Batik dan Rotan Sebagai Ikon Cirebon

Kabupaten Cirebon, Jabar, merupakan salah satu kabupaten yang terletak di bagian timur wilayah PJawa Barat yang berbatasan langsung di bagian timur dengan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, bagian utara dengan Kabupaten Indramayu, bagian selatan dengan Kabupaten Kuningan, dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Majalengka.
Dilihat dari kondisi geografis, Cirebon merupakan salah satu kabupaten terpadat di Jawa Barat dengan jumlah penduduk kurang lebih 2.831.939 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 1.381.067 jiwa dan perempuan sebanyak 1.450.872 jiwa dengan kepadatan penduduk  rata-rata sebesar 2.861,4 jiwa/km. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,96% per tahun.
Kabupaten Cirebon termasuk salah satu pelabuhan penting di pesisir utara Jawa baik dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan di kepulauan Nusantara maupun dengan bagian dunia lainnya. Oleh karena itu, Cirebon tumbuh menjadi cikal bakal pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Posisi sebagai salah satu pelabuhan besar, telah berpengaruh pada kebudayaan Cirebon, yang merupakan perpaduan berbagai budaya dan membentuk ciri khas tersendiri, yang tidak didominasi oleh kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.
Dengan kondisi demikian, tidak berlebihan apabila memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan perekonomian dan kemajuan industri di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, komoditi yang dihasilkan industri Kabupaten Cirebon lebih dari 100 jenis yang sebagian besar dipasarkan di dalam negeri. Akan tetapi terdapat 19 jenis komoditi yang telah dipasarkan ke luar negeri, diantaranya meubeler (kerajinan rotan), udang beku, sumpit kayu, daging rajungan, paha kodok, ikan teri, minyak kenanga, bawang goreng, manisan kolang kaling, batu alam, arak, emping melinjo, batik, sandal karet, ubin kreramik, kerajinan kulit kerang, sapu injuk, driver kanvas, dan benang tenun.
Dari berbagai komoditi tersebut, yang menjadi komoditi unggulan adalah batik dan rotan. Kedua komoditi tersebut memiliki jumlah unit usaha yang banyak dengan nilai investasi yang demikian besar, bahkan  mampu membawa citra Cirebon dan Indonesia di dunia internasional. Oleh karena itu, kini batik dan rotan menjadi ikon Kabupaten Cirebon.
Batik bukan merupakan pekerjaan yang baru dilakukan masyarakat Cirebon, akan tetapi jauh sebelumnya telah dilakukan sejak abad ke XIV (1430) pada masa Keraton Pakungwati oleh Pangeran Cakrabuana sebagai busana bangsawan keraton.
Batik Cirebon saat ini telah memiliki 412 motif dengan corak motif keraton dan motif pesisiran. Motif keraton lebih banyak terinspirasi dari kondisi di lingkungan dan budaya keraton, baik Keraton Kasepuhan maupun Kanoman. Sedangkan motif pesisiran terinspirasi dari lingkungan geografis dan lingkungan sosial, budaya masyarakat di luar keraton. Corak ini lebih banyak didominasi pada motif lingkungan alam, flora dan fauna.
Batik Cirebon ternyata telah menjadi potensi yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari berkembangnya 403 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 3.680 orang. Sedangkan nilai investasi Rp 10.455.250.000,- dengan nilai produksi sebesar Rp 53.221.000.000 per tahun. Para enaga kerja batik tersebut berasal dari beberapa daerah yang ada di sekitar Desa Trusmi, seperti dari Desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali dan Kalitengah.
Kampung Trusmi adalah pusat industri batik dan wisata kuliner Cirebon. Salah seorang pemilik industri batik dan wisata kuliner, Edy Baredi mengatakan, gerainya bukan hanya menyediakan batik, akan tetapi juga menyediakan makanan khas Cirebon, seperti empal gentong, tahu gejrot, mie kocok, nasi lengko, tahu tek tek, empal asem, dan makanan khas Cirebon lainnya.
 “Gerai saya sudah menyediakan pelayanan one stop services, karena bukan hanya menyediakan beragam batik, akan tetapi juga makanan dan perlengkapan lainnya,” kata Edy.
Menurut Edy, telah banyak tokoh-tokoh terkemuka yang mengunjungi gerainya, diantaranya Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Presiden Megawati Sukarnoputri, Gus Dur, dan pejabat tinggi lainnya. “Bahkan Presiden SBY sempat menulis dalam sebuah kertas dengan memberikan kesan yang sangat dalam, yaitu teruslah berkreasi dan berkarya agar tetap menjadi kebanggaan kita semua,” ujar Edy Baredy.
Tidak hanya wisatawan lokal yang datang ke kampung ini, tetapi pelancong dari mancanegara seperti Jepang, Amerika, Australia, dan beberapa negara lainnya.
Disepanjang jalan utama yang berjarak 1,5 km dari desa Trusmi sampai Panembahan, saat ini banyak dijumpai puluhan gerai batik. Berbagai papan nama gerai nampak berjejer menghiasi setiap bangunan yang ada di tepi jalan. Munculnya berbagai gerai ini tak lepas dari tingginya minat masyarakat terutama dari luar kota terhadap batik Cirebon
Cirebon selain memiliki ragam dan corak yang khas, juga telah menjadi salah satu sentra batik di wilayah Jawa Barat. Meskipun belum memiliki pusat perdagangan batik, akan tetapi tidaklah terlalu sulit bagi setiap orang untuk mendapatkan batik khas Cirebon, karena sudah banyak tersedia di beberapa gerai-gerai toko dan pusat perbelanjaan.
Penetapan batik sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNSECO PBB pada 2 Oktober 2009, merupakan angin segar bagi bangsa Indonesia karena batik telah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Hal ini memberikan gambaran kepada dunia bahwa batik Indonesia merupakan budaya asli Indonesia yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, sehingga tidak dapat diklaim oleh negara manapun.
Selain batik, rotan juga merupakan salah satu komoditi unggulan Kabupaten Cirebon. Bahkan Cirebon merupakan sentra industri rotan terbesar di Indonesia. Kerajinan industri rotan mulai dirintis sejak tahun 1930  dan awal tahun 1980 menjadi komoditi ekspor. Bahkan sejak tahun 2011 telah dijadikan sebagai Komoditi Kompetensi Inti Industri Daerah (KIID).
Sebagai komoditi inti industri daerah, industri kerajinan rotan memiliki unit usaha yang paling banyak dibandingkan unit usaha lainnya dan sampai saat ini sudah mencapai 1.305 unit usaha dan menyerap  56.269 tenaga kerja. Dari jumlah unit usaha itu, sebanyak 292 unit usaha merupakan eksportir aktif.
Perkembangan industri rotan tidak terlepas dari ketersediaan bahan baku dan faktor pendukungnya. Salah satu faktor yang paling penting adalah karena Indonesia merupakan penghasil rotan terbesar di dunia dengan mengusai kurang lebih 80% produksi rotan dunia. Untuk menjaga kelangsungan usaha kerajinan rotan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan ekspor bahan baku rotan. Hal ini dimaksudkan agar para pengrajin rotan tidak kehabisan bahan baku rotan.
Sebagai komoditi unggulan Kabupaten Cirebon, ternyata masih terdapat berbagai hambatan-hambatan yang dihadapi oleh para pengusaha, yaitu:
1. Bahan baku dan penolong masih didatangkan dari luar daerah, sehingga kepastian pasokan dan harga sering terganggu, dan sangat tergantung pada mekanisme pasar;
2. Sumber daya manusia saat ini umumnya sudah berusia lanjut dan regenerasi pengrajin sangat terlambat;
3. Masih lemah dalam kepemilikan modal, sehingga sulit untuk meningkatkan kapasitas usahanya.
4. Produk belum dilindungi HKI, sehingga berpeluang untuk ditiru;
5. Pengembangan inovasi produk dan desain berjalan lambat;
6. Sentra produksi masih menyatu dengan perumahan masyarakat, sehingga limbahnya dapat berpotensi mencemari lingkungan.
Untuk mendorong pengembangan kedua industri komoditi unggulan tersebut, pemerintah Kabupaten Cirebon melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan terus mendorong dan memfasilitasi para pengusaha dengan melalui berbagai kegiatan pembinaan Industri Kecil dan Menengah, yaitu:
1.  Pembinaan pengembangan kualitas sumber daya manusia, melalui pelatihan baik manajemen maupun teknis produksi;
2. Peningkatan daya saing kapasitas produksi, melalui penerapan SNI, penerapan dan pengembangan gugus kendali mutu, fasilitasi pembuatan HKI, dan bantuan mesin dan peralatan produksi;
3. Peningkatan infrastruktur penunjang industri melalui pemasangan papan penunjuk di beberapa sentra industri, perbaikan pasar pemda dan pasar desa dan pembangunan pasar wisata batik;
4.   Pengembangan potensi pemasaran bagi produk industri, melalui pembuatan showroom produk IKM di Provinsi Bali, mengikutsertakan pada berbagai pameran dan misi dagang, dan menfasilitasi kerjasama dengan pusat-pusat perdagangan di Jakarta.
Dengan melihat pada potensi industri batik dan rotan telah berkembang demikian pesat dan menjadi komoditi inti industri unggulan Kabupaten Cirebon, bahkan di Jawa Barat, sehingga tidak berlebihan apabila batik dan rotan menjadi ikon Kabupaten Cirebon.
*) Kabid Humas, Kedeputian Persidangan Setkab