PENDAHULUAN
Birokrasi
sebagai salah satu sistem dalam pemerintahan, di dalamnya ditandai
dengan berbagai indikasi, seperti kedudukan yang bersifat hierarki,
hubungan otoritas, fungsi-fungsi khusus, peraturan dan undang-undang
yang mengatur pengelolaan, tugas-tugas, interaksi dengan lingkungan yang
mendukung. Menurut Max Weber (Wahjosumidjo, 2007 : 62), seorang pakar
sosiologi Jerman, birokrasi adalah salah satu bentuk ideal organisasi,
di mana titik sentral dari teori Weber ini diletakkan pada pola-pola
interaksi yang legitimatif (legitimate interaction patterns) di antara para anggota organisasi dalam mencapai tujuan dan terlibat dalam kegiatan.
Ciri-ciri organisasi sebagai birokrasi menurut Max Weber adalah sebagai berikut :
a. Dalam organisasi terdapat proses interaksi antar sekelompok manusia dalam mencapai tujuan;
b. Dalam interaksi mencapai tujuan ada pembagian tugas;
c. Dalam
organisasi hubungan kerja sama yang ada di dalamnya bersifat struktural
atau merupakan hubungan hierarki yang di dalamnya berisi wewenang,
tangung jawab dan pembagian kerja (a hierarchy of authority );
d. Dalam organisasi terdapat aturan yang mengatur proses interaksi diantara orang-orang yang melakukan kerja sama ;
e. Di dalam organisasi terdapat sistem komunikasi dan sistem insentif.
Sekolah
sebagai suatu organisasi di dalamnya terhimpun kelompok-kelompok
manusia yang masing-masing baik secara perorangan maupun kelompok saling
melakukan hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan. Kelompok-kelompok
manusia yang dimaksud adalah sumber daya manusia yang terdiri dari :
Kepala Sekolah, guru-guru, tenaga administrasi / staf, peserta didik,
dan kelompok orang tua siswa.
Pada
setiap organisasi di dalamnya selalu ada pembagian tugas. Pembagian
tugas ini diadakan untuk mendukung agar proses interaksi antar manusia
dapat berjalan dengan baik. Demikian juga di dalam kehidupan sekolah,
pembagian tugas ini dilaksanakan dengan tegas oleh kepala
sekolah, sehingga masing-masing kelompok dan orang-orang dengan jelas
melakukan tugas apa, kapan, dan bagaimana melakukan tugas tersebut. Job description
ini merupakan manifestasi dari pemberdayaan sumber daya manusia
(personal). Dalam pembahasan ini, pengelolaan personal ini difokuskan
pada pengelolaan staf / karyawan non guru.
PENDAHULUAN
1. Tinjauan Awal Tentang Personalia
Kepegawaian
disebut juga personalia dan pegawainya disebut juga personel atau
karyawan. Pegawai pada suatu sekolah ialah mereka yang tergabung dalam
suatu sekolah untuk melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. (Burhanuddin, 2005 : 65).
Pada
prinsipnya yang dimaksud personel ialah orang-orang yang melaksanakan
sesuatu tugas untuk mencapai tujuan. Karena itu , personel di sekolah
meliputi unsur guru yang disebut tenaga edukatif dan unsnur karyawan
yang disebut tenaga administratif. ( Suryosubroto, 2004 : 86 ).
Seringkali
juga untuk mengasumsikan seorang pegawai menggunakan istilah staf.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia staf berarti sekelompok orang yang
bekerja sama membantu seorang ketua dalam mengelola sesuatu. Staf yang
dimaksud dalam bahasan kita adalah sekelompok sumber daya manusia yang
bertugas membantu kepala sekolah dalam mencapai tujuan sekolah yang
terdiri dari para guru, laboran, pustakawan, dan kelompok sumber daya
manusia yang bertugas sebaai tenaga administrasi yang khusus dalam hal
keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan sebagainya.
Guru
sebagai tenaga pendidik, ialah sekelompok sumber daya manusia yang
ditugasi untuk membimbing, mengajar dan atau melatih para peserta didik
menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Laboran adalah orang (ahli
kimia dan sebagainya) yang bekerja di laboratorium. Pustakawan adalah
orang yang bergerak di bidang perpustakaan; ahli perpustakaan.
Tenaga
administrasi atau administrator adalah pengurus, penata usaha di
bidang-bidang tertentu seperti keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan
sebagainya.
2. Menejemen Personalia di Sekolah
Keberadaan
sumber daya manusia merupakan bagian integral dalam kehidupan suatu
sekolah. Karena masing-masing sumber daya manusia mempunyai peranan yang
strategis. Oleh sebab itu, pembinaan terhadap personal yang ada menjadi
tanggung jawab kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di suatu
sekolah. Konsekwensinya setiap kepala sekolah harus memahami benar
mengenai lingkup atau dimensi-dimensi kepegawaian.
Banyak
masalah yang tidak terpisahkan dari kehidupan sekolah sebagai suatu
organisasi. Masalah –masalah itu mencakup beberapa aspek, seperti
mendefinisikan tujuan, menentukan kebijaksanaan, mengembangkan program,
mempekerjakan orang, mengadakan fasilitas, mencapai hasil dan
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang terpisah-pisah. Semua kegiatan
tersebut memerlukan keterlibatan orang-orang dengan latar belakang
kemampuan yang berbeda-beda , seperti para guru yang professional,
kelompok orang-orang yang tidak terlibat dalam tugas mengajar, seperti
pustakawan, laboran, dan sebagainya.
Secara
umum kita akui bahwa keberhasilan usaha seseorang mempunyai hubungan
yang erat dengan kualitas manusia yang melakukan usaha atau tugas
tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang nampak melalui kompetensi
yang dimilikinya merupakan hal esensial untuk menjadi manusia
professional. Begitu juga dengan keberhasilan suatu sekolah.
Keberhasilan
sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya mengelola
tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Pengelolaan atau manajemen
tenaga kependidikan bertujuan untuk memberdayagunakan tenaga
kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang
optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.
Sehubungan
dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan adalah
menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna mencapai
tujuan.
Oleh
sebab itu, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mengolah
dan memanfaatkan segala sumber daya manuasi yang ada, sehingga tercapai
efektivitas sekolah yang pada ujungnya menghasilkan perubahan yang
diharapkan pada anak didik.
Untuk
mengelola sumber daya manusia agar memiliki kecakapan, motivasi dan
kreativitas secara maksimal, maka hendaknya melalui tahapan – tahapan
sebagai berikut :
a. Identifikasi staf / pegawai
Tahapan ini erat kaitannya dengan rencana pengadaan pegawai. Dalam
rangka memenuhi kebutuhan pegawai pada suatu sekolah, lembaga ataupun
organisasi, maka diperlukan adanya rencana kepegawaian. Namun sebelumnya
harus dilakukan analisis pekerjaan ( job analysis ) dan analisis jabatan untuk memperoleh diskripsi tentang tugas – tugas dan pekerjaan yang harus dilaksanakan.
Identifikasi
staf atau pegawai merupakan pengenalan terhadap kualitas yang dimiliki
oleh para calon staf baik dari sisi derajat kepribadian, keinginan atau
harapan, motivasi serta keahlian yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan
atau jenis pekerjaan / kedudukan yang diberikan pada mereka.
Identifikasi
dibedakan menjadi rekruitmen dan seleksi. Rekruitmen merupakan proses
identifikasi calon-calon staf yang secara potensial akan diterima.
Sedang seleksi merupakan proses pemilihan calon-calon yang tingkat
kualitasnya seperti kepribadian, kebutuhan atau harapan, motivasi serta
kecakapan / keahlian memang betul-betul telah memiliki persyaratan untuk
melaksanakan pekerjaan / jabatan khusus yang akan ditugaskan. Seleksi
itu biasanya dilakukan dengan serangkaian ujian baik secar lisan, maupun
praktek. Namun adakalanya, pada suatu organisasi, pengadaan pegawai dapat didatangkan secara intern atau dari dalam organisasi saja, apakah melalui promosi atau mutasi.
b. Penempatan
Bila
rekruitmen pegawai telah mendapatkan calon – calon pegawai yang sesuai
dengan kualifikasi pegawai yang ditetapkan, maka pimpinan menentukan
kemungkinan penempatannya. Tujuan pokok penempatan adalah mencari
kepastian secara maksimal tentang kesesuaian antara jabatan / tugas yang
harus diisi dengan kemampuan dan keahlian individu serta karakteristik
pribadi para individu.
c. Penyesuaian diri
Tujuan
utama penyesuaian adalah untuk membantu seorang pegawai baru memahami
dan beradaptasi pada harapan, peran, dan mengembangkan rasa ikut
memiliki dan mengenali sekolah dan masyarakat. Tahapan ini berkaitan
erat dengan pembinaan dan pengembangan staf atau pegawai. Di mana fungsi
pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan pengelolaan personil yang
mutlak perlu, untuk memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja
pegawai. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in service training. Kegiatan pembinaan dan pengembangan ini tidak hanya menyangkut aspek kemampuan, tetapi juga menyangkut karier pegawai.
d. Evaluasi
Untuk
mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan dan keberhasilan pegawai
seorang pimpinan perlu mengadakan evaluasi terhadap kinerja pegawainya.
Evaluasi mencakup penilian terhadap tingkat penampilan dari
masing-masing personel / staf dalam mencapai hasil yang diharapkan.
Penampilan yang dimaksud di sini mencakup. prestasi individu dan peran
sertanya dalam kegiatan sekolah, dan juga kepribadian pegawai. Penilaian
ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga bagi pegawai itu
sendiri. Bagi para pegawai, penilaian berguna sebagai umpan balik
berbagai hal, seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan dan potensi yang
pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan
pengembangan karir. ( Mulyasa, 2007 : 42 – 45 ).
Menurut Ismed Syarif, ada beberapa hal yang penting untuk dinilai dalam daftar penilian pegawai, yaitu :
- Kemampuan kerja
- Kerajinan
- Kepatuhan disiplin kerja
- Rasa tanggung jawab terhadap tugas
- Hubungan kerja sama
- Kelakuan di dalam dan di luar dinas
- Prakarsa (inisiatif)
- Kepemimpinan
- Pekerjaan pada umumnya ( Suryosubroto, 2004 : 90 – 91 ).
e. Perbaikan
Berdasarkan
hasil evaluasi yang dilakukan, maka perlu adanya perbaikan untuk
meningkatkan professionalisme dan memperbaiki kelemahan dan kekurangan
pegawai yang telah diidentifikasi. Perbaikan itu bisa berupa pendidikan
dan latihan yang merupakan suatu bentuk program pengembangan sumber daya
manusia ( personal development ). Hal ini mengacu pada arti daripada pendidikan dan latihan yang merupakan suatu program belajar yang direncanakan untuk menghasilkan anggota staf demi memperbaiki penampilan seseorang yang telah mendapatkan tugas menduduki jabatan
( Wahjosumidjo, 2007: 380 ).
f. Kompensasi pegawai.
Kompensasi
adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai, yang dapat
dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap.
Pemberian kompensasi selain dalam bentuk gaji, dapat juga berupa
tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan, dan lain-lain. Masalah
kompensasi merupakan salah satu bentuk tantangan yang harus dihadapi
manajemen, karena imbalan oleh para pegawai tidak lagi dipandang
semata-mata sebagai alat pemuas kebutuhan materialnya, akan tetapi sudah
dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia.
g. Pemberhentian pegawai
Pemberhentian
pegawai merupakan fungsi personalia yang menyebabkan terlepasnya pihak
organisasi dan personil dari hak dan kewajiban sebagai lembaga tempat
bekerja dan sebagai pegawai. Untuk selanjutnya mungkin masing-masing
pihak terikat dalam perjanjian dan ketentuan sebagai bekas pegawai.
Sebab-sebab pemberhentian pegawai ini dapat dikelompokkan kedalam tiga
jenis yaitu :
- Pemberhentian atas permohonan sendiri;
- Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah,bagi yang berstatus pns;
- Pemberhentian oleh sebab-sebab lain, seperti meninggal dunia, hilang, habis masa cuti tetapi tidak melaporkan, dan lain-lain.
.3. Peranan Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Personel
Seorang
kepala sekolah harus mampu mengerakkan sumber daya manusia yang
memiliki kecakapan, motivasi dan kreativitas secara maksimal untuk :
a. Memungkinkan sekolah mengatasi ketidakpastian atau kelemahan (infirmity);
b. Menyesuaikan
progam pendidikan secara terus-menerus terhadap kebutuhan hidup
individu dan kebutuhan kompetisi di dalam masyarakat yang dinamis;
c. Menggunakan
kepemimpinan yang membentuk organisasi kemanusiaan didalam cara yang
sesuai antara kepentingan individu dengan kepentingan sekolah;
d. Menciptakan
kondisi dan suasana kondusif untuk meningkatkan pertumbuhan sikap
kepeloporan / sukarela dan efektifitas individu secara maksimal;
e. Mempengaruhi orang-orang biasa, sehingga mampu tampil dalam bentuk yang luar biasa.
( Wahjosumidjo, 2007 ).
Strategi
kepegawaian yang mengacu kepada lima hal diatas memerlukan konsentrasi
kepemimpinan dalam arti kesungguhan dalam mencapai tujuan organisasi
yaitu memelihara para anggotanya, berinisiatif dan berkreativitas dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sehingga terjadi hubungan proses
administrasi, yang pada akhirnya akan tercipta keserasian antara tujuan
organisasi dan usaha-usaha individu.
Peranan
sumber daya manusia terkait erat dengan keberhasilan sebuah organisasi.
Dan yang penting juga untuk diketahui bahwa di dalam organisasi seperti
sekolah akan selalu terjadi problem kemanusiaan, yang menurut William
B. Castetter ( dalam Wahjosumidjo, 2007 ) adalah sebagai berikut :
a. Kesenjangan komunikasi;
b. Pemberian penghargaan yang tidak efektif;
c. Ketiadaan ( lack ) otoritas;
d. Supervisi yang tidak tepat;
e. Pemberian kompensasi yang tidak seimbang;
f. Kedudukan yang tidak aman;
g. Ketidaklenturan karir;
h. Keusangan personil;
i. Rekruitmen dan usaha seleksi yangh tidak produktif;
j. Ketidakpuasan jabatan;
k. Pergantian yang berlebih-lebihan;
l. Kelambatan dan ketidakhadiran;ketidakadilan pemberian tugas dan kesempatan promosi; dan
m. Akibat negative yang tumbuh sehingga klien sekolah seringkali bersekutu dengan tawar menawar bersama ( bargaining ) di dalam sector masyarakat umum.
Staf
memegang peranan penting dalam kehidupan persekolahan, sehingga
kepemimpinan kepala sekolah yang mempunyai arti vital dalam proses
pendidikan harus mampu mengolah dan memanfaatkan segala sumber daya
manusia yang ada sehingga tercapai efektivitas sekolah yang diharapkan
akan membawa perubahan pada peserta didik.
Terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh kepala
sekolah agar dapat mencapai efektivitas sekolah, yaitu :
a. Sekolah harus secara terus menerus menyesuaikan dengan kondisi internal dan eksternal yang mutakhir;
b. Mampu mengkoordinasikan dan mempersatukan usaha seluruh sumber daya manusia kea rah pencapaian tujuan;
c. Perilaku
sumber daya manusia kea rah pencapaian tujuan dapat dipengaruhi secara
positif apabila kepala sekolah mampu melakukan pendekatan secara
manusiawai;
d. Sumber daya manusia merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan perencanaan organisasi;
e. Dalam
rangka pengelolaan, seorang kepala sekolah harus mampu menegakkan
hubungan yang serasi antara tujuan sekolah dengan perilaku sumber daya
manusia yang ada;
f. Dalam meningkatkan efektivitas dan efesiensi sekolah, fungsi sumber daya manusia harus ditumbuhkan sebagai satu kesatuan utama.
Jelas
sekali dari paparan di atas betapa peranan sumber daya manusia sangat
dominan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi sekolah,
sehingga sudah seharusnya seorang kepala sekolah betul-betul memahami
pengelolaan sumber daya manusia mulai dari proses rekrutmen sampai
pemberhentian.
Oleh karena itu seorang kepala sekolah memiliki tanggung jawab pembinaan sumber daya manusia yang harus diarahkan pada :
a. Pencapaian tujuan sekolah;
b. Bantuan terhadap individu untuk memperoleh kedudukan dan standart penampilan kerja kelompok;
c. Pengembangan karier anggota secara maksimal;
d. Rekonsiliasi antara tujuan individu-individu dengan tujuan organisasi.
Begitu
berat tugas seorang kepala sekolah , sehingga untuk mencapai hasil yang
diharapkan dari organisasi yang dipimpinnya dia harus memiliki
kemampuan :
- mendorong timbulnya kemauan yang kuat serta penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing – masing;
- memberikan bimbingan dan tuntunan terhadap para guru, staf dan siswa memacu dan berdiri di depan untuk memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan.
Untuk
dapat berhasil menggerakkan para guru , staf dan siswa seorang kepala
sekolah perlu memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
- menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa dan bertindak keras ;
- mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kesadaran dan rasa tanggung jawab dengan cara :
- meyakinkan, berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa apa yang diperbuat adalah benar;
- membujuk ( induce ), berusaha meyakinkan apa yan dilakukan oleh para guru, staf dan siswa adalah benar selama berpegang pada aturan yang berlaku.
Demikianlah
uraian singkat mengenai pengelolaan sumber daya manusia di sekolah yang
dalam hal ini menuntut peran dari kepala sekolah sebagai pimpinan
tertinggi di sebuah sekolah. Pengelolaan sumber daya manusia harus
dilakukan secara professional untuk mencapai hasil yang diharapkan,
mengingat sekolah bukan hanya sebagai agen pembelajaran tapi juga agen
perubahan.