Kultum Belajar Ngaca


Mungkin kesan pertama yang ditangkap pembaca agak janggal judul di atas, bukankah anak kecil saja tidak perlu belajar ngaca, karena ngaca adalah perbuatan sehari-hari yang mudah, tetapi posting blog ini berisi ajakan belajar ngaca. hehehe.. yang dimaksud Belajar Ngaca dalam posting kali ini bukan ngaca di depan cermin biasa seperti yang banyak dilakukan oleh orang-orang terutama kaum hawa’, tetapi yang dimaksud dari posting ini adalah ajakan untuk belajar dari ngaca, melihat perlakuan orang lain terhadap kita sebagai hasil pantulan dari perbuatan kita terhadap orang lain, berdasarkan hadits Nabi Saw: al mu'minu mraatul mu'min (orang mukmin cermin bagi orang mu'min -lainnya). Dari segi bahasa mira'at adalah derivasi dari kata ra'a yang artinya melihat, adapun mira'at merupakan isim alat, alat untuk melihat diartikan "cermin".
Biasanya kata ra'a diartikan melihat sesuatu yang bersifat abstrak, mimpi diistilahkan dalam bahasa Arab ra'a fil manam. Saya pernah mendengar ada khatib menjelaskan haditts di atas tetapi penjelasannya hampir 90% ra’a dimaknai melihat secara fisik, misalnya cara berpakaian, cara senyum, cara bertutur kata dan seterusnya, kerancuan akan timbul bila dikaitkan dengan trend butuhnya popularitas di tahun 2014 nanti. Memberi pencitraan kebaiakn dalam pikirannya agar menarik simpatik para penggemarnya wallahu a'lam 
-o0o-
Kalau kita mengucapkan salam kepada banyak orang lain, maka yang kita dapat adalah ucapan salam, kalau seseorang berbuat baik kepada orang lain maka orang lain pun akan banyak yang berbuat baik sebagai balasannya. Semakin banyak perbuatan baik yang diberikan kepada orang lain maka semakin banyak pula kebaikan yang dapat kita petik. Sebaliknya, semakin banyak perbuatan buruk yang dilakukan maka semakin banyak pula balasan keburukan yang dipanen. Jadi hidup ini layaknya orang yang sedang mengaca di depan cermin.
Kalau ternyata dalam cermin tersebut ada bayangan jelek, hitam, kotor, senyum kepuraan, kebaikan yang brbalut pencitraan, fenomena itu bukan berarti di dalam cermin ada makhluk lain. Tetapi seperti itulah timbal balik sejati yang didapat. Jadi perbuatan baik kepada orang lain adalah berbuat baik kepada diri sendiri, begitu juga sebaliknya dhalim kepada orang lain sama halnya dhalim kepada diri sendiri
Allah berfirman di dalam surat al Isra':7
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
"apabila engkau berbuat baik maka berbuat baik untuk dirimu, dan jika engkau berbuat kejelekan maka perbuatan jelek untuk dirimu"
Imam al Qurtubi menafsirkan “li” pada kata li anfusikum dalam ayat di atas bermakna ila, sehingga diartikan dan apabila engkau berbuat baik maka berbuat baik kepada dirimu, dan jika engkau berbuat kejelekan perbuatan jelek kepada dirimu. Pencitraan baik kepada orang lain yang aslinya tidak baik, hanya memberi kepalsuan saja kepada orang lain
أوقال الطبري : اللام بمعنى إلى ، يعني وإن أسأتم فإليها ، أي فإليها ترجع الإساءة ; لقوله - تعالى - : بأن ربك أوحى لها أي إليها .
Mungkin masih terbantahkan, faktanya dalam kasus tertentu ada orang berbuat baik tetapi mendapat balasan buruk, ingat..!! bahwa muara hidup ini bukan sebatas di dunia, tetapi muara paling akhir dari semua rangkaian kehidupan ini di hari akhirat kelak, jika tak terbalas di dunia PASTI kebaikan akan berbalas kebaikan di akhirat. 
Oleh karena itu jangan pernah ragu untuk berbuat baik kepada orang lain, tak perlu harus membungkus dengan citra palsu dalam keseharian, suatu saat masyarakat yang cerdas akan mampu mebedakan antara yang orisinil dengan yang imitasi, antara yang sakral dan yang profan. Semoga manfaat dan kita semua bisa menajalankan hidup di panggung dunia ini dengan hidup sebaik-baiknya.. silahkan rujuk juga posting yang masih berkaitan dengan tema ini yaitu Hidup adalah Penyesalan