Nama Syahadat dan Rukun Syahadat



Syahadat Lā Ilāha Illallah (termasuk di dalamnya syahadat Muhammad Ra-sūlullah, meskipun terkadang tidak disebutkan) adalah rukun Islam pertama. Hal ini merupakan suatu kepastian dalam agama dan tidak ada seorangpun dari kaum muslimin yang mengingkarinya.
Nama Syahadat.
Syahadat Lā Ilāha Illallah mempunyai banyak nama yang menunjukkan makna dan hakikatnya, di antaranya: Kalimah al-tawhīd (kata pengesaan), Kalimah al-ikhlāsh (kata keikhlashan), Kalimah al-syahādah (kata persaksian). Dan Syahādah al-haqq (persaksian kebenaran).
Allah Ta’ala berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

“Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Haj: 62)
Rosululloh –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:

مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُوْنِ اللهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ 

“Barangsiapa yang mengatakan bahwa tiada ilah selain Alloh dan kafir terhadap apa yang diibadahi selain Alloh, haramlah harta dan darahnya (keduanya tidak boleh diganggu) dan Allohlah yang akan menghisabnya.” (HR. Muslim danAhmad)
Allah Ta’ala berfirman:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imron: 18)
Rukun Syahadat.
Rukun utamanya ada dua, yaitu:
  1. al-Nafy (penolakan); dalam ucapan Lā Ilāha (tidak ada ilah).
  2. al-Itsbāt (penetapan); dalam ucapan Illallah (kecuali Allah Ta’ala).
Artinya, menolak sesembahan yang haq selain Allah  Ta’ala dan menetapkannya (sesembahan yang haq tersebut) hanya untuk-Nya semata. Dua rukun ini dijelaskan dalam banyak ayat yang menerangkan tentang makna syahadat, di antaranya:
Allah Ta’ala berfirman:

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. al-Baqarah (2): 256)
Yang dimaksud al-‘urwah al-wutsqā adalah syahadat Lā Ilāha Illallah, sebagaimana penafsiran Ibnu ‘Abbās radhiallahu anhu, Sa’īd bin Jubayr radhiallahu anhu, al-Dhahhāk rahimahullah dan Sufyān rahimahullah. Dan yang dimaksud al-thāghūtadalah segala sesuatu yang menyebabkan seorang hamba melampaui batas kehambaannya, baik berupa yang disembah, yang diikuti maupun yang ditaati (dan dia meridhainya, jika dari golongan manusia).
Ayat di atas menjelaskan dua rukun, yaitu ingkar kepada thāghūt dan iman kepada Allah Ta’ala. Dan ini adalah makna syahadat Lā Ilāha Illallah.
Allah  Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu, maka di antara ummat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalan-lah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)” (QS. al-Nahl (16): 36) Ayat ini menjelaskan hal yang sama, seperti ayat sebelumnya.
Allah Ta’ala berfirman melalui lisan kaum ‘Ād:

قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

“Mereka berkata: Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya me-nyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka datangkanlah adzab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar” (QS. al-A’rāf (7): 70)
Ucapan ini merupakan jawaban terhadap ucapan Nabi Hūd alaihisalam:

وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Ād saudara mereka, Hūd. Ia ber-kata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada ilah bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya?” (QS. al-A’rāf (7): 65)
Ucapan Hūd alaihisalam adalah makna Lā Ilāha Illallah, sebagaimana firman-Nya:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kamiwahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku” (QS. al-Anbiyā’ (21): 25)
Beliau, Nabi Hūd alaihisalam telah mendakwahkan mereka kepada syahadat LāIlāha Illallah dan mereka memahaminya bahwa beliau mendakwahkan mereka kepada dua hal, yaitu:
Rukun al-itsbāt, yang terangkum dalam ucapan mereka:” agar kami hanya menyembah Allah saja”
Rukun al-nafy, yang terangkum dalam ucapan mereka: “dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami”
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:

من قال لا إله إلا الله و كفر بما يعبد من دون الله حرم ماله و دمه و حسابه على الله

“Barangsiapa yang mengucapkan Lā Ilāha Illallah dan mengingkari se-sembahan lain selain Allah, maka diharamkan harta dan darahnya serta hisab (perhitungan)nya hanyalah kepada Allah”(HR. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan:

من وحد الله و كفر بما يعبد من دونه حرم ماله و دمه

“Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mengingkari sesembahan selain-Nya, maka diharamkan harta dan darahnya”(HR. Amad) Hal ini merupakan penguat bagi rukun al-nafy.
Sumber: Modul Fikih Ibadah (Syarhu arkani al-Islami), Disusun oleh: Para Mahasiswa, dengan pengantar: Syaikh Abdulloh bin Abdurrahman al-Jibrin, Bogor: Penerbit Program Beasiswa al-Hidayah, edisi pertama cetakan khusus 2012 M, Hal.2-4. (mimbarhadits.wordpress.com)