyiar televisi, seharusnya tidak hanya mementingkan
keuntungan tetapi harus mempertimbngkan dampaka dari acra tersebut.
Pihak penyiar juga harus mengatur acara televisi agar fungsi dari
televisi sebagai sarana informatif, edukatif, rekreatif dan sebagai
sarana mensosialisasikan nilai-nilai atau pemahaman-pemahaman baik yang
lama maupun yang baru, dapat berjalan sebagaimana fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Google automatically generates html versions of documents as we crawl the web.