PENGARUH TAYANGAN TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini, televisi merupakan media elektronik yang mampu menyebarkan berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya dan membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. Bahkan bagi anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kesehariannya dan sudah menjadi agenda wajib bagi sebagian besar anak.

Dengan berbagai acara yang ditayangkan mulai dari infotainment, entertainment, iklan, sampai pada sinetron-sinetron dan film-film yang berbau kekerasan, televisi telah mampu membius para pemirsanya terutama anak-anak untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas sedemikian rupa. Tidak jarang sekarang ini banyak anak-anak lebih suka berlama-lama di depan televisi daripada belajar, atau bahkan banyak anak yang hampir lupa akan waktu makannya karena televisi. Ini merupakan suatu masalah yang terjadi di lingkungan kita sekarang, dan perlu diperhatikan khusus bagi setiap orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas anaknya.

Sebagian besar tayangan televisi adalah sinetron dimana terkandung begitu banyak adegan-adegan kekerasan baik fisik maupun mental, bahkan pada sebuah penelitian dikatakan selama masa sekolah, anak-anak menyaksikan 87.000 tindakan kekerasan dalam televisi. Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tersebut akan mengikuti acara televise yang ia tonton. Dalam karya ilmiah ini akan dibahas lebih banyak pengaruh negatif menonton televisi terhadap psikologis dan perilaku anak usia dini sehari-hari.














B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa dampak negatif dari menonton televisi terhadap akhlak anak ?
2. Apa sajakah perilaku anak yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi ?
3. Bagaimana peran orang tua dalam mengatasi dampak negatif menonton televisi terhadap anak ?
4. Apa yang dapat dilakukan orang tua dalam mencegah munculnya dampak negatif dari menonton televisi ?
5. Bagaimana pengaruh yang timbul akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dan remaja?
6. Mengapa tayangan berita di televisi berpengaruh terhadap perilaku anak-anak dan remaja?
7. Bagaimana upaya yang dilakukan orangtua untuk mencegah terjadinya perubahan perilaku menyimpang akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap anak-anak dan remaja ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun penulisan karya ilmiah ini bertujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui penyebab kebiasaan menonton televisi pada anak.
2. Mengetahui pengaruh negatif dari kebiasaan menonton televisi tersebut terhadap akhlak anak.
3. Mendorong para orang tua untuk mengatasi pengaruh negatif yang muncul dari kebiasaan menonton televisi pada anak.

D. Manfaat Penulisan
  1. Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi saya sendiri selaku penulis serta bagi para pembacanya, adapun harapan itu agar makalah ini dapat ditujukan kepada setiap orang tua agar lebih berhati-hati terhadap acara- acara yang disiarkan ditelevisi dan bisa mengantisipasi dampak-dampak yang bisa ditimbulkan dari acara-acara televisi, serta orang tua lebih selektif dalam memilih acara-acara televisi yang cocok untuk perkembangan anaknya dan acara yang mana tidak cocok untuk perkembangan anaknya. Sehingga fungsi televisi sebagai sarana informatif, edukatif, rekreatif dan sebagai sarana mensosialisasikan nilai-nilai atau pemahaman-pemahaman baik yang lama maupun yang baru, dapat berjalan sebagaimana mestinya.
  2. Mengkaji alasan bahwa siaran berita di televisi berpengaruh terhadap anak-anak dan remaja.
  3. Sebagai bahan masukan dan pelajaran bagi para orangtua dalam upaya pencegahan terjadinya perubahan perilaku yang menyimpang pada anak-anak dan remaja sebagai akibat dari adanya tayangan berita di televisi.
E. Metode Penulisan

1. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam karya tulis ini dilakukan dengan teknik studi pustaka angket dan wawancara. Data dalam karya tulis ini adalah informasi dai hasil telaah dokumen kepustakaan, seperti buku- buku, jurnal dan sebagainya. Selain itu didukung juga dengan sumber- sumber dari internet yang sesuai dengan penulisan yang dibahas. Angket dan wawancara juga dilakukan untuk mendukung data yang didapat dari studi pustaka. Dalam hal ini penyebaran angket dan pelaksanaan wawancara dilakukan di SDN Utan Kayu Selatan 13 pagi kepada murid siswa kelas 5 dan orang tua murid.


2. Pengolahan Data
Dalam karya tulis ini data diolah dengan cara menyajikan dan menganalisis data kemudian diambil kesimpulan. Dalam hal ini, data dari internet yang berupa pengaruh televisi terhadap perkembangan anak dipilih sesuai dengan kebutuhan. Setelah itu, data-data yang dapat digunakan dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada, kemudian ditarik suatu kesimpulan.

3. Analisis dan Sintesis
Analisis data dalam karya tulis ini dilakukan dengan cara menguji, menyesuaikan dan mengkategorikan data dengan teori yang ada dalam telaah pustaka dengan data dari angket dan wawancara . Dalam hal ini fase-fase perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dikaitkan dengan media televisi. Setelah semua
terkategori dengan baik atau terkumpul dengan baik, maka ditarik suatu simpulan dan dijadikan alternatif pemecahan masalah.




















BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A.   Kajian Pustaka
1. Pengertian Televisi
Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele artinya jauh dan visie artinya penglihatan, jadi televisi adalah penglihatan jarak jauh atau penyiaran gambar-gambar melalui gelombang radio. (Kamus Internasional Populer: 196)1 Sedangkan menurut KBBI (2001:919)2 televisi adalah pesawat system penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan, berita, dan sebagainya. Televisi sama halnya dengan media massa lainnya yang mudah kita jumpai dan dimiliki oleh manusia dimana-mana, seperti media massa surat kabar, radio, atau komputer. Televisi sebagai sarana penghubung yang dapat memancarkan rekaman dari stasiun pemancar televisi kepada para penonton atau pemirsanya di rumah, rekaman-rekaman tersebut dapat berupa pendidikan, berita, hiburan, dan lain-lain. Yang dimaksud dengan televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel .Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversikannya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar.

1 Kamus Internasional Populer, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hlm.196.
2 Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm. 919.
Dewasa ini televisi dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Apa yang kita saksikan pada layar televisi, semuanya merupakan unsur gambar dan suara. Jadi ada dua unsur yang melengkapinya yaitu unsur gambar dan unsur suara. Rekaman suara dengan gambar yang dilakukan di stasiun televisi berubah menjadi
getaran-getaran listrik, getaran-getaran listrik ini diberikan pada pemancar, pemancar mengubah getaran getaran-getaran listrik tersebut menjadi gelombang elektromagnetik, gelombang elektromagnetik ini ditangkap oleh satelit. Melalui satelit inilah gelombang elektromagnetik dipancarkan sehingga masyarakat dapat menyaksikan siaran televisi.



2. Tujuan dan Fungsi Televisi
a. Tujuan
Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 43, bahwa penyiaran bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan membangun masyarakat adil dan
makmur.
Jadi sangat jelas tujuan secara umum adanya televisi di Indonesia sudah diatur dalam undang-undang penyiaran ini. Sedangkan tujuan secara khususnya dimiliki oleh stasiun televise yang bersangkutan. Dari uraian di atas penulis dapat mengklarifikasikan mengenai tujuan secara umum adanya televise atau penyiaran di Indonesia, adalah sebagai berikut:

1. Menumbuhkan dan mengembangkan mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 3 UndangUndang Penyiaran No. 24 Tahun 1997, Sinar Gratika, Jakarta

2. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan

3. Mengembangkan masyarakat adil dan makmur

b. Fungsi
Pada dasarnya televisi sebagai alat atau media massa elektronik yang dipergunakan oleh pemilik atau pemanfaat untuk memperoleh sejumlah informasi, hiburan, pendidikan dan sebagainya. Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 54 berbunyi ³Penyiaran mempunyai fungsi sebagai media informasi dan penerangan, pendidikan dan hiburan, yang memperkuat ideology, politik, ekonomi, social budaya serta pertahanan dan keamanan.´ Banyak acara yang disajikan oleh stasiun televisi di antaranya, mengenai sajian kebudayaan bangsa Indonesia, sehingga hal ini dapat menarik minat penontonnya untuk lebih mencintai kebudayaan bangsa sendiri, sebagai salah satu warisan bangsa yang perlu dilestarikan. Dari uraian di atas mengenai fungsi televisi secara umum menurut undang-undang penyiaran, dapat kita deskripsikan bahwa fungsi televisi sangat baik karena memiliki fungsi sebagai berikut:

Sebenarnya televisi memiliki beberapa fungsi, yaitu :

a. Fungsi rekreatif
Pada dasarnya fungsi televisi adalah memberikan hiburan yang sehat kepada pemirsanya, karena manusia adalah makhluk yang membutuhkan hiburan.
b. Fungsi edukatif
4 loc.cit.Selain untuk menghibur, televisi juga berperan memberikan pengetahuan kepada pemirsanya lewat tayangan yang ditampilkan.
c. Fungsi informatif
Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita sangat cepat. Dengan adanya media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di daerah lain. Dengan menonton televisi akan menambahkan wawasan.

3. Manfaat dan Kerugian Televisi

a. Manfaat Televisi
Televisi memang tidak dapat difungsikan mempunyai manfaat dan unsur positif yang berguna bagi pemirsanya, baik manfaat yang bersifat kognitif afektif maupun psikomotor (Mansur,1993:28)5. Namun tergantung pada acara yang ditayangkan televise Manfaat yang bersifat kognitif adalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi dan keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif di antaranya berita, dialog, wawancara dan sebagainya. Manfaat yang kedua adalah manfaat afektif, yakni
yang berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang biasanya memunculkan manfaat afektif ini adalah acara-acara yang mendorong pada pemirsa agar memiliki kepekaan sosial, kepedulian sesama manusia dan sebagainya. Adapun manfaat
yang ketiga adalah manfaat yang bersifat psikomotor, yaitu berkaitan dengan tindakan dan perilaku yang positif. Acara ini dapat kita lihat dari film, sinetron, drama dan acara-acara yang lainnya dengan syarat semuanya itu tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada di Indonesia ataupun merusak akhlak 5 Awadl Mansur, Manfaat dan Mudarat Televisi, Fikahati Anska, Jakarta, 1993, hlm.28 Pada anak. Televisi menarik minat baik terhadap orang dewasa khususnya pada anak-anak yang senang melihat televisi karena tayangan atau acara-acaranya yang menarik dan cara penyajiannya yang menyenangkan.

b.Kerugian Televisi
Kerugian yang dimunculkan televisi memang tidak sedikit, baik yang disebabkan karena terapan kesannya, maupun kehadirannya sebagai media fisik terutama bagi pengguna televise tanpa dibarengi dengan sikap selektif dalam memilih berbagai acara yang disajikan. Dalam konteks semacam ini maka kita dapat melihat beberapa kerugian itu sebagai berikut:
1. Menyia-nyiakan waktu
2. Melalaikan tugas dan kewajiban
3. Menumbuhkan sikap hidup konsumtif.
4. Mengganggu kesehatan
5. Mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar anak
(Mansur, 1993:37)6



B. Gambaran Umum Akhlak Anak

1. Pengertian Akhlak
Perkataan akhlak dari bahasa arab, jamak dari khuluk, secara lugowi diartikan tingkah laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangi, tingkah laku, atau tabiat. Untuk mendapatkan definisi yang jelas di bawah ini penulis akan kemukakan beberapa pendapat diantaranya:
a. Al-Ghozali (Umary, 1966: 40) 7mengemukakan bahwa akhlak ialah yang tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan. 6 ibid., hlm.37,7 Barmawie Umary, Materia Akhlak, Cv. Ramadani, Yogyakarta, hlm.40.

b. Ahmad Amin (Umary, 1966: 41)8 mengemukakan bahwa akhlak yang dibiasakan, artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.

c. Ibnu Maskawaih mengemukakakn bahwa akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melakukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Dari definisi-definisi di atas memberikan suatu gambaran, bahwa tingkah laku merupakan bentuk kepribadian dari seseorang tanpa dibuat-buat tanpa ada dorongan dari luar. Kalau pun adanya dorongan dari luar sehingga seseorang menampakan pribadinya dengan bentuk tingkah laku yang baik, namun suatu waktu tanpa di pasti akan terlihat tingkah laku yang sebenarnya.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi akhlak anak
Pertama seseorang mempunyai tingkah laku atau akhlak, karena adanya pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung (Atjeh, 1963:103)9. Oleh karena itu ada dua faktor yang mempengaruhi akhlak anak yaitu:
1. Faktor keturunan/keluarga
Faktor keturunan/keluarga merupakan pendidikan yang utama bagi pembentukan akhlak anaknya. Yang dilakukan oleh orang tuanya biasanya si anak mengikutinya. Oleh karena itu peran orang tua sangat mempengaruhi watak dan karakter anak-anaknya. Pepatah mengatakan Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah tergantung kedua orang tuanya mau dijadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Didikan dan bimbingan dalam keluarga secara langsung banyak memberikan bekas bagi penghuni rumah itu sendiri dalam tindak tanduknya.8ibid., hlm 41,9 Abu Bakar Atjeh, Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta, hlm.103.
Dan secara tidak langsung gerak langkah dari orang dewasa (baik ayah maupun ibu) terutama sekali oleh seorang anak yang masih memerlukan bimbingan dan perkembangan kematangan hidupnya.
2. Faktor lingkungan/pergaulan
Faktor yang mempengaruhi akhlak seseorang di samping faktor keturunan dan juga faktor lingkungan, dari faktor kedua ini faktor pergaulan/lingkunganlah yang sangat kuat pengaruhnya atau sangat dominan pengaruhnya dalam pembentukan karakter atau akhlak. Seperti orang tua dahulu bilang siapa yang bergaul dengan jualan minyak wangi maka akan dapat wanginya dan siapa yang bergaul dengan tukang las maka akan terkena percikan apinya. Nabi Muhammad SAW menggambarkan bahwa teman itu bagaikan barang tambalan. Teman itu bagaikan barang tambalan pada pakaianmu, maka lihatlah dengan apa kamu menambalnya. Maksud hadits di atas, seseorang harus mampu dengan mempergunakan akalnya di dalam mencari teman yang senantiasa memberikan suatu kebaikan Pada kita dalam hidup dan kehidupan.
Menurut seorang penyair Islam yang bernama Syaufi dalam bait syairnya;
Siapa yang berteman dengan orang mulia dia akan ikut mulia, siapa yang berteman dengan orang hina tidak akan ikut mulia. Tidakkah engkau lihat kata syufi betapa kulit kambing yang hina dicium orang ketika kambing berteman dengan al-quran) jadi kantong (Quran) tapi kulit kambing yang berteman dengan kayu (dijadikan bedug) tiap waktu sholat orang memukulnya.´




 
BAB III
METODE PENELITIAN

1.  PENGARUH MENONTON TELEVISI PADA ANAK
     BERDASARKAN ANGKET DAN WAWANCARA

A. Pengaruh Positif

Seperti yang telah penulis bahas di BAB II mengenai fungsi televisi, sebenarnya televisi mempunyai fungsi dan manfaat yang baik apabila dalam penggunaannya pun baik. Berdasarkan data yang bersumber dari angket dan wawancara kepada murid dan orang tua murid kelas 5 SDN Utan Kayu Selatan 13 pagi, baik anak-anak yang gemar menonton televisi dan orang tua sebagian besar menyadari bahwa pengaruh positif yang paling menonjol dari menonton televisi adalah sebagai salah satu media belajar anak dan sebagai sumber informasi yang dapat membantu anak untuk mengenal dunia luar lebih luas.
1. Sebagai salah satu media belajar anak Televisi bisa menjadi salah satu media belajar anak apabila tayangan yang ditonton merupakan tayangan yang bersifat edukatif. Sekitar 85% dari data angket menyatakan bahwa, anak-anak yang gemar menonton televisi tersebut memperoleh cukup banyak pengetahuan dari acara yang
mereka saksikan di televisi. Acara kuis, program bimbingan rohani, talk show pendidikan atau bidang pengetahuan lain sangat berguna bagi anak-anak. Bagi sebagian anak yang memiliki pola belajar audio visual, menonton televisi bias dijadikan sebagai alternatif pembelajaran. Tentunya program televisi itu haruslah benar-benar mendidik dan tidak ada unsur ±unsur di dalamnya yang dapat merugikan pemirsa. Pengaruh positif televisi sebagai media pembelajaran ini juga tidak lepas dari peran orang tua. Sekitar 80% orang tua yang diwawancarai mengenai pemilihan acara yang baik untuk anak menyatakan bahwa mereka memilihkan acara yang bersifat mendidik dan cocok untuk usia anak mereka. Beberapa dari mereka juga menggunakan fasilitas TV kabel yang memiliki paket khusus acara untuk anak-anak. Contoh acara yang bersifat mendidik tersebut antara lain Barney and friends, Sesame Street atau Jalan sesama, Dora the explorer, Laptop si Unyil, Upin dan Ipin, Surat Sahabat, Are You Smarter than a 5th grader dsb.
2. Sebagai sumber informasi untuk mengenal dunia luar 60% dari data angket menyatakan bahwa selain sebagai media pembelajaran, televisi juga berpengaruh positif sebagai sumber informasi bagi anak untuk mengenal dunia luar lebih luas. Sebenarnya fungsi ini tidak terlalu jauh berbeda dengan fungsi televisi sebagai media
pembelajaran. Sumber informasi disini juga dapat diartikan dengan informasi informasi yang didapat dari menyaksikan tayangan televisi yang bersifat mendidik dan informative. Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita sangat cepat. Dengan adanya media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di daerah lain. Dengan menonton televisi akan menambahkan wawasan. 70% orang tua murid yang diwawancarai mengatakan bahwa anak mereka menjadi lebih tahu mengenai dunia luar dan saat ditanya, anak tersebut menjawab Aku tahu dari TV ma’. Hal tersebut membuktikan bahwa fungsi televisi sebagai sumber informasi untuk mengenal dunia luar cukup berhasil. Namun hal ini perlu didukung dengan adanya pengawasan dari orang tua agar informasi yang diterima oleh anak sesuai dengan usia mereka.

B. Pengaruh Negatif

Selain pengaruh positif, pengaruh negatif dari menonton televisi juga tidak kalah banyak. Perbandingan antara pengaruh positif dan pengaruh negatif yang dirasakan oleh koresponden sekitar 50:50 . Pengaruh negatif dari menonton televisi sangat banyak jenisnya baik di lihat dari segi akhlak dan perilaku mauapun jika dilihat dari segi lain seperti dari segi kesehatan.

1. Dilihat dari segi akhlak dan perilaku anak
a) Mendorong anak menjadi konsumtif.
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama. 80% orang tua yang penulis wawancarai mengatakan bahwa anak mereka menjadi lebih konsumtif setelah melihat iklan di televisi. Mereka sering mengatakan Ma, aku mau mainan itu yang ada di TV´. Hal tersebut menunjukan bahwa televisi bereperan besar dalam mendorong anak menjadi konsumtif
b) Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar. Anak-anak yang terbiasa menghabiskan waktu nya dengan menonton televise akan sangat sulit saat diajak beralih untuk belajar. Mereka akan lebih senang menyaksikan acara favoritnya dibandingkan harus membuka buku dan mengerjakan tugas. 70 % orang tua menyatakan bahwa anak mereka menjadi tidak semangat belajar setelah menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai kebiasaan.
c) Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya terpotong atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi
ajang berbagi cerita antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda. Sekitar 65% orang tua setuju dengan hasil penelitian tersebut.
d) Menonjolkan perilaku imitatif
Dwyer menyimpulkan, sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran masuknya pesan ± pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian. Dengan demikian terutama bagi anak- anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat,tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tesebut akan mengikuti acara televisi yang ia tonton. Salah satu ibu koresponden menyatakan bahwa anaknya  merupakan salah satu µkorban televisi dimana anak dari ibu tersebut sering menirukan apa yang ia lihat di televisi. Seperti yang kita ketahui bahwa sinetron UFO yang mengemas cerita manusia planet, cukup menarik perhatian anak-anak. Anak dari ibu koresponden ini juga merupakan salah satu pemirsa setia sinetron tersebut. Dikesehariannya anak tersebut sering bercakap-cakap dengan bahasa yang digunakan oleh manusia planet dalam sinetron tersebut seperti bleketek bleketek brokotok brokotok´.Kasus lain juga dapat kita lihat pada peristiwa tewas nya seorang anak akibat loncat dari lantai 4 bangunan rumahnya setelah menyaksikan film Superman di televisi.
Hal tersebut menunjukan bahwa dampak negatif yang cukup besar yang ditimbulkan oleh menonton televisi adalah menonjolkan perilaku imitatif dari anak itu sendiri. 70 % orang tua yang menjadi koresponden menyatakan bahwa anaknya menjadi lebih imitatif akibat kebiasaan menonton televisi.

2. Dilihat dari segi kesehatan fisik
a) Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan).
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Sekitar 85% orang tua dari data wawancara menyatakan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.
b) Memperbesar kemungkinan terjangkit penyakit rabun .
Seperti kita ketahui bahwa sebagian besar anak tidak mau beranjak dari depan televisi apabila ia sudah jatuh hati dengan acara yang disiarkan. Selain itu, jarak pandang mereka dengan televisi juga biasanya tidak sesuai dengan jarak pandang yang baik. Hal ini tentu saja terjadi berulang- ulang dan terus-menerus apabila si anak telah menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai kebiasaan. 65 % orang tua menyatakan bahwa anak mereka yang pada awalnya memiliki kondisi mata yang sehat menjadi harus menggunakan kacamata setelah terbiasa menonton televisi setiap hari. Hal ini tentu saja dikarenakan oleh faktor jarak pandang yang tidak sesuai dan radiasi dari televisi itu sendiri yang bias menyebabkan penyakit mata seperti rabun jauh ataupun rabun dekat.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Penyebab timbulnya kebiasaan menonton televisi

1. Faktor Internal
Timbulnya kebiasaan menonton televisi sebenarnya bisa saja dating dari dalam anak itu sendiri. Menurut data angket, factor internal penyebab timbulnya kebiasaan yang terbesar adalah iseng dan rasa ingin tahu dari anak itu sendiri. Iseng dan rasa ingin tahu sebenarnya saling berkaitan erat dalam penyebab timbulnya kebiasaan menonton televisi pada anak. Rasa ingin tahu yang besar yang memang lazim terdapat pada anak-anak mendorong mereka untuk melihat dan menyaksikan apa yang ada dalam acara-acara televisi yang di siarkan. Mereka penasaran mengenai tokoh ataupun cerita yang ada di dalamnya. Kemudian alasan iseng sebagai penyebab timbulnya kebiasaan juga sering digunakan. Anak-anak pada awalnya hanya ingin mencoba hal baru yang belum pernah mereka coba sebelumnya, dalam hal ini menonton televisi. Saat di waktu luang dimana tidak ada yang ingin mereka kerjakan, mereka iseng menyalakan televisi, mencari saluran televisi yang menurut mereka menarik dan kemudian menyaksikannya.
Dari awal iseng tersebut kemudian berkembang menjadi kebiasaan yang tanpa disadari sudah menjadi bagian dari kegiatan mereka sehari-hari.

2. Faktor Eksternal
Selain faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, tentu saja faktor yang berasal dari luar atau eksternal juga berpengaruh dalam pembentukan kebiasaan. Menurut data yang bersumber dari angket, faktor eksternal yang cukup berpengaruh diantaranya adalah kebiasaan orang tua, teman, waktu luang dan acara televisi yang ditayangkan.
Kebiasaan menonton televisi pada orang tua tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut menyumbang banyak dalam membentuk kebiasaan anak yang sama. Sebagian besar anak berdasarkan data angket menyatakan bahwa awal mula mereka menonton televisi dikarenakan orang tua mereka menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai hobi. Beberapa anak yang diwawancarai juga menyatakan bahwa orang tua mereka hanya menasihati untuk tidak terlalu sering menonton televisi namun orang tua mereka tetap menjadikan menonton televisi sebagai kebiasaan.
Faktor teman juga membentuk kebiasaan tidak jauh berbeda dengan faktor sebelumnya yaitu orang tua. Teman seringkali mempengaruhi anak untuk menonton televisi dengan mensugestikan acara-acara yang menurut teman tersebut tergolong acara yang menarik. Untuk anak usia dini mereka juga masih sering saling mengajak satu sama lain untuk menonton televisi bersama-sama sepulang sekolah. Dapat kita dilihat juga dari angket bahwa waktu luang dan acara televisi cukup menyumbang dalam pembantukan kebiasaan. Apabila ada waktu luang, anak cenderungmencari kegiatan yang bisa dia lakukan dan saat melihat ada acara televisi yang menarik maka ia langsung memilih menghabiskan waktu dengan menonton televisi.





B.     Frekuensi Menonton Televisi

Kebiasaan menonton televisi telah menyita banyak waktu anak dalam kehidupannya sehari-hari. Menurut data penelitian pada tahun 2002, jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 ± 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang
dari 1.000jam/tahun. Bisa kita lihat bahwa jam menonton televisi anak lebih banyak daripada jem belajarnya.
Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan kepada murid kelas 5 SDN Utan Kayu Selatan selaku responden dari karya ilmiah ini. Hasil angket menunjukan bahwa sekitar ... % anak menghabiskan waktu nya sebanyak lebih dari 5 jam sehari untuk menonton televisi. Dan dari data wawancara didapat bahwa waktu anak menonton televisi antara lain saat jam makan, sebelum dan sesudah berangkat
sekolah, di jam tidur siang dan pada malam hari dimana banyak acara menarik yang
disiarkan.

C.     Pengetahuan para orang tua mengenai pengaruh negatif dari kebiasaan menonton televisi

Banyak orang tua yang pengetahuan mengenai pengaruh negatif dari kebiasaan menonton televisi nya dapat dikatakan cukup minim. Kebanyakan dari orang tua menganggap bahwa pengaruh negatif dari kebiasaan menonton televisi pada anak hanya berupa kerugian secara fisik seperti sakit mata atau penurunan semangat belajar. Jika dibandingkan dengan pengaruh negatif sesungguhnya yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi, tentu saja hal tersebut tergolong terlalu sempit.
Berdasarkan data yang diperoleh dari angket dan wawancara, orang tua yang mengetahui hampir semua pengaruh negatif yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton
televisi hanya sekitar 35 %. Untuk mengatasi hal ini para orang tua baiknya banyak membaca dari buku ataupun media lain mengenai dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi sehingga dapat membantu mengurangi kebiasaan menonton televisi pada anak.

CARA MENGATASI DAMPAK NEGATIF MENONTON TELEVISI PADA ANAK

A. Pengawasan tayangan televisi yang baik untuk anak

Orang tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak. Jangan biarkan anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya. Walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak. Maksudnya tidak ada unsur kekerasan atau hal lain yang tidak sesuai dengan usia mereka.
Selain itu juga orang tua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi. Tujuannya adalah agar acara televisi yang ditonton oleh anak dapat terkontrol dan orangtua dapat memperhatikan apakah acara tersebut layak ditonton atau tidak. Orangtua juga dapat mengajak anak membahas apa yang ada di televisi dan membuatnya mengerti bahwa apa yang ada di televisi tidak tentu sama dengan kehidupan yang sebenarnya.Orang tua juga harus mengetahui acara favorit anak dan bantu anak memahami pantas tidaknya cara tersebut mereka tonton, ajak mereka menilai karakter dalam acar tersebut secara bijaksana dan positif.
Orangtua sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk mempermudah orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat aktivitas yang seharusnya dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar menjadi terganggudan beralih ke televisi.

B. Pengontrolan waktu menonton televisi yang tepat

Orang tua baiknya memberi kesepakatan dengan jadwal kepada anak tentang mana acara yang boleh ditonton atau tidak, kapan boleh menonton, waktu beribadah, waktu belajar, waktu tidur, bahkan waktu membantu orang tua di rumah dan berikan sanksi bila melanggar.

Periksalah jadwal acara televisi, sehingga orangtua dapat mengatur acara apa yang akan ditonton bersama anak. Dengan mencari dan melihat resensi atau ulasan mengenai film atau acara tersebut orangtua akan tahu garis besar isi acara tersebut sehingga dapat menentukan pantas tidak acara tersebut disaksikan. Orangtua juga harus membiasakan anak tidak menonton televisi di hari-hari sekolah. Ini dimaksudkan untuk menghindari kurangnya waktu belajar anak karena terlalu banyak menonton acara televisi. Di sini orangtua harus memberi contoh dengan tidak banyak menonton televisi. Jika anak melihat orangtuanya sering menonton televisi sedangkan ia tidak diperkenankan tentu anak akan menganggap itu tidak adil.

C. Pemilihan kegiatan alternatif lain yang baik untuk anak

Orang tua dapat mengajak anak untuk melekukan banyak aktivitas lain selain hanya menonton televisi. Orangtua dapat mengajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain.
Orang tua juga dapat memperkenalkan dan mengajarkannya suatu hobi baru. Kegiatan alternatif tersebut antara lain:

1) Pergi ke perpustakaan atau ke toko buku terdekat
Membiasakan anak membaca buku merupakan hal yang baik. Bila sempat, sisakan waktu setiap hari, jika tidak, beberapa kali setiap minggu untuk membacakan cerita kepada anak atau biarkan sekali-kali anak yang membacakan cerita. Jangan lupa untuk membahas kembali apa yang telah dibaca. Tanyakan kepada mereka tentang ceritanya, bantu mereka menemukan kosakata baru dan ajak anak untuk membaca beragam macam bacaan. Sediakan sebanyak mungkin buku yang pantas di sekitar rumah dan minta kerjasama keluarga untuk menjadikan buku sebagai hadiah ulangtahun, liburan atau lebaran.




2) Bercocok tanam
Kebiasaan menonton televisi menjauhkan kita dari alam. Padahal banyak hal yang bisa diajarkan oleh alam, dan yang tidak bias didapatkan dari menonton televisi. Dengan mengajak anak bercocok tanam, bisa mengajarkan kepada anak banyak hal. Mulai membuat taman bunga sendiri, atau bahkan 1 pot saja. Dengan ini anak bisa belajar makna tumbuh dan bertanggung jawab. Jadi setiap kali ia menyiram bunganya di pagi hari, ia akan ingat bahwa tanaman, seperti kita semua itu mulai dari benih, tumbuh, berkembang dan kelak layu dan mati.

3) Melihat awan
Melihat awan mungkin kedengarannya adalah hal yeng aneh karena kita tidak dibiasakan menikmati langit. Atau kita biasa hanya terpaku dengan indahnya bintang-bintang di malam hari. Padahal awan itu hampir selalu ada, selalu bergerak dan kadang-kadang membentuk hal-hal yang unik, seperti kuda nil, atau pesawat terbang.Para orang tua bisa mengajak anak untuk menggambarkan bentuk apa yang dia lihat di awan. Kadang mereka bisa melihat 1 awan tapi dengan 2 bentuk yang berbeda. Orang tua dan anak juga bisa mengajaknya membuat puisi tentang awan. Atau biarkan mereka mengarang cerita tentang apa kira-kira rasanya bila kita bisa hidup di awan. Hal ini bisa memicu daya imajinasi dan kreativitas.

4) Menulis surat
Kebiasaan memiliki sahabat pena sudah begitu jauh dari kehidupan anak-anak kita. Dengan teknologi yang kini sudah begitu canggih, anak lebih senang menggunakan telepon untuk bercerita. Tapi ternyata menulis surat melatih banyak hal. Selain mengenali prosedur pengiriman barang (amplop, perangko dan jasa besar pak pos), menulis surat juga melatih motorik dan membuat anak senang bila menerima balasan.

5) Jalan-jalan
Jalan-jalan itu sebenarnya merupakan kegiatan yang bisa dilakukan dengan mudah dan murah. Tidak perlu banyak mengeluarkan uang. Jalan-jalan ke rumah teman atau sekadar berkeliling lingkungan rumah saja untuk menyapa tetangga. Kita juga bisa berjalan-jalan ke taman kota dan membuat piknik atau sekadar bermain di sana. Jalan-jalan itu baik untuk tubuh karena bisa menurunkan tekanan darah dan resiko terkena penyakit jantung. Dan yang lebih menguntungkan, jalan-jalan juga bias mengurangi berat badan. Jalan-jalan juga bisa menenangkan pikiran dan melepaskan stres. Karena dengan berjalan, otak melepaskan zat yang bisa meringankan tekanan pada otot serta mengurangi kecemasan. Jalan-jalan juga bagus untuk lingkungan. Kalau kita lebih sering berjalan dari pada menggunakan transportasi bermesin, kita bisa menghemat 7 milyar gallon bensin dan 9.5 juta ton asap pembuangan kendaraan bermotor pertahunnya.

6) Mendengarkan radio atau membaca koran
Anak sekarang sudah jarang sekali mendengarkan radio, apalagi membaca koran. Padahal mungin mereka bisa mendapatkan informasi yang tidak kalah banyaknya dibanding mendengarkan berita di televisi. Radio bisa melatih anak untuk mendengarkan dengan baik dan Koran bisa mengajak anak untuk menambah wawasannya tentang dunia.

7) Berolahraga
Kadang kata olahraga terdengar berat, tapi setelah dilakukan biasanya menyenangkan. Selain jalan-jalan, bersepeda dan berenang, masih banyak lagi olahraga yang bisa dilakukan bersama keluarga.

8) Bakti sosial
Orang tua sering lupa mengajak anak untuk memerhatikan orang- orang di lingkungan sekitar yang tidak seberuntung mereka. Dengan mengajak anak untuk bersama-sama membersihkan rumah dan lemari pakaian dari barang-barang yang tidak lagi digunakan tapi masih bagus dan layak pakai untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan di sekitar
rumah dapat meningkatkan rasa social yang tinggi pada anak.

9) Mengikuti Kursus
Pelajaran di sekolah sebagian besar hanya melatih otak kiri. Baiknya orang tua tidak lupa untuk melatih otak kanan anak . Ambil les yang menarik dan sesuai dengan bakat anak. Mulai dari les musik dengan piano, gitar, biola atau drumnya, atau les menari mulai dari tarian daerah, tarian modern dan ballet, atau les-les lainnya. Tapi orang tua harus memperhatikan jangan sampai les-les ini menambah beban belajar yang sudah menumpuk di sekolah. Pastikan anak mendapatkan waktu yang cukup untuk istirahat juga.

10) Mengerjakan keterampilan tangan
Banyak buku sekarang yang mengajarkan membuat keterampilan tangan, sehingga kita bisa melakukannya secara otodidak. Keterampilan tangan bisa dalam bentuk bermacam ragam, mulai dari meyulam, origami sampai membuat bunga dari sabun mandi.

11) Kunjungan ke kebun binatang atau museum
Kegiatan mengunjungi kebun binatang akan selalu menyenangkan karena kita bisa melihat beragam binatang yang tidak biasa kita lihat sehari-hari. Anak-anak biasanya menyukai hal-hal tersebut. Bila ada waktu dan transportasi, mengunjungi taman safari dan bersentuhan dengan binatang-binatang secara langsung juga bisa dijadikan kegiatan alternatif mengisi waktu luang. Selain itu, museum juga menarik untuk dikunjungi. Dari museum anak-anak bisa banyak belajar tentang sejarah dan melihat langsung artefak-artefak menarik tentang sejarah tersebut.

D. Pembinaan hubungan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua di rumah

Yang menarik adalah hasil studi pakar psikiatri Universitas Harvard, Robert Coles . Temuannya menunjukan bahwa pengaruh negatif tayangan televisi, justru terdapat pada keharmonisan di keluarga. Dalam temuannya, anak-anak yang mutu kehidupannya rendah sangat rawan terhadap pengaruh buruk televisi.
Sebaliknya keluarga yang memegang teguh nilai, etika, dan moral serta orang tua benar-benar menjadi panutan anaknya tidak rawan terhadap pengaruh tayangan negatif televisi. Lebih lanjut Cole menunjukan bahwa mempermasalahkan kualitas tayangan televisi tidak cukup tanpa mempertim-bangkan kualitas kehidupan keluarga. Ini berarti menciptakan keluarga yang harmonis jauh lebih penting ketimbang menuduh tayangan televisi sebagai biangkerok meningkatnya perilaku negatif di kalangan anak dan remaja.
Mungkin kita akan lebih yakin terhadap temuan Coles apabila mengkaji bagaimana proses pembentukan perilaku manusia. Pembentukan perilaku didasarkan pada stimulus yang diterima melalui pancaindra yang kemudian diberi arti dan makna berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan keyakinan yang dimilikinya. Anak, sebagai individu yang masih labil dan mencari jati diri, sangat rentang dengan perilaku peniruan yang akhirnya akan terinternalisasi dan membentuk pada kepribadiannya.
Tayangan televisi yang dilihatnya setiap saat masuk ke dalam otaknya. Bagi anak yang berasal dari mutu kehidupan keluarganya baik, semua yang ia lihat di layar televisi dapat disaring melalui suasana keluarga yang harmonis, dimana orang tuanya bisa menjadi panutan. Komunikasi dan contoh orang tua dalam perilaku sehari-hari membuat benteng yang kokoh dalam membendung semua pengaruh buruk di layar televisi. Sebaliknya, anak yang berasal dari keluarga yang mutu kehidupan keluarganya rendah, semua tayangan di televisi sulit disaring, karena mereka belum bisa membedakan mana perilaku yang baik/buruk. Begitu pula dalam lingkungan keseharian di keluarganya tidak ditemukan sikap dan perilaku normatif yang dapat dijadikan filter tayangan televisi.

Salah satu kegiatan yang bisa membantu proses pembinaan komunikasi antara anak dan orang tua di dalam rumah adalah bercengkrama satu sama lain. Bercengkrama dengan keluarga merupakan sesuatu yang mahal karena penelitian mengatakan bahwa 54% anak berusia 4-6 mengaku lebih senang menonton TV daripada bermain dengan ayahnya. Para orangtua juga mengaku bahwa mereka hanya menghabiskan sekitar 40 menit perhari untuk melakukan percakapan yang berarti dengan anaknya. Kedekatan dengan keluarga tidak bias dibeli. Jangan biarkan televisi mencuri lagi waktu untuk keluarga yang memang sudah tinggal sedikit sekali karena terpotong aktivitas sehari-hari.











BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya :

1. Kebiasaan menonton televisi pada anak usia dini merupakan kebiasaan yang dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara lain faktor internal meliputi rasa ingin tahu dan iseng, serta faktor eksternal meliputi orang tua, teman dan acara televisi itu sendiri.
2. Disamping memberikan dampak positif, televisi juga dapat memberikan dampak negatif bagi pemirsannya khususnya anak-anak. Bahkan apabila dikaji lebih jauh, dampak negatifnya jauh lebih besar dibandingan dampak positifnya. Dampak negatif tersebut antara lain , mendorong anak menjadi berperilaku konsumtif, mengurangi semangat belajar, merenggangkan hubungan antara anak dengan orang tua dan menonjolkan peilaku imitatif.
3. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengawasi tayangan dan jam menonton televisi yang baik untuk anak, memilihkan kegiatan alternative untuk anak selain menonton televisi dan membina hubungan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua di rumah.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan berdasarkan uraian diatas yaitu :

1. Setiap Orangtua harus bisa mengontrol tontonan anaknya. Disamping itu orang tua juga harus bisa menjadi kontrol bagi pihak penyiar televise untuk memberikan saran ataupun kritikan bahkan menentang acara televisi yang bisa berdampak negatif bagi pemirsannya.
2. Bagi Pemerintah harus melakukan penyaringan terhadap setiap acara televisi, serta harus adanya standarisasi film yang layang untuk di tayangkan atau tidak layak.
3. Bagi pihak yang berwajib hendaknya menggiatkan peraturan yang telah ada dalam melindungi anak ± anak dari kekeliruan dan kesalahan persepsi tentang tayangan yang tidak sesuai mereka tonton.
4. Bagi pihak penyiar televisi, seharusnya tidak hanya mementingkan keuntungan tetapi harus mempertimbngkan dampaka dari acra tersebut. Pihak penyiar juga harus mengatur acara televisi agar fungsi dari televisi sebagai sarana informatif, edukatif, rekreatif dan sebagai sarana mensosialisasikan nilai-nilai atau pemahaman-pemahaman baik yang lama maupun yang baru, dapat berjalan sebagaimana fungsinya.



DAFTAR PUSTAKA

This is the html version of the file http://j3sra3l.files.wordpress.com/2010/11/pengaruh-negatif-menonton-televisi-pada-anak-usia-dini-terhadap-akhlak-dan-perilaku-sehari-hari.pdf.
Google automatically generates html versions of documents as we crawl the web.