Ceramah dengan tema memakmurkan masjid
 kali ini semoga tidak menjadi senjata makan tuan bagi ustad yang 
memberikan ceramah di dalamnya, pasalnya ada sebagian orang yang hidup 
justru dimakmurkan oleh keberadaan sebuah masjid, ha..ha..ha. 
memakmurkan dan memulyakan rumah ibadah yang bernama masjid merupakan 
tanggung jawab orang mukmin secara keseluruhan, bukan semata-mata merbot
 masjid saja.
Abu Laits samarqand pernah berkata:”sesungguhnya seseorang akan mendapat
 kemulyaan di sisi Allah, jika ia mengagungkan perintahnya, 
rumah-rumahnya, dan hamba-hambanya yang beribadah didalamnya, maka 
setiap orang mukmin harus mengagungkannya, barang siapa yang 
mengagungkan masjid maka sama halnya dengan mengagungkan Allah”.
Masjid harus diperhatikan setiap orang mukmin, kebersihan, kenyamanan, juga isi pembicaraan
 di dalamnya. Akhir-akhir ini kita kerap kali saksikan seolah-olah 
masjid dijadikan sebagai pintu politisi dan para simpatisan untuk 
mencuri simpatik dari para jama’ahnya. Ada sebagian orang yang rela 
menyumbang karpet dan kebutuhan masjidnya dengan beberapa catatan masjid
 mau ‘terlibat’ menjadi suksesi langkah politik yang sedang ditempuh, 
amat terhinalah orang-orang yang menjadikan masjid sebagai lahan 
berpolitik selain lahan ibadah kepada Allah swt.
Seharusnya masjid dijadikan sebagai tempat menyejukkan hati, oleh 
karenanya isi ceramah nya pun harus mencerminkan bahasa-bahasa pilihan 
yang menyejukkan hati. Para da’i hendaknya mengerti masalah ini, 
sehingga membawakan ceramah
 yang mencerahkan, kultum yang tidak meresahkan, keberadaan para da’I 
tidak memanfaatkan masjid hanya sekedar sebagai corong pembelaan atas 
perbedaan khilfiyah yang belum tahu dengan pasti kebenarannya. Dalam 
hati orang mukmin masjid adalah tempat yang menyejukkan hati dan 
menenangkan pikiran disaat kalut.
Lain ceritanya dengan orang munafik, bagi orang munafik masjid bagaikan 
penjara yang membatasi dirinya untuk berbuat sesuatu yang disukainya. 
Annazzal bin Saburah pernah berkata: “orang munafik di dalam masjid, 
bagaikan burung dalam sangkar”. Ia tertekan dan tidak betah tinggal 
dalam waktu yang lama di dalam masjid.
Masjid yang dikelolah dengan menejemen yang baik pada akhirnya akan 
menjadi tempat tambatan hati para orang-orang yang hatinya bersih, 
memasuki masjid adalah tamu Allah, dzikir, membaca qur’an, ceramah 
dengan betuk kultum atau yang lainnya adalah makanan bagi tamu-tamu 
Allah yang datang ke “rumah”-Nya, Nabi bersabda:”Jadilah kamu di dunia 
seperti tamu dan jadikanlah masjid itu sebagai rumahmu. Biasakanlah 
hatimu untuk bersikap lunak, perbanyaklah merenung dan menangis, serta 
jangan sampai kamu dikacaukan oleh hawa nafsu.